Tuesday, December 4, 2012

Dolly, An Icon of Surabaya (?)

Sedih kalo dengar kalimat itu. My city is a city of heroes, itu icon yang menurut saya lebih baik didengar. Bukan Dolly, sebuah daerah pusat lokalisasi yang konon katanya terbesar di Asia Tenggara. Katanya gak afdol kalo ke Surabaya gak ke sana. At least tau suasananya lah..

Boleh. silakan berkunjung ke sana kalau penasaran. Gak munafik, saya juga penasaran kok. Beberapa kali lewat sana gak pernah tau kondisi "real"nya seperti apa karena pas kebetulan lewat di siang hari. Kebetulan, beneran kebetulan. Gak disengaja kok. Baru beberapa hari yang lalu disengaja ke Dollywood ini.. ^^ Ujung-ujungnya rasa penasaran mengalahkan segalanya.

Jadi, malam itu adalah malam minggu. Hari kedua di bulan Desember a.k.a tanggal muda. Tepat sekali momennya. Malam itu kami (saya, Ichant, Made) menghost Host (ribet) kami selama di Aceh dulu, Ahlan Syahreza. Ahlan kami culik dari hotelnya pukul 11 malam karena baru waktu itu kami free. Setelah kuliner dan ke Suramadu, Ichant iseng mau menunjukkan lokalisasi Dolly ini ke Ahlan. Dan malam itu kami ke sana pukul setengah dua dini hari. Gwendeng..berkeliaran di tengah malam ceritanya.
Ini persis yang saya lihat waktu lewat ke sana. ambil foto dari gugling
Hampir tiap rumah sofanya pink seperti ini. ambil foto dari gugling
Dolly adalah sebutan beberapa gang kecil yang terhubung dan penuh dengan mucikari, PSK dan para lelaki doyan "jajan". Satu gang itu jadi sumber rejeki banyak pihak. Dari yang halal hingga yang haram. Tukang rokok, tukang jual makanan, pulsa dan lainnya bertebaran di sana. Jangan tanya soal PSKnya. Ya pasti ada donk.. Rumah-rumah yang ditempati itu hampir semuanya transparan. Kaca semua di bagian depannya. Dari luar bakal terlihat sofa-sofa yang menjadi pajangan para mbak-mbak seksi itu. Persis kayak etalase gitcuuu..

Malam itu kami melintasi gang (untungnya) dengan mobil. Saya, yang saat itu satu-satunya wanita, berjilbab pula, gak enak sendiri kalau misalnya berkeliaran di sana dengan mencolok. Para germo di sana sudah hafal, mana pengunjung yang mau "maen", mana yang cuma pengen sight seeing saja. Meskipun mau subuh, gang itu masih padat. Harus pelan-pelan lewatnya. Cukup satu mobil saja lebarnya. Kami menemukan beberapa pria berpakaian batik yang duduk-duduk di jalan gang. Para pria tersebut adalah germo. Di setiap rumah di jaga beberapa body guard, in case kalau ada tamu yang nakal. Bahkan ada tempat parkir khusus di tempat ini. Sempat terdengar kabar Dolly pernah hampir dijadikan destinasi wisata Surabaya. Oh God! Gak kebayang Surabaya dengan wisata religi Ampel dan wisata Dolly. Kalo India punya Bollywood, kami punya Dollywood (lha kok sekarang nadanya bangga??!!!)

Menurut sumber, sebut saja Ichant, bukan nama sebenarnya, tarif rata-rata per jam di tempat ini adalah 140-150rb. Jumlah diperkirakan 1000-1500 PSK. Selama pelayanan, mbaknya gak boleh dibawa keluar dari wisma. Wisma yang cukup tersohor di sana adalah wisma Barbara. Wismanya gede, nyolok, sebelahan sama Bar. Cukup deg-degan lewat sini, takut kalo salah dikit bisa matik! Mau motret pake hape aja udah gak berani. Momen itu cuma saya simpan dalam memori kepala kami. Penasaran? datang aja, tapi gak usah nyoba-nyoba deh..
Hati-hati, your curiousity can kill you..

10 comments:

  1. Replies
    1. Bukan mas, itu foto ambil dari google kok. Gak berani moto sendiri :D

      Delete
  2. ngakak baca dollywood itu mbaa :))

    ReplyDelete
  3. pengen lagi ke Surabaya dan kembali ke Dolly. Kayaknya keren disana :)

    ReplyDelete
  4. aku pernah lewat gang tersebut, pake peci dan sarung (remas banget lah pokoknya) -.-
    karena memang mau njemput mubaligh yang kebetulan tinggalnya di daerah situ. Yang susah adalah cari parkirnya, masak mobilnya mau diparkir di wisma dan kita turun dengan kostum yang remas banget?? haha ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buahahahahahaha...gak bisa bayangin sif rasanya..
      Trus akhirnya piye? janjian ketemu di jalan ato tetep turun?
      Tapi skrg sudah ditutup sif lokalisasi ini, pada dipulangin pekerjanya. Blm tau juga sih kalo masih ada yg tersisa :D

      Delete
  5. akhirnya cari masjid, parkir mobilnya di masjid. Tapi ya tetep aja jalan kaki lewat akuarium-akuarium tadi, untunglah pas lewat ga ada yang nawarin "monggo mampir" hahaha....

    ReplyDelete
  6. pertama kali masuk wilayah lampu merah ini ketika masih umur 19 Tahun.(Perjaka tongtong). aku sama sekali tidak tau kalau rumah bordil itu seperti itu.
    maklum tidak sama sekali tau sih. sekedar tau saja karena tiap hari kalau wakuncar lewat jalan pintas melintasi gang Dolly. rumah pacarku di dekat Kampus UWK.

    ReplyDelete