Tuesday, May 8, 2012

Dieng Plateau (part I)

Akhirnya pergi juga ke sini. Sebelumnya beberapa kali rencana ke sini selalu batal. Kali ini travelmates saya adalah teman-teman dari BPI (Backpacker Indonesia) regional Surabaya. Menemukan mereka di dunia maya adalah sebuah kebetulan dan akhirnya memutuskan bergabung dengan mereka di dunia maya pula. Waktu itu dua hari sebelum long weekend April, tanggal 6 hingga 8 April 2012. Rencana saya untuk ke Jogja bertemu dengan teman dari Jakarta batal, kehabisan tiket dan teman saya mendadak harus survei proyek. Saya mencari rencana lain di libur panjang itu. Bertemulah saya dengan group BPI Surabaya dan trip terdekat mereka adalah ke Dieng. Langsung saja saya meminta bergabung dengan mereka. They are so welcome! I decided to join them on the last minutes. Thank you, guys :*
So..this our journey to Dieng started!

Kamis, 5 April 2012
Pulang kerja pukul 5 tepat itu salah satu anugerah. Setelah sholat maghrib, ngaji hingga sholat isya saya mandi, iya...saya mandi loh.. :D lalu packing dan bersiap ke Terminal Bungurasih (terminal Purabaya lebih tepatnya). Ibu yang sempat ragu dengan trip saya kali ini akhirnya merestui. -Yes, my mom was worry about my new friends, Backpacker Indonesia, that i haven’t know yet- Akhirnya ada kata khawatir dari Ibu ke saya, terharu.. sebelumnya hampir gak pernah dikhawatirin. Hahaaa

Malam itu macetnya luar biasa, efek long weekend dan memang arah ke terminal adalah jalan utama Surabaya, Jalan A. Yani. Rumah saya ke Bungurasih yang biasanya bisa ditempuh dalam 10 menit dengan bus kota kali ini setengah jam perjalanan dengan kendaraan yang sama. Saya menunggu teman-teman di tempat yang ditentukan, ruang tunggu yang baru. Wow, I have tried the terminal’s new waiting room..It were so clean, tidy, and comfort enough for the passangers. Jam 9 lebih, belum ada tanda-tanda teman berkumpul. Saya cuma bisa menghubungi Mas Deny, kontak yang saya punya dan dia sedang terjebak macet. Sekitar pukul 10 malam akhirnya kami berkumpul lengkap 14 orang (1 orang batal ikut) dan baru mendapatkan bus ke Semarang pukul 00:15 (sudah masuk tanggal 6 ya..)

Jum’at, 6 April 2012
00:30 bus kami berangkat menuju Semarang. Widji Lestari nama bus kami, bus ekonomi yang menyelamatkan kami dari keterlantaran di terminal :D tarifnya Rp 40.000,- untuk sampai ke Semarang. Sampai di Terminal Troboyo, Semarang pukul 07:30. Kami sempatkan sarapan dulu di sana sebelum kami lanjut ke Wonosobo. Satu jam kemudian kami berangkat ke Wonosobo. Tarif bus yang katanya hanya dua jam sampai Wonosobo ini Rp 20.000,-. Ternyata perkiraan meleset, untuk sampai ke Wonosobo hari itu kira-kira hampir 5 jam. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada penjual es dung-dung Rp 2.000,-. Es itu bagaikan setetes air di gurun pasir, mencerahkan hari kami.
Es Dung-dung pencerah hari kami

Kami sampai di terminal Wonosobo dan bertemu dengan Pak Didik, guide kami selama di Dieng nanti. Setelah sholat, istirahat sejenak, pukul 14:30 kami berangkat menuju Dieng!
Buat saya, mencari tahu segala sesuatu tentang daerah yang akan kita kunjungi itu hampir wajib hukumnya, we have to know whats happening there, how to get there, is there any disaster or is it safe for the tourist, the places where we should visit, about the people, their culture, the food and many more information. Do some research before you go! It helps you a lot while traveling. Jadi, jauh hari sebelumnya saya sudah mencari tahu soal Dieng, hal utama yang menarik perhatian saya adalah fenomena rambut gimbal. Nanti saya jelaskan di posting lain saja deh :D Sayangnya, di perjalanan ini kami tidak bertemu dengan pemilik rambut gimbal.

Pemandian air Panas di Hutan kota Wonosobo adalah jujukan pertama kami. Ada dua pilihan tempat mandi di sini, kolam renang air panas atau kamar mandi yang berisi satu bak mandi dan bathtube untuk berendam. Mandi di sini harus penuh tenggang rasa, hanya 15 menit waktu kita untuk memanjakan diri dengan air panas, antri soalnya. Tarif untuk kamar mandi yang biasa Rp 3.000,- dan VIP Rp 7.000,-. Jangan kaget kalau misalnya ada bunyi bel bernyanyi di kamar mandi kalian, lebih dari 15 menit bel itu akan berbunyi. Neng nong neng nong neng...
Pemandian Air Panas dengan bel andalan tiap 15 menit

Puas mandi dan berendam bak putri di pemandian ini, kami menuju ke Telaga Menjer. Telaga ini sudah masuk kawasan Dieng I, mereka menyebutnya demikian. Pemandangan telaga ini sebenarnya lebih indah jika kita nikmati di saat pagi, karena warna air dan sekitarnya akan lebih terlihat. Sinar matahari yang memantul ke telaga akan Nampak indah pula. Momen seperti itu akan bagus untuk diabadikan. Tapi, meskipun kami menikmatinya di waktu senja, kami tetap bisa bernarsis ria. :D
Telaga Menjer
Telaga Menjer

Kira-kira pukul 5 sore lebih kami menuju ke penginapan kami untuk ishoma. Makan malam waktu itu di Resto Bu Djono. Bu Djono ternyata sudah cukup dikenal di kalangan wisatawan, baik asing maupun domestik. Hotel dan restonya terkenal memberikan pelayanan yang memuaskan dan lokasinya yang cukup strategis. Sayangnya kami dengan Bu Djono hanya untuk urusan perut, kami menginap di Matahari Home Stay. Home Stay kami berupa rumah kecil yang terdiri dari ruang tamu, ruang tengah dan dua kamar tidur dengan kamar mandi dalam serta dilengkapi dengan fasilitas air panas. Nyaman dan cukup hangat bagi kami yang kedinginan berada di ketinggian 2100 mdpl. Dataran tinggi Dieng ini lebih tinggi dari Bromo. Mandi? Boleh lah buat yang tahan sama dinginnya Dieng.
Map of Dieng Plateau

Setelah berbenah, sholat dan santai sebentar, kami diajak ke penjual carica, manisan khas Dieng. Di sana kami melihat buahnya langsung dan bisa mencoba beberapa kudapan yang dijual selain Carica seperti purwaceng dan beberapa keripik.
Kami sengaja tidur lebih awal malam itu karena pukul 4 pagi esok harinya kami harus sudah siap untuk mengejar sunrise di Gunung Sikunir.
Buah Carica khas Dieng
Manisan Carica
See ya on the next posting.. :D 

No comments:

Post a Comment