Saturday, June 8, 2013

Jelajah Gizi, Cara Beda untuk Traveling

Melompat dari satu pulau ke pulau yang lain selama beberapa hari adalah hal yang sudah pernah saya lakukan beberapa kali. Tapi beberapa hari yang lalu saya melakukan island hopping dengan cara yang berbeda, dengan orang-orang yang beda dan mengisinya dengan kegiatan yang berbeda pula. Saya baru saja ngetrip bersama Sari Husada ke Kepulauan Seribu. Iya, PT. Sari Husada, sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bernutrisi untuk ibu dan anak-anak Indonesia. Terdengar aneh di telinga teman-teman saya yang mayoritas para pejalan. Pasalnya, saya bukan pegawai Sari Husada, lingkup pekerjaan saya juga bukan berhubungan dengan produk nutrisi, bagaimana bisa saya bepergian bersama mereka, dibiayai pula.
Well, alasan saya jalan-jalan bersama Sari Husada adalah saya terpilih menjadi salah satu dari 10 Petualang Jelajah Gizi 2 yang diadakan oleh perusahaan ini. Namanya saja petualang, saya dan sembilan blogger terpilih lainnya melakukan petualangan dari satu pulau ke pulau lain untuk mengeksplor potensi makanan apa saja yang ada di pulau tersebut. Tidak hanya tahu saja macam-macam hasil pangannya, tapi kami juga menjadi banyak tahu tentang kandungan gizi dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Seru! Seru! Seru!

Ini perjalanan yang saya suka, tidak sekedar jalan-jalan saja menikmati keindahan alam suatu tempat, tapi juga mengenal lebih dekat penduduknya, bagaimana kehidupannya, budayanya, berbagai potensi yang ada di sana, termasuk makanannya bahkan hingga nutrisi yang ada di dalamnya. Kami namakan perjalanan ini dengan Jelajah Gizi. Menarik, bukan?
Tim Jelajah Gizi. Jalan-jalan sambil nambah ilmu..
Meskipun kepulauan seribu punya banyak gugusan pulau, tidak semuanya bisa kami kunjungi. Dari lebih dari 100 pulau yang ada, hanya 11 pulau yang berpenghuni dan 6 pulau yang sempat kami kunjungi. Pulau Pari dan Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Pramuka, Pulau Harapan dan Pulau Nusa Keramba. Masing-masing pulau punya potensi yang berbeda-beda. Ada pulau yang kaya dengan rumput lautnya, ada pulau penghasil teri dan rajungan, ada juga yang membudidayakan mangroove, selain itu ada pulau yang punya budidaya ikan tawar juga selain ikan laut, bahkan ada yang penghasil kapal kayu. Senang sekali rasanya diajak berkeliling pulau yang produktif seperti itu. 

Kami mengunjungi enam pulau tersebut selama tiga hari dua malam. Hari pertama kami habiskan seharian di Pulau Pari dan Pulau Lancang. Kedua pulau ini adalah satu kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Lancang. Pulau Pari adalah pulau penghasil rumput laut yang cukup besar jumlahnya. Tidak 100% warganya yang membudidayakan rumput laut memang, tapi perkembangannya cukup pesat karena permintaan pasar semakin meningkat. Jadi, sebenarnya apa yang membuat rumput laut ini diminati oleh masyarakat? Beruntung sekali selama perjalanan kami ditemani Prof. Ahmad Sulaeman, seorang ahli gizi dari IPB. Beliau menjelaskan kandungan gizi dan manfaat dari rumput laut. Kata beliau, rumput laut sangat bagus untuk pencernaan karena seratnya tinggi. Karena kandungan seratnya tinggi yang bisa mengenyangkan, rumput laut bisa menjadi alternatif pengganti nasi bagi orang yang sedang diet.
Keliling Pulau Pari dengan bersepeda. Kring..kring...asik sekali!
Kami juga diajak langsung melihat proses menanam rumput laut, memanennya, hingga proses penjemurannya. Karena lokasinya berbeda, kami berkeliling dengan sepeda. Asik sekali rasanya, berkeliling pulau sambil bersepeda. Saat berkeliling, beberapa dari warga Pulau Pari ada yang memberikan tester dodol dan manisan yang terbuat dari rumput laut. Enak! Sambil mencoba sambil mendengarkan penjelasan nelayan rumput laut. Kata mereka, memproses rumput laut cukup mudah. Setelah ditanam tunasnya selama kurang lebih dua bulan, rumput laut sudah bisa diangkat dan dibersihkan. Sstt.. dari dua kilogram tunas rumput laut yang ditanam, mereka bisa menghasilkan tiga kuintal, loh jika beruntung. Nah, setelah diangkat atau dipanen, rumput laut harus direndam dulu agar kotoran dan polusi dari air laut yang menempel hilang kemudian baru dijemur selama satu hingga dua hari. Setelah cukup kering, rumput laut siap untuk dikonsumsi, baik dimasak langsung maupun dikemas. Rumput laut yang sudah kering tadi siap dijual dengan harga 45.000 hingga 50.000 rupiah. Tanpa digarami, rumput laut sudah cukup asin, loh. Bahan makanan ini mengandung iodium tinggi yang bisa mencerdaskan otak.

Di sela-sela memasak olahan rumput laut dan ikan bersama Chef Opik di Pantai Perawan, Prof. Ahmad Sulaeman juga sempat menyarankan ke para orang tua di Pulau Pari untuk rajin mengonsumsi rumput laut dengan cukup untuk perkembangan otak dan janin karena jika anak atau janin kekurangan iodium, mereka akan mengalami kretinisme atau kekerdilan juga bisa berkecerdasan rendah. Hey, rumput laut ini juga bisa mencegah penuaan dini. Wah, pantas saja banyak kosmetik yang menggunakan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Asik kan, jalan-jalan kami. Tidak hanya jalan-jalan saja, tapi pengetahuan kami juga bertambah, bisa belajar masak bareng chef pula. :D
Meskipun sudah cukup kenyang dengan menikmati makan siang di Pantai Perawan yang eksotis andalan Pulau Pari, rupanya perut kami tidak menolak diisi dengan lezatnya makanan pesisir lainnya. Di Pulau Lancang, kami menikmati Rajungan dan Teri masakan Chef Opik. Bon Appetit!
I dont care with what people say when see me like this.. Rajungan dan terinya enak!!
Pulau Lancang ini memang pulau penghasil teri dan rajungan. Ada dua macam teri yang mereka hasilkan. Teri Nasi dan Teri Belah. Dari namanya saja sudah terlihat kan bedanya. Teri nasi ini ukurannya seperti nasi, kecil-kecil. Sedangkan teri belah berukuran lebih besar hingga bisa dibelah. Pengolahannya juga hampir sama dengan rumput laut ternyata. Setelah diangkat dari laut, teri dibersihkan dan direndam, kemudian direbus. Mereka bisa mengirim teri hasil olahan mereka ke berbagai kota di Indonesia dengan harga yang cukup tinggi, dua ratus ribu per kilo. Kecil-kecil gitu, teri punya banyak gizi. Proteinnya sangat tinggi, omega-3nya juga baik untuk perkembangan otak dan jantung. Teri juga mengandung kalsium, magnesium dan vitamin B1, B12. Natrium teri juga tinggi, meskipun baik untuk pertumbuhan, tapi tidak baik jika dimakan berlebihan, apalagi orang yang tekanan darahnya tinggi. Banyak sekali kan kandungannya. Kecil-kecil canggih bikin orang sehat ya..
Satu lagi yang tidak kalah lezat dari teri di Pulau Lancang adalah rajungan. Setahu saya, rajungan adalah hewan laut yang agak susah di dapat. Tidak semua perairan punya rajungan. Waktu kami ke sana saja, rajungan yang di dapat tidak sebesar dan sebanyak biasanya sehingga harganya cukup mahal, Rp. 75.000,- per kilo. Sampai di Jakarta, harganya bisa jadi naik 2x lipat. Tapi jangan salah, harganya yang mahal sepadan kok dengan lezatnya.

Rajungan berpenampilan seperti kepiting karena mereka memang satu keluarga. Hanya saja rajungan hanya bisa hidup di laut sehingga ada sepasang kaki yang berbentuk pipih seperti sirip untuk berenang. Warnanya juga berbeda dari kepiting, tutul-tutul gelap mendominasi cangkangnya. Bagaimana dengan kandungan gizinya? Tidak perlu diragukan lagi. Rajungan ini adalah hewat laut dengan kandungan merkuri yang sangat rendah karena selama hidupnya tidak menyerap zat-zat logam yang ada di lautan. Tapi kolesterolnya cukup tinggi, asalkan makannya seimbang, rajungan tidak membahayakan kesehatan. Zink yang terkandung pada rajungan juga cukup baik untuk pertumbuhan janin dan mencegah penyakit. 

Pulau Putri menjadi jujugan kami untuk istirahat dan bercengkrama di malam hari. Tim Sari Husada juga mengajak kami mejelajah gizi di beberapa pulau lagi esok harinya, ke Pulau Harapan yang punya banyak potensi dan Pulau Pramuka yang punya fasilitas wisata lebih lengkap. Kalau di Pulau Pari kami berkeliling dengan sepeda, di Pulau Harapan kami berkeliling dengan becak. Ini pengalaman baru yang benar-benar seru. Biasanya saya keliling pulau dengan jalan kaki atau perahu, tapi ini dengan kendaraan roda tiga yang jarang ada di sebuah pulau kecil.
Naik becak muterin pulau. Dimana lagi kalau bukan di Pulau Harapan?
Peserta Jelajah Gizi menanam mangroove bersama di Pulau Harapan
Penduduk Pulau Harapan membudidayakan mangroove, memproduksi kapal kayu dan berbagai macam olahan ikan. Di sana juga ada banyak pohon sukun yang bisa mereka produksi untuk keripik dan masakan lain. “Gizi sukun lebih tinggi dibandingkan dengan  singkong,” kata Prof. Ahmad Sulaeman. Tiap pulau punya potensi yang berbeda dan karakter yang berbeda. Pulau Pramuka terlihat lebih tertata dan lebih modern dibandingkan pulau lainnya. Ternyata Pulau ini adalah ibukota Kepulauan Seribu. Di sini kami seseruan berkompetisi memasak Sate Gepuk yang bergizi tinggi. Saya yakin, penduduk kepulauan ini pintar-pintar karena disekililing mereka banyak bahan makanan bergizi.
Gak usah takut berharap di sini, man!!

Nah, seru sekali kan perjalanan kami. Baru beberapa hari menjelajah gizi saja sudah terasa sekali manfaatnya. Sambil traveling keliling pulau, kita menikmati kulinernya dengan bonus pengetahuan gizi. Ayo Melek Gizi!!


Tunggu dulu, masih ada keseruan lain yang belum saya ceritakan. Coba saja lihat di sini.
Satu langkah kecil yang kita lakukan bisa mengubah hidup banyak orang. Let's be a smart traveler!

6 comments:

  1. kak mengubah kak bukan merubah
    *pasang kacamata editor*

    semoga jodohnya disegerakan ya
    *lah...*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hadooooohhh..maksudnya lohhhh --"
      "semoga jodohnya disegerakan ya"

      Sudah saya rubah loh kak tulisannya :D

      Delete
  2. asiiiiiiiiiiiiik....ada akyuuuu...mantaap pasti jadi pemenang kl fotoku muncul

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiiiinnn.
      Yang mana bang fotonya bang sihar? yang rame-rame lompat dari perahu ya? ;p

      Delete
  3. Kakaaak.. Kok adminnya nggak disebut2 kaaak? x))

    ReplyDelete
    Replies
    1. adminnya gak disebut udah eksis kok X))
      *ngeles*

      Delete