Monday, June 17, 2013

Japan, See You When I See You

Aloha!

Saya mendadak pengen banget ke Jepang.

Next month Dad will be go to Japan dan saya merasa harus ikut beliau. Saya sedang menghalalkan segala cara untuk bisa ikut Ayah ke sana seperti saat saya ikut ke Hongkong waktu itu. Lumayan..kalo ikut ke sana bareng beliau, visa gratis, tempat untuk stay terjamin, makan..gak usah ditanya. Sehat. Cuma modal tiket aja.. hihii

Apalagi setelah melihat video berikut ini 5 menit sebelum menulis postingan ini. Dapat linknya dari twitter yang memproduksi EPIC JAVA.
Jadi..sebenarnya, niatan ke Jepang ini sudah lamaaaa sekali. Sempat menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di sana sih :(( tapi saya percaya dengan takdir yang di atas.

Biaya hidupnya cukup tinggi, tapi arsitekturnya sangat recommended untuk dipelajari dan dijadikan tujuan survey. Budayanya juga, pasti keren.
Fine, kapan saya akhirnya bisa ke sana? Let see ;)

Sunday, June 16, 2013

Bikin Hidup Lebih Hidup

Ketika teman-temanku sibuk mikirin mau kemana weekend ini, saya sibuk mikirin bisa "leyeh-leyeh" di rumah gak ya weekend ini.
Ketika tabungan teman-temanku sudah bisa dipakai untuk beli sepeda motor tanpa angsuran, beli gadget terbaru, tabungan saya kembali ke awal saldo ketika baru mulai kerja.
Ketika teman-teman sibuk ber"haha-hihi" dengan teman-teman mereka, saya rempong ngatur jadwal ke tukang, beli material, ke klien, ngantar ibuk.
Ketika teman-teman ngeluh dengan kerjaan mereka di kantor, saya sedang pusing ngurusi permintaan atau komplain klien.
Tapi, ketika teman-teman bingung dengan kerjaannya, saya sibuk traveling, entah gratisan atau pergi sendiri :D

Enjoy. Saya enjoy dengan semua kesibukan itu.

Terdengar sombong sih, tapi semuanya punya kesibukan masing-masing. Saya seperti sok sibuk di mata teman-teman. Saya memang sedang sibuk sendiri. Sibuk ngurusi hidup saya. Kurang lebih sudah setengah tahun ini saya sok sibuk. Saya sudah gak kerja kantoran lagi seperti teman-teman. Saya kerja sendiri.

Memutuskan resign setengah tahun yang lalu itu bukan asal-asalan. Saya sudah siap dengan semua resiko yang akan saya tanggung setelahnya. Waktu itu saya butuh tantangan baru. Kerja selama 2 tahun ikut orang membuat saya hidup nyaman. Lama-lama saya terlalu nyaman sampai akhirnya merasa bosan.

Beberapa bacaan buku, blog, twitter dan media lainnya saat itu turut membentuk pemikiran saya untuk resign dan memulai usaha sendiri. Saya gak mau hidup saya "lempeng".
Resign dengan alasan akan mencoba membuka usaha kuliner dan niat terselubung agar bisa bebas traveling menjadi motivasi saya. Perlahan motivasi itu hilang berganti prioritas yang lain, yaitu memperbanyak kerja untuk ibadah, lebih dekat dengan keluarga (lha emang kamu sudah jadi ibu-ibu meh? --").

Nekat!
Tabungan saya saat itu mepet. Saya sudah mikir mau diapain tabungan ini daripada ngendon di buku tabungan. Saya putuskan untuk mendepositkan sebagian dan sebagian lagi saya putar untuk usaha. Saya habiskan uang itu untuk sekolah. Iya, sekolah kehidupan. Bermodal nekat saja ternyata gak bisa. Karena gak tekun jalaninnya, beberapa bulan usaha kuliner saya belum balik modal. Belum lagi omelan-omelan ibuk yang terus-terusan karena saya dianggap gak serius jalaninnya.

Bulan ke bulan berikutnya duit saya menipis. Proyekan belum ada yang tembus. Pontang-panting gak jelas mikirin hidup yang njelimet ini. Sempat kepikiran untuk ngantor lagi, apply lagi. Tapi kemudian saya mikir lagi, "Siklus hidup orang kerja dengan posisi pegawai itu ya itu-itu aja sih sepertinya." Saya tipe orang yang bosen dengan rutinitas. Saya benar-benar mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak begitu penting. Nonton, ngemall, ngumpul sama teman-teman tanpa obrolan yang kurang bermanfaat, bahkan hobi traveling pun sudah sangat berkurang.

Sampai akhirnya saya fokuskan ke ibadah. Saya ingat dengan kata-kata ibu, "Pokoknya kalo kerja itu niatnya ibadah dek. Semakin banyak uang yang kita dapat, semakin banyak sodaqoh yang kita keluarkan." Saya perbaiki sholat saya dengan cara-cara yang sudah diajarkan Ayah. Saya berdoa, meminta, curhat total ke Allah, pasrah ke Allah.
Tiba-tiba saya diumrohkan kedua orang tua saya. Alhamdulillah sekali rasanya. Gak punya duit tapi bisa sampai tanah suci.

Beberapa hari sebelum berangkat, satu kenalan menelepon dan mengajak bertemu. Alasannya pengen ngomongin tata ruang kantornya. Gak ada harapan sama sekali dari situ, saya mikirnya cuma ngobrol biasa aja. Gak taunya, saya diminta mendesain dan ngerjakan satu furniture di kantornya. Malam ketemu, besoknya langsung deal desain dan harganya. Alhamdulillahirabbil Alamiiin..
Rejeki gak kemana memang ya.. Sepulang umroh, ada satu pesan dari orang minta didesainkan renov kantornya. Saya lihat pesannya sudah seminggu yang lalu. Saya balas meskipun terlambat, gak disangka-sangka, beliau langsung minta saya datang ke kantornya dan langsung ngerjakan. Gimana gak makin bersyukur coba..

Beberapa proyek datang berurutan setelahnya. Ada klien yang rewel, ada yang susah bayarnya, ada proyek yang rugi, ada yang baiiiiikkk banget. Macam-macam tipenya. Saya berhadapan dengan berbagai karakter orang. Girang sekali rejeki tersebut datang setelah kita bersusah payah usaha dan pasrah ke Allah. Meskipun sedikit, tapi alhamdulillah saya merasa cukup. Sedikit, tapi bisa berbagi. Belum lagi tidak sekali dua kali saya dihadapkan dengan orang-orang yang membuat saya lebih bersyukur dengan kondisi apa pun yang saya alami.

Saya merasa lebih kaya dari teman-teman. Bukan kaya harta, tapi kaya pengalaman, kaya hati. Semakin banyak masalah yang saya dapat, makin matang pemikiran dan langkah yang saya ambil.
Bersyukur sekali jika orang di sekitar kita support keputusan yang kita ambil. Hidup terasa lebih hidup saat ini. Memeras keringat dengan susah payah, mendapatkan pengalaman yang gak ada hentinya, menuai hasil kerja keras kita meskipun sedikit tapi membuat bangga.

Jadi, langkah berani apa yang sudah kamu ambil?

Saturday, June 8, 2013

Rebutan Cobek di Jelajah Gizi

Lho..lho...apa ini, kenapa bisa begitu? Ini kan acara Jelajah Gizi, kenapa bisa ada acara rebutan cobek di sana.

Di Jelajah Gizi 2 di Kepulauan Seribu selama tiga hari kemarin, kami, para blogger dan wartawan, berkeliling dari satu pulau ke pulau lain dengan riang gembira :D
Kami puas menjelajah enam pulau di Kepulauan Seribu. Sambil menyelam, minum air. Sambil jalan-jalan, nambah gizi. Hampir semua makanan hasil laut yang mereka hasilkan kami coba dengan nikmat sambil menelaah gizi yang terkandung di dalamnya. Salah satu rangkaian acara yang membuat heboh satu pulau adalah Nutrition Hunt di Pulau Pramuka. Ini nih..ini yang membuat saya dan teman-teman berebut cobek dan alat masak lainnya. Heboh!
Para peserta menyimak arahan seorang ibu yang sudah expert membuat sate gepuk
Kami dibagi menjadi empat tim dan menjalankan satu misi di nutrition hunt ini. Misi tersebut adalah memasak Sate Gepuk. Sate Gepuk adalah makanan khas kepulauan seribu. Bahannya dari ikan yang dihaluskan dengan cara digepuk atau ditumbuk (lebih enak lagi jika menggunakan ikan tongkol karena dagingnya lebih banyak) kemudian dipilah durinya untuk dibuang. Bumbu sate gepuk adalah rempah-rempah yang dilembutkan dan dicampur dengan kelapa yang sudah diparut dan digoreng sebentar agar keluar minyaknya kemudian dicampurkan semua dengan ikan yang sudah ditumbuk halus. Sebenarnya kandungan gizi sate gepuk ini apa sih? Sate gepuk ini punya banyak gizi loh. Kadar protein dan omega3 yang cukup tinggi membuat kita makin cerdas dan sel saraf semakin baik. Ikan juga bisa menurunkan kadar kolesterol. Bumbunya yang berasal dari parutan kelapa yang mengandung kalori dan vitamin lain yang dibutuhkan oleh tubuh dan masih banyak lagi kandungan gizi yang terkandung dalam sate gepuk. Rasa oke, gizi juga oke :D

Di kompetisi ini, kami hanya dibekali catatan bahan sate gepuk dan uang untuk belanja bahannya tanpa diberitahu tempat belanjanya. Alat masaknya sudah disediakan panitia di meja masing-masing.

1..2..3.. dan kami pun berlarian mencari bahan-bahan. Wosh...
Run Mehdia! Run!
Merusuhi toko orang :D
Kami bertanya kesana-kemari lokasi yang menjual ikan dan bahan-bahan makanan. Serudak-seruduk dengan peserta lainnya waktu antri membeli cabe dan kawan-kawannya. Keringat sebesar biji jagung menetes berkali-kali. Saya jadi tertawa sendiri mengingat momen ini.

Setelah merasa lengkap, kami kembali ke tempat memasak.
Mulai memotong ikan dan menghaluskan dagingnya. Itu si +Rusa Bawean kenapa cuma foto-foto aja sih!
@nengbiker jago nguleg bumbu :D
“Itu, ikannya diambilin dagingnya ya. Gak usah kulitnya”

“Wah..iya, garamnya belum beli.”

“Cabe dan lainnya dicuci terus dipotong-potongnya ya..baru dihalusin pake cobek”

“Kita kurang pala nih, cariin dong..”

“Lho, cobek kita mana? Pisau, mana pisau?”

Aaaa...ramai sekali. Setelah sadar tidak ada cobek dan ulegannya, saya cari ke kelompok lain. Setelah nego dengan alot sambil berebut cobek serta ulegannya, saya hanya berhasil membawa kabur ulegannya saja. Hihiii, maafkan saya teman, telah merebut uleganmu.
Apakah kalian melihat sebuah ulegan di sini? hahaaa..itu hasil rebutan. Tapi mana cobeknya?!
Seakan-akan kami menghalalkan segala cara untuk berhasil memasak Sate Gepuk. Dengan serius kami membagi tugas dan memasak makanan ini. Chef Opick yang menjadi juri dari Nutrition Hunt ini berkeliling berkali-kali mengamati cara kerja kami, mencoba bumbu yang kami buat. Maaaakk, kami jadi nervous masaknya. Waktunya sudah mepet dan kami harus menyajikannya dengan hiasan atau garnish untuk penilaian. Akhirnya, inilah hasil dari tim kami yang akhirnya meraih juara kedua.

Foto dari @nengbiker. Tampak hasil masakan kami yang ciamik soro..
Rebutan ulegan tadi tidak membuat kami lantas bermusuhan, tapi malah makin akrab karena saling bercerita hebohnya nutrition hunt. Bau amis karena ikan, panas karena cabe dan berkeringat karena berlarian mecari bahan tidak membuat kami lelah. Kami bersenang-senang di sana. Apalagi setelahnya menikmati sunset di Pulau Putri. Rasanya semua penat hilang. Bersama-sama kami bersantai di atas boat menikmati hangatnya langit dan hangatnya persahabatan kami. Terima kasih Sari Husada untuk acara kerennya. Semoga bisa terus menginspirasi teman-teman untuk melek gizi, tidak hanya makan saja, tapi juga tahu apa kandungan gizi yang kita makan. Tidak hanya traveling saja, tapi juga tahu budaya dan potensi daerah yang didatangi.
Langitnya merah merona menyapa kami. Sampai Jumpa di Jelajah Gizi berikutnya!

Jelajah Gizi, Cara Beda untuk Traveling

Melompat dari satu pulau ke pulau yang lain selama beberapa hari adalah hal yang sudah pernah saya lakukan beberapa kali. Tapi beberapa hari yang lalu saya melakukan island hopping dengan cara yang berbeda, dengan orang-orang yang beda dan mengisinya dengan kegiatan yang berbeda pula. Saya baru saja ngetrip bersama Sari Husada ke Kepulauan Seribu. Iya, PT. Sari Husada, sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bernutrisi untuk ibu dan anak-anak Indonesia. Terdengar aneh di telinga teman-teman saya yang mayoritas para pejalan. Pasalnya, saya bukan pegawai Sari Husada, lingkup pekerjaan saya juga bukan berhubungan dengan produk nutrisi, bagaimana bisa saya bepergian bersama mereka, dibiayai pula.
Well, alasan saya jalan-jalan bersama Sari Husada adalah saya terpilih menjadi salah satu dari 10 Petualang Jelajah Gizi 2 yang diadakan oleh perusahaan ini. Namanya saja petualang, saya dan sembilan blogger terpilih lainnya melakukan petualangan dari satu pulau ke pulau lain untuk mengeksplor potensi makanan apa saja yang ada di pulau tersebut. Tidak hanya tahu saja macam-macam hasil pangannya, tapi kami juga menjadi banyak tahu tentang kandungan gizi dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Seru! Seru! Seru!

Ini perjalanan yang saya suka, tidak sekedar jalan-jalan saja menikmati keindahan alam suatu tempat, tapi juga mengenal lebih dekat penduduknya, bagaimana kehidupannya, budayanya, berbagai potensi yang ada di sana, termasuk makanannya bahkan hingga nutrisi yang ada di dalamnya. Kami namakan perjalanan ini dengan Jelajah Gizi. Menarik, bukan?
Tim Jelajah Gizi. Jalan-jalan sambil nambah ilmu..
Meskipun kepulauan seribu punya banyak gugusan pulau, tidak semuanya bisa kami kunjungi. Dari lebih dari 100 pulau yang ada, hanya 11 pulau yang berpenghuni dan 6 pulau yang sempat kami kunjungi. Pulau Pari dan Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Pramuka, Pulau Harapan dan Pulau Nusa Keramba. Masing-masing pulau punya potensi yang berbeda-beda. Ada pulau yang kaya dengan rumput lautnya, ada pulau penghasil teri dan rajungan, ada juga yang membudidayakan mangroove, selain itu ada pulau yang punya budidaya ikan tawar juga selain ikan laut, bahkan ada yang penghasil kapal kayu. Senang sekali rasanya diajak berkeliling pulau yang produktif seperti itu. 

Kami mengunjungi enam pulau tersebut selama tiga hari dua malam. Hari pertama kami habiskan seharian di Pulau Pari dan Pulau Lancang. Kedua pulau ini adalah satu kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Lancang. Pulau Pari adalah pulau penghasil rumput laut yang cukup besar jumlahnya. Tidak 100% warganya yang membudidayakan rumput laut memang, tapi perkembangannya cukup pesat karena permintaan pasar semakin meningkat. Jadi, sebenarnya apa yang membuat rumput laut ini diminati oleh masyarakat? Beruntung sekali selama perjalanan kami ditemani Prof. Ahmad Sulaeman, seorang ahli gizi dari IPB. Beliau menjelaskan kandungan gizi dan manfaat dari rumput laut. Kata beliau, rumput laut sangat bagus untuk pencernaan karena seratnya tinggi. Karena kandungan seratnya tinggi yang bisa mengenyangkan, rumput laut bisa menjadi alternatif pengganti nasi bagi orang yang sedang diet.
Keliling Pulau Pari dengan bersepeda. Kring..kring...asik sekali!
Kami juga diajak langsung melihat proses menanam rumput laut, memanennya, hingga proses penjemurannya. Karena lokasinya berbeda, kami berkeliling dengan sepeda. Asik sekali rasanya, berkeliling pulau sambil bersepeda. Saat berkeliling, beberapa dari warga Pulau Pari ada yang memberikan tester dodol dan manisan yang terbuat dari rumput laut. Enak! Sambil mencoba sambil mendengarkan penjelasan nelayan rumput laut. Kata mereka, memproses rumput laut cukup mudah. Setelah ditanam tunasnya selama kurang lebih dua bulan, rumput laut sudah bisa diangkat dan dibersihkan. Sstt.. dari dua kilogram tunas rumput laut yang ditanam, mereka bisa menghasilkan tiga kuintal, loh jika beruntung. Nah, setelah diangkat atau dipanen, rumput laut harus direndam dulu agar kotoran dan polusi dari air laut yang menempel hilang kemudian baru dijemur selama satu hingga dua hari. Setelah cukup kering, rumput laut siap untuk dikonsumsi, baik dimasak langsung maupun dikemas. Rumput laut yang sudah kering tadi siap dijual dengan harga 45.000 hingga 50.000 rupiah. Tanpa digarami, rumput laut sudah cukup asin, loh. Bahan makanan ini mengandung iodium tinggi yang bisa mencerdaskan otak.

Di sela-sela memasak olahan rumput laut dan ikan bersama Chef Opik di Pantai Perawan, Prof. Ahmad Sulaeman juga sempat menyarankan ke para orang tua di Pulau Pari untuk rajin mengonsumsi rumput laut dengan cukup untuk perkembangan otak dan janin karena jika anak atau janin kekurangan iodium, mereka akan mengalami kretinisme atau kekerdilan juga bisa berkecerdasan rendah. Hey, rumput laut ini juga bisa mencegah penuaan dini. Wah, pantas saja banyak kosmetik yang menggunakan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Asik kan, jalan-jalan kami. Tidak hanya jalan-jalan saja, tapi pengetahuan kami juga bertambah, bisa belajar masak bareng chef pula. :D
Meskipun sudah cukup kenyang dengan menikmati makan siang di Pantai Perawan yang eksotis andalan Pulau Pari, rupanya perut kami tidak menolak diisi dengan lezatnya makanan pesisir lainnya. Di Pulau Lancang, kami menikmati Rajungan dan Teri masakan Chef Opik. Bon Appetit!
I dont care with what people say when see me like this.. Rajungan dan terinya enak!!
Pulau Lancang ini memang pulau penghasil teri dan rajungan. Ada dua macam teri yang mereka hasilkan. Teri Nasi dan Teri Belah. Dari namanya saja sudah terlihat kan bedanya. Teri nasi ini ukurannya seperti nasi, kecil-kecil. Sedangkan teri belah berukuran lebih besar hingga bisa dibelah. Pengolahannya juga hampir sama dengan rumput laut ternyata. Setelah diangkat dari laut, teri dibersihkan dan direndam, kemudian direbus. Mereka bisa mengirim teri hasil olahan mereka ke berbagai kota di Indonesia dengan harga yang cukup tinggi, dua ratus ribu per kilo. Kecil-kecil gitu, teri punya banyak gizi. Proteinnya sangat tinggi, omega-3nya juga baik untuk perkembangan otak dan jantung. Teri juga mengandung kalsium, magnesium dan vitamin B1, B12. Natrium teri juga tinggi, meskipun baik untuk pertumbuhan, tapi tidak baik jika dimakan berlebihan, apalagi orang yang tekanan darahnya tinggi. Banyak sekali kan kandungannya. Kecil-kecil canggih bikin orang sehat ya..
Satu lagi yang tidak kalah lezat dari teri di Pulau Lancang adalah rajungan. Setahu saya, rajungan adalah hewan laut yang agak susah di dapat. Tidak semua perairan punya rajungan. Waktu kami ke sana saja, rajungan yang di dapat tidak sebesar dan sebanyak biasanya sehingga harganya cukup mahal, Rp. 75.000,- per kilo. Sampai di Jakarta, harganya bisa jadi naik 2x lipat. Tapi jangan salah, harganya yang mahal sepadan kok dengan lezatnya.

Rajungan berpenampilan seperti kepiting karena mereka memang satu keluarga. Hanya saja rajungan hanya bisa hidup di laut sehingga ada sepasang kaki yang berbentuk pipih seperti sirip untuk berenang. Warnanya juga berbeda dari kepiting, tutul-tutul gelap mendominasi cangkangnya. Bagaimana dengan kandungan gizinya? Tidak perlu diragukan lagi. Rajungan ini adalah hewat laut dengan kandungan merkuri yang sangat rendah karena selama hidupnya tidak menyerap zat-zat logam yang ada di lautan. Tapi kolesterolnya cukup tinggi, asalkan makannya seimbang, rajungan tidak membahayakan kesehatan. Zink yang terkandung pada rajungan juga cukup baik untuk pertumbuhan janin dan mencegah penyakit. 

Pulau Putri menjadi jujugan kami untuk istirahat dan bercengkrama di malam hari. Tim Sari Husada juga mengajak kami mejelajah gizi di beberapa pulau lagi esok harinya, ke Pulau Harapan yang punya banyak potensi dan Pulau Pramuka yang punya fasilitas wisata lebih lengkap. Kalau di Pulau Pari kami berkeliling dengan sepeda, di Pulau Harapan kami berkeliling dengan becak. Ini pengalaman baru yang benar-benar seru. Biasanya saya keliling pulau dengan jalan kaki atau perahu, tapi ini dengan kendaraan roda tiga yang jarang ada di sebuah pulau kecil.
Naik becak muterin pulau. Dimana lagi kalau bukan di Pulau Harapan?
Peserta Jelajah Gizi menanam mangroove bersama di Pulau Harapan
Penduduk Pulau Harapan membudidayakan mangroove, memproduksi kapal kayu dan berbagai macam olahan ikan. Di sana juga ada banyak pohon sukun yang bisa mereka produksi untuk keripik dan masakan lain. “Gizi sukun lebih tinggi dibandingkan dengan  singkong,” kata Prof. Ahmad Sulaeman. Tiap pulau punya potensi yang berbeda dan karakter yang berbeda. Pulau Pramuka terlihat lebih tertata dan lebih modern dibandingkan pulau lainnya. Ternyata Pulau ini adalah ibukota Kepulauan Seribu. Di sini kami seseruan berkompetisi memasak Sate Gepuk yang bergizi tinggi. Saya yakin, penduduk kepulauan ini pintar-pintar karena disekililing mereka banyak bahan makanan bergizi.
Gak usah takut berharap di sini, man!!

Nah, seru sekali kan perjalanan kami. Baru beberapa hari menjelajah gizi saja sudah terasa sekali manfaatnya. Sambil traveling keliling pulau, kita menikmati kulinernya dengan bonus pengetahuan gizi. Ayo Melek Gizi!!


Tunggu dulu, masih ada keseruan lain yang belum saya ceritakan. Coba saja lihat di sini.
Satu langkah kecil yang kita lakukan bisa mengubah hidup banyak orang. Let's be a smart traveler!