Sunday, December 15, 2013

Caraku Beda, Sir..

Kemarin pada saat saya ngawasi proyek, sambil duduk ngerjakan tugas saya sesekali ngecek kerjaan tukang. Kebetulan lokasinya di area Taman Apsari. Saya duduk di salah satu kedai yang tutup di siang hari, sehingga saya leluasa untuk membaca dan menulis dengan laptop saya. Pagi itu saya ditemani teman saya sekaligus owner. Saya ngobrol sambil nulis. Tiba-tiba datang seorang polisi yang kebetulan lagi patroli di daerah situ, (di mata saya) gayanya terlihat petentang-petenteng sok ke para tukang saya.
Saya cuma mengawasi dari jauh sambil menggerutu, "ngapain lagi nih polisi pake tanya-tanya.."
pikiran suudzon sudah terlintas, pengalaman dari proyek2 yang saya temui, gak jarang pihak berwajib minta "sesuatu" demi kelancaran proyek itu. Alhamdulillah saya belum pernah mengalami, cuma cerita dari teman saja, boleh dipercaya boleh tidak.

Tiba-tiba polisi tersebut datang ke arah saya, duduk di depan saya dan teman saya. Tanya-tanya soal mau dibuka apa, dan bla-bla-bla. Well..because i dont really respect him, I just listen what he said and still continue finishing my paper. Saya sedikit mendongak melihatnya ketika ia berbicara soal kerjaan. He gave us tips to do a bussiness..okay, he got my attention..
Saya jadi sedikit respect ketika ia bercerita soal usaha kecilnya juga disamping pekerjaan polisinya. Bisnis kecil di rumah katanya, sepatu. Reseller kecil.

Sambil dengerin, saya lanjutin nulis (tanpa permisi padanya dulu..karena males dan faktor deadline)
Kemudian teman saya tanya, "Bapak rumahnya mana?"

"Ketintang Mbak"

"Oh, Aspol (asrama polisi), Pak?" sahut saya.

Dia cuma ngangguk aja. Lalu saya berasumsi, dengan usianya yang masih 25 tahun (beliau sempat menyebutkan usia saat cerita ngalor-ngidul), berpatroli di jalan, tinggal di aspol ketintang, berarti kalo gak tinggal di rumah orang tuanya yang juga polisi ya memang dia memang sudah dapat jatah di sana. Isenglah saya tanya, "Orang tua polisi, pak? Kok di aspol"
Gotcha! tebakan saya benar. Masih tinggal sama orang tua. Eits..ada cincin melingkar di jarinya. Sudah merit?

Kemudian teman saya pergi, tinggal saya dan polisi ini. Diam beberapa lama dan saya mulai basa-basi yang berlanjut makan ati.

"Kok sendiri aja, Pak? Biasanya berdua kalo patroli."

"Iya mbak, teman saya masih ke warkop. Mbaknya kuliah?"

"Saya kerja pak, sambil ngelanjutin S2"

"bidang apa mbak?"

"Arsitektur" masih sambil nulis

"Oh, kerjanya dimana mbak?"

"Kerja sendiri pak, freelance aja sih. Ndisain sama pelaksanaannya. Lebih ke interior."

"oh, berarti ngurusin tukang juga ya?"

"iya, ada workshop furniturenya pak."

"Orang tua kerja apa mbak?"

"Dosen."

"Berarti masih dimodalin orang tua ya?"

"Enggak pak, untuk usaha saya sendiri sepenuhnya. Saya masih mampu, gak mau pinjam atau minta orang tua"

"Lho, salah sampeyan mbak. Harusnya kalo orang tua masih mampu ndukung dana, mbaknya minta aja terus, sampe usahanya lancar, orang tua mulai lepas dan baru sampeyan pegang kendali sepenuhnya. Prinsipnya orang Cina gitu mbak. Kalo punya usaha, anaknya dimodalin penuh. Apapun didukung dan disuruh megang usaha orang tuanya. Kalo anaknya sudah bisa jalankan, orang tuanya lepas tangan dan usahanya diserahin ke anaknya. Wah, salah langkah mbak."

Saya cuma nyengir aja dengerin, sambil nambahin, "Kalo saya sih memang gak ada niatan minta, Pak. Mau mulai dari nol. Dan orang tua memang gak pernah menyuruh anaknya nerusin usahanya (seandainya ada), meskipun orang tua masih mampu dan mau biayain dan modalin"

Sorry, citranya semakin negatif di depan saya. Saya jadi gak habis pikir, sebenarnya mental pak polisi ini piye sih? Kok seneng banget minta orang tua. Saya jadi subyektif mikir bapak ini punya mental peminta.

Bukan maksud saya menyalahkan cara seperti itu, tapi saya punya prinsip beda. Selama saya mampu untuk membiayai hidup saya dan mengurus usaha saya sendiri, I wont let my parents take over. Tapi selama ini meskipun saya ngurus apa-apa sendiri, saya masih sering sharing soal kerjaan dan lainnya ke ayah-ibu. Kalo sudah benar-benar kepepet saya pinjam. Pinjam ya, bukan minta. Itupun baru sekali saat usaha saya tidak menunjukkan perkembangan, tabungan saya nipis dan saya mulai bangkit lagi. Setelah itu saya kembalikan sesuai janji. Itu yang diajarkan juga oleh Ayah saya. Kami dilatih untuk punya tanggung jawab, apalagi soal duit. Pinjam berapa, untuk apa, kapan dikembalikan. Harus jelas! biar punya deadline dan rasa tanggung jawab tinggi.

Well, this is my way to get survive..whats yours?

Wednesday, November 6, 2013

A (little) Happiness for The Blinds

Tahun baru hijriyah 05 November kemarin menjadi hari bersejarah lagi untuk saya dan keluarga.
Kami memperingatinya dengan cara berbeda. Tanggal merah yang berbeda karena di hari libur itu kami memperingatinya bersama sebagian tunanetra di Jawa Timur untuk PTSB (Pendalaman Terapi Shalat Bahagia) bersama Kun Yaquta Foundation.
A (little) happiness for The Blinds
Hand in hand
Pagi itu hari saya dibuka dengan telepon seorang relawan yang bersedia menjemput para tunanetra di meeting point Bungurasih. "Mbak, saya sudah di Bungurasih, saya harus nunggu di mana?"
Wow, itu masih setengah 6 kurang. Saya baru selesai mandi. Pukul setengah enam tepat saya berada di pintu keluar terminal luar kota. Beberapa menit kemudian, para relawan yang ikut menjemput sudah lengkap. Total ada 5 mobil yang bersedia menjemput 24 tunanetra dari luar kota Surabaya yang ada di meeting point Terminal Purabaya (a.k.a. Bungurasih). Salut banget sama mereka semua yang datang on time, merelakan waktu dan tenaga mereka untuk para tunanetra. Waktu itu saya yang sendirian mengkoordinir para tunanetra, dibantu oleh salah satu relawan untuk mencari satu persatu mereka yang berpencar, menggiring mereka ke mobil dan memastikan mereka semua terangkut hingga ke lokasi acara.

Tidak ada rasa malu dan lelah ketika mencari mereka ke sana kemari, menelepon masing-masing dari mereka dan menuntun mereka. Saya seperti diberi kekuatan untuk menolong mereka meskipun orang-orang melihat kami dengan heran. Ada bapak kondektur yang menolong saya mencari mereka. Alhamdulillah sekali banyak yang membantu dan dipermudah oleh Allah.

Setelah hampir satu setengah jam berputar-putar dan menunggu para tunanetra, saya kembali pulang dan bersiap-siap ke lokasi acara.

Ketika saya datang, acara sudah mulai. Setelah mengobservasi sebentar, saya melihat jumlah relawan yang membantu kelancaran acara ini banyak sekali. Saya melihat ketulusan mereka, benar-benar tulus. Saya tahu sebagian dari mereka latar belakangnya adalah orang-orang mampu yang (mungkin) hartanya sudah berlimpah. Dan hari itu saya melihat bagaimana mereka sangat telaten menggiring para tunanetra ke sana kemari untuk berwudlu, membantu membetulkan gerakan shalat mereka, mencarikan sandal hingga memakaikan di kaki mereka. Saya terharu melihatnya.
shalat bersama dengan penuh renungan
Faisal, peserta termuda. Gak pernah gak senyum :D
Mata saya berkaca-kaca mengingat itu semua. Melihat para tunanetra tersebut seperti berkaca untuk nikmat yang sudah diberikan Allah. Bahwa saya sudah diberi banyak kenikmatan olehNya. Terlebih lagi saat proses pendalaman shalat yang penuh haru, tidak ada perbedaan di antara kita. Posisi kita semua sama di hadapan Allah.
Terharu
Senang sekali bisa mengalami peristiwa tersebut. Tidak ada keluhan sama sekali dari para volunteer. Bahkan mereka berterima kasih kepada kami karena diberi kesempatan berbagi. Mengharukan.
Masih banyak kekurangan dari kami atas acara tersebut, karena baru pertama kali itu kami mengadakan acara yang berbeda. Tapi dengan itu, kami belajar banyak untuk memperbaiki diri.
Sandal mereka yang pada akhirnya menjadi peristiwa heboh untuk mencarinya
Dear, blinds..Thank you for inspiring us, for reminding us that we have sooo many things to be thanked.
Dear, volunteers..Thank you for the great help. We are speechless to say thanks to you..
Mungkin dengan berbagi sedikit kebahagiaan ini bisa menjadikan kami dan mereka bahagia dunia dan akhirat.

May Allah bless you All

Sunday, October 27, 2013

Maka, Nikmat yang Manakah yang Kau Dustakan?

Untuk kesekian kalinya, saya kembali mendengarkan peliknya masalah seseorang.
Malam itu, 22:30 03 September 2013, saya berada di dalam kamar saya mengerjakan sesuatu sambil tidak sengaja mendengarkan sharing seseorang kepada ayah. Bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali. Ada yang datang karena anaknya terkena narkoba, ada yang cerita tentang ego suaminya, tentang perselingkuhan, tentang perselisihan dengan saudara, bahkan masalah kejelasan gender. Hanya mendengarkan saja, tanpa melihat siapa yang bercerita. Kamar saya di lantai 2, sedangkan ruang tamu di lantai 1. Kedua ruangan ini berjarak kurang lebih 10 m, 4 meter menuju tangga, 3 meter naik tangga dan 3 meter dari tangga. Rambatan suara dengan bebas sampai di kamar saya karena batasan dindingnya hanya satu, selebihnya hanya udara dan partisi yang tidak solid. Dari ngobrol biasa hingga menangis, saya mendengarnya.

Masalah rumah tangga yang mendesak diceritakan oleh pemiliknya kali ini adalah rasa insecure seorang suami atas istrinya. Lebih dari 10 tahun menikah, 3 kali berhubungan badan (yang katanya 3 kali tersebut bukan karena kemauannya, tapi diperkosa sang istri), mengalami pukulan dan siksaan lainnya oleh istri, sering ditinggal istri lebih dari seminggu, kekayaan suami dikuasai istri serta suami diperlakukan seperti pembantunya. Sang suami mengaku telah diperdaya istri selama menikah dan baru menyadarinya pada tahun 2011. Bapak tersebut juga mengeluh kesakitan setiap kali berada di rumah dan merasa sehat setiap kali keluar (jelas ini karena faktor psikologis). Saya tidak begitu menyimak setelahnya dan memutuskan menulis ini setelah berpikir beberapa waktu kala mendengarkannya. Saya tiba-tiba diingatkan beberapa hal. Yang pertama, how amazing my father yang selalu bersedia kapan saja mendengarkan siapa pun! Kapan pun, orang yang meminta waktunya untuk sharing dan nasehat. Tidak sekali ini di malam hari bahkan di tengah malam, tiba-tiba orang datang dan bercerita. Secapek-capeknya beliau, beliau selalu menanggapi dengan baik. I know sometimes my dad didn't sleep at all in a day for working. Bikin saya bilang, “Kamu masih mau ngeluh meh??” 

Hal lain yang membuat saya bersyukur adalah alhamdulillah saya tidak punya masalah yang seberat masalah mereka. Semoga mereka diberi ketabahan lebih dan menjalani yang terbaik yang diberi Allah. Saya cuma bisa mendoakan saja.

"Fabiayyi aalaaa irobbikumaa tukadzibaaan"
Maka, kenikmatan apalagi yang kau dustakan

31 dari 78 ayat surat Ar-Rahman (55) tersebut kembali terngiang.
Bersyukurlah, sudah banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita.

Saturday, October 19, 2013

Trip to Singapore (again) with Garuda Indonesia, Why Not?

I've travel to many places and I never have a comfort flight as comfort as I flight with Garuda Indonesia. Pengalaman tersebut saya rasakan pada saat melakukan perjalanan ke Hongkong pada 2012 yang merupakan pengalaman pertama saya terbang bersama Garuda Indonesia. Sangat layak jika Garuda Indonesia terpilih menjadi maskapai terbaik region Asia dan Australasia 2013 karena pelayanan dan fasilitasnya belum ada yang menandingi.

Saya gak mungkin menolak jika ada kesempatan terbang dengan Garuda lagi meskipun tujuan destinasinya sudah pernah saya datangi, ke Singapura misalnya. Saya membayangkan jika ke Singapura dengan Garuda Indonesia, perjalanan selama 3 jam tersebut tidak akan jenuh. Gak bakal ada mati gaya kayaknya.. Duduk manis sambil nonton film bisa, cuma dengerin musik bisa, ditemani pramugari yang ramah-ramah pula..

Saya selalu yakin bahwa selalu ada cerita di setiap perjalanan. Perjalanan ke Singapura sebelumnya saya lakukan bersama teman-teman dan para bos dari kantor terakhir tempat saya bekerja, awal tahun lalu memang tidak terlupakan, kami yang memang berlatar belakang pendidikan Arsitektur memang bertujuan ke sana untuk liburan sekaligus menikmati arsitektur di sana yang selama ini hanya kami saksikan dari buku dan internet saja. Berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan MRT (Mass Rapid Transportation). Menggunakan MRT untuk pertama kalinya membuat kami terheran-heran dengan sistem transportasi modern ini :D
And We are glad to know that Indonesia will use the same system of transportation like Singapore in the next few years.
Jalan-jalan di Orchard Road
Sambil menikmati sistem transportasi tersebut, kami sempatkan mengunjungi Sentosa Island dengan berbagai wahananya yang menarik, sayangnya kami tidak bisa mencoba semua wahananya karena kami memang bepergian dengan low budget (maklum, backpacker) :D Satu wahana yang benar-benar ingin saya coba adalah I-fly.. Hope someday I have a chance to try it.
Beberapa hari di sana kami habiskan dengan berjalan, berjalan..dan berjalan menyusuri kota untuk menikmati Arsitektur dan kulinernya. Tiring yet fun..
Joo Chiat Road, tempat kami menginap
Jalan ke Henderson Waves, naik dulu ke bukit loh.. hosh!
Maen bareng di Sentosa Island
Gak afdol kalo ke Singapore gak foto bareng merlion :D
Meskipun waktu dan budget kami terbatas, kami tetap enjoy dengan perjalanan kami tersebut (ya iyalah Meh..ke sana gratisan aja kok rewel). Kalau misalnya saya dapat kesempatan ke sana lagi, saya pengen menikmati tempat-tempat lain yang belum saya kunjungi. Universal Studio, museum-museumnya yang keren, Singapore zoo, dan masih banyak lagi. Pasti bisa ke sana lagi, Amiiiinn...

I've been dreaming to go abroad for study, and one of places in my list is Singapore. Saya ingin mempelajari tata kotanya. Bagaimana cara negara yang luasnya hampir sama dengan Surabaya ini bisa terlihat lebih maju dari Surabaya. They must be have a very good thought in urban planning. When I go travel, I always try to know more about the place where I stay, especially its architecture. Not only go travel to refresh my mind, but also learn the culture, the architecture, the people and also enjoy the food :D

I call it, "A new way to traveling"

Tuesday, September 24, 2013

Kekinian Arsitektur Nusantara (?)

Minggu lalu saya menghadiri seminar tentang Arsitektur Nusantara yang disponsori perusahaan emulsi cat dan pelapis material, Propan. Salah satu tujuannya adalah sosialisasi sayembara yang mereka adakan dengan tema Desain Arsitektur Nusantara kekinian. (It's strange for me to say "kekinian")
Sayangnya, sayembara tersebut hanya bisa diikuti mahasiswa S1 atau lulusan Arsitek yang terakhir lulus 2012. (aku wes tuweeeekkk ya berarti :D) The price is really tempting!
Gimana enggak..ke Wae Rebo yang saya dambakan sepanjang tahun 2012! See my posting about that here. 
Saya gak tergiur dengan hadiah duitnya, gak tergiur juga dengan hadiah keliling komodo karena sudah pernah gratisan ke sana :D Tapi ke Wae Rebo, Man! Huhuhu

Terlepas dari sayembara tersebut, I like the seminar. Jarang ada seminar tentang arsitektur nusantara di kampus-kampus sini. Bisa dihitung jari.. Naratornya juga itu-itu aja. Prof. Yoseph, Mr. Galih (i really miss him), Yu Sing, Eko Prawoto dan Yori Antar (dengan program Rumah Asuhnya). Seminar kali ini yang mengisi Prof. Yoseph dan salah satu anak buah Yori Antar yang menjelaskan program Rumah Asuh. FYI, rumah asuh ini saya sebelumnya sudah pernah baca sejarah terbentuknya di buku Wae Rebo. Awal proyek mereka juga merekonstruksi Mbaru Niang Wae Rebo kemudian berlanjut ke rumah-rumah adat yang lain. Really interesting isnt it? We go to the "unfamous" places and stay with the people then we do all we can do for them, esp. rebuilt their traditional houses. Iri banget sama mereka yang bisa seperti itu.. selama ini saya cuma keturutan tinggal beberapa hari saja di beberapa desa di luar Jawa. Itupun karena tidak sengaja wisata di wilayah sana. Tapi saya punya mimpi suatu saat bakal keliling Indonesia untuk menulis tentang keunikan, kekayaan yang mereka punya, esp the architecture.

Ada beberapa hal baru yang saya dapatkan dari apa yang dipaparkan Prof. Yoseph tentang Arsitektur Nusantara. We can see a lot of building with the same style around us. The modern style. Kiblatnya..negara-negara barat. Hey..bangunan-bangunan seperti itu gak punya khas! Dimanapun bisa kita jumpai. Yang membedakan cuma namanya. It just about the logo to show its name. So, what is Arsitektur Nusantara? Who is it?
Mr. Yoseph said that Nusantara Architecture is not a culture knowledge. Arsitektur Nusantara bukan pengetahuan kebudayaan. Arsitektur Nusantara bukanlah Arsitektur tradisional. Why?
If we make it same, our Nusantara Architecture is no different with the Europe, classic Architecture.

Yang saya tangkap di sini adalah, mengapa Arsitektur Nusantara berbeda dengan Arsitektur tradisional? Karena Nusantara itu cuma Indonesia. Gak ada negara atau tempat lain yang disebut Nusantara, sedangkan Arsitektur tradisional bisa dipakai di mana saja. For instance, arsitektur tradisional Vietnam, arsitektur tradisional Australia, dll. Jadi, apakah bisa kita menyebut Arsitektur Nusantara adalah Arsitektur Indonesia? (saya lupa menanyakan hal ini pada saat seminar)

Pesan--> Jangan ditelan mentah-mentah pengetahuan tadi. Lihat, pelajari, bandingan dengan teori lainnya. Harus berpikiran terbuka untuk menerima informasi baru. Banyak yang gak mudeng dan gak bisa menerima teori tersebut. Apalagi statement "Arsitektur Nusantara bukan pengetahuan kebudayaan"

Our masterpiece architecture products are Joglo, Mbaru, Rumah Minang, dll..
Mr.Yoseph said, "Arsitektur Nusantara kita ini bukan "stone" product. Tapi kayu. Oleh karena itu banyak yang menganggap kualitasnya di bawah hasil Ars. Eropa."

Pada kebanyakan rumah adat di Indonesia, fungsi rumah benar-benar terlihat sebagai tempat bernaung. Pada siang hari, aktifitas mereka dilakukan di luar rumah dan di malam hari aktifitasnya di malam hari. Pada siang hari mereka berinteraksi dengan warga lainnya, sehingga terjadi interaksi sosial.

Hal menarik lainnya adalah struktur yang dipakai rumah-rumah tersebut menggunakan ikatan tali. Sayangnya, struktur ini tidak diajarkan di perkuliahan konstruksi bangunan kita.
Pada Arsitektur Nusantara juga terlihat adanya perbedaan kasta yang tampak pada rumah masing-masing. Misalnya, pada rumah Toraja, semakin banyak tanduk yang dipakai pada rumah tersebut, maka menandakan semakin kaya pemiliknya. Persamaan yang lainnya adalah simetri. Semua rumah adat di nusantara kita ini sangat teratur. Mereka dibangun dengan garis sumbu yang membagi rata. Namun, meskipun semuanya tampak sama, tidak ada yang persis antara satu rumah dengan yang lainnya. Pasti ada perbedaan yang ditemukan. Pada arsitektur Nusantara kita pasti kita jumpai adanya Lambang, simbol dan makna.

Tidak ada batasan dimana harus dibangun rumah-rumah nusantara tersebut meskipun cross culture lokasinya. We can build Joglo in Bali, Toraja in Java and sort of. Kita juga bisa menggabungkan gaya masing-masing rumah adat tadi.

Nah, menerapkan arsitektur Nusantara juga tidak harus selalu dalam bangunan, bahkan hanya menggunakan detailnya saja sudah bisa dikatakan kita menerapkannya.

So, please save our Nusantara Architecture and make it global.

Friday, September 13, 2013

Injured but (still) Alhamdulillah

I got injured.

Today, while riding my motorbike from my last office to go home, I got slip on a street. Kejadiannya cepet banget. Saat itu saya mau puter balik di bunderan besar daerah mulyosari-pakuwon city. Tiba-tiba di depan saya ada motor modif melaju kencang memotong jalan yang pengendaranya tanpa memakai helm dan well, typically pemuda yang suka cangkruk di warung kopi. Wuzzz..gak pake nolah-noleh langsung aja. Because the road is big dan kondisinya agak turun, ketika saya ngerem untuk menghindari nubruk motor tersebut, ban motor saya terpeleset..


Brakkkk!!!
Jatuhlah saya sambil terseret motor yang masih jalan. Tiba-tiba saya gak bisa bangun. Mati rasa. Kaki saya tertindih motor dan posisi badan saya tengkurap (atau miring ya..saya gak tau pasti). Pokoknya saat itu saya gak sadar. Baru pas ada yang bantuin ngangkat motor saya mencoba duduk, ngecek kepala, tangan, badan dan kaki. Fortunately, alhamdulillah..di bagian kepala saya gak ada yang luka. Hal utama yang saya takutkan adalah mata. I always remember how my sister got the same accident dan harus dioperasi karena selang air matanya putus dikarenakan benturan yang sangat keras. Saya takut helm atau kaca mata saya pecah dan mengenai mata saya.

Karena sepertinya tidak ada yang luka di anggota tubuh lain, saya mencoba berdiri. Tapi tiba-tiba rasa perih muncul di kaki saya. Kemudian saya melihat kaki kanan saya sudah terlihat lapisan dalam kulit dan (daging?) entahlah bagian apa itu. Saya langsung sadar, setelah ini pasti darah bakal banyak keluar. I try to stand. Nothing wrong. I check my body once again. Nothing serious.. kemudian saya melanjutkan perjalanan saya setelah mengucapkan terima kasih ke mas-mas yang bantuin saya.

I drive slower than before, really slow.. masih shock dengan kejadian tadi. Saya nyetir sambil mikir, apa saya langsung ke UGD saja ya buat ngobatin luka ini, karena perihnya mulai terasa. Telapak tangan kiri saya juga kayaknya bengkak. Saya belum melihat bagian-bagian tubuh yang tertutup pakaian, sarung tangan dan lainnya. Sambil mikir sambil ngerasa perih lagi di bagian kedua lutut. Sepertinya lutut kanan-kiri saya juga terluka melihat ada bagian jeans saya yang agak sobek di bagian itu.

Pulang...enggak..pulang..enggak.. Sudah dua RS yang saya lewati. Saya putuskan pulang. Perjalanan lokasi saya jatuh ke rumah adalah 40 menit jika lancar. Selama itu pula saya menahan sakit sambil meringis nangis di saat mengendarai motor. Saya sudah membayangkan, siapa nanti yang bakal tega ngobatin saya di rumah. Ayah dan adek laki-laki saya para lelaki yang gak bisa lihat darah, mereka juga pasti sudah berangkat shalat jum'at. Adek-adek yang lain juga lagi kuliah dan sekolah. Cuma ada ibu, yang mungkin juga gak begitu tega buat ngobati luka ginian.

Sampai di rumah, saya masuk rumah sambil sesenggukan cari alkohol dan obat luka. Ternyata ada kakak perempuan saya, Shinfi dan anaknya yang lagi mampir di rumah. Melihat saya bertingkah aneh, kakak saya curiga dan ngecek keadaan saya. Saya cerita sambil nangis kesakitan :D
Eh, dia ikut nangis gak tega..hahah terus ujug-ujug bangunin ibu yang lagi tidur.

Langkah selanjutnya adalah melepas celana dengan hati-hati dan ngecek mana saja yang luka. tebakan saya benar, lutut-lutut saya sudah mengeluarkan darah dan kaki bagian bawah saya sudah benar-benar berdarah dan bercampur debu juga aspal yang nempel :(((((( Perih!!!!!

Ibu dan kakak saya ngobatin kaki saya dan saya nangis jejeritan nahan perihnya luka dikasi alkohol dan obat luka andalan (Tieh Ta Yao Gin) yang perihnya gila-gilaan!!!
Aspalnya masih nempel di bagian kaki yang luka dan susah ngilanginnya. Tiba-tiba adek saya pulang kuliah dan menawarkan diri ngilangin aspal-aspal itu. Dengan persiapan mental yang cukup, saya teriak-teriak seperti orang gila karena luka saya digosok dengan kapas+alkohol (nggosoknya kudu banget!!) biar aspalnya ilang. Palingan tetangga ngira ada yang ngelahirin di rumah ini.

Ya Allah..terima kasih, terima kasih saya masih diberi hidup. Gak ada yang nyangka kejadian seperti tadi. Kecil juga bagiMu membuat seseorang meninggal dalam sekejap. Mungkin ini peringatan, doa saya kurang padaMu.

Alhamdulillah


*setelah ini tidur sambil kemeng-kemeng nih badan. Gak bisa tidur sembarangan ngehindarin luka yang kegeser*

Monday, September 9, 2013

UBUNTU, "I'm because We are"

This one is amazing. Pelajaran baru untuk saya.. I got it from +Interesting Engineering 

An anthropologist proposed a game to the kids in an African tribe. He put a basket full of fruit near a tree and told the kids that who ever got there first won the sweet fruits. When he told them to run they all took each others hands and ran together, then sat together enjoying their treats. When he asked them why they had run like that as one could have had all the fruits for himself they said: ''UBUNTU, how can one of us be happy if all the other ones are sad?''

'UBUNTU' in the Xhosa culture means: "I am because we are"

The Ambigu Moment

I'm busy with my "real" life in these months lately. I'm doing my projects, preparing my study and get closer with my family.

I'm happy. Alhamdulillah

Lately I was confused with my own life. I enjoy my day, but i feel there's something missing.
I guess it just because I didnt go travel in these months and dont have any plan of it.

Tiba-tiba saya disadarkan oleh sapaan sahabat, " Meh, kamu gimana kabar? kemana aja?"
Nice to know that we are missed by someone :) indeed!

Kesibukan saya dengan dunia saya sendiri membuat saya jarang online di social media. Faktor lainnya adalah ketersediaan sinyal di tempat saya berada. The good side is, saya jadi gak ketergantungan dengan social media and the best thing is, I become closer with my mom, brothers, sisters. I spent much time with them.

But still, saya masih merasa bingung dengan masa ini. Susah sekali merelakan kebiasaan traveling sesuka hati. Segalanya memang perlu pengorbanan ya, I've a priority anyway..
Saya sedang mencari cara agar bisa tetap menjalankan keduanya (wisely).

Well, this is life..








090913, sebentar lagi 0926 which is I'm gonna 25 this year! seperempat abad!

Monday, June 17, 2013

Japan, See You When I See You

Aloha!

Saya mendadak pengen banget ke Jepang.

Next month Dad will be go to Japan dan saya merasa harus ikut beliau. Saya sedang menghalalkan segala cara untuk bisa ikut Ayah ke sana seperti saat saya ikut ke Hongkong waktu itu. Lumayan..kalo ikut ke sana bareng beliau, visa gratis, tempat untuk stay terjamin, makan..gak usah ditanya. Sehat. Cuma modal tiket aja.. hihii

Apalagi setelah melihat video berikut ini 5 menit sebelum menulis postingan ini. Dapat linknya dari twitter yang memproduksi EPIC JAVA.
Jadi..sebenarnya, niatan ke Jepang ini sudah lamaaaa sekali. Sempat menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di sana sih :(( tapi saya percaya dengan takdir yang di atas.

Biaya hidupnya cukup tinggi, tapi arsitekturnya sangat recommended untuk dipelajari dan dijadikan tujuan survey. Budayanya juga, pasti keren.
Fine, kapan saya akhirnya bisa ke sana? Let see ;)

Sunday, June 16, 2013

Bikin Hidup Lebih Hidup

Ketika teman-temanku sibuk mikirin mau kemana weekend ini, saya sibuk mikirin bisa "leyeh-leyeh" di rumah gak ya weekend ini.
Ketika tabungan teman-temanku sudah bisa dipakai untuk beli sepeda motor tanpa angsuran, beli gadget terbaru, tabungan saya kembali ke awal saldo ketika baru mulai kerja.
Ketika teman-teman sibuk ber"haha-hihi" dengan teman-teman mereka, saya rempong ngatur jadwal ke tukang, beli material, ke klien, ngantar ibuk.
Ketika teman-teman ngeluh dengan kerjaan mereka di kantor, saya sedang pusing ngurusi permintaan atau komplain klien.
Tapi, ketika teman-teman bingung dengan kerjaannya, saya sibuk traveling, entah gratisan atau pergi sendiri :D

Enjoy. Saya enjoy dengan semua kesibukan itu.

Terdengar sombong sih, tapi semuanya punya kesibukan masing-masing. Saya seperti sok sibuk di mata teman-teman. Saya memang sedang sibuk sendiri. Sibuk ngurusi hidup saya. Kurang lebih sudah setengah tahun ini saya sok sibuk. Saya sudah gak kerja kantoran lagi seperti teman-teman. Saya kerja sendiri.

Memutuskan resign setengah tahun yang lalu itu bukan asal-asalan. Saya sudah siap dengan semua resiko yang akan saya tanggung setelahnya. Waktu itu saya butuh tantangan baru. Kerja selama 2 tahun ikut orang membuat saya hidup nyaman. Lama-lama saya terlalu nyaman sampai akhirnya merasa bosan.

Beberapa bacaan buku, blog, twitter dan media lainnya saat itu turut membentuk pemikiran saya untuk resign dan memulai usaha sendiri. Saya gak mau hidup saya "lempeng".
Resign dengan alasan akan mencoba membuka usaha kuliner dan niat terselubung agar bisa bebas traveling menjadi motivasi saya. Perlahan motivasi itu hilang berganti prioritas yang lain, yaitu memperbanyak kerja untuk ibadah, lebih dekat dengan keluarga (lha emang kamu sudah jadi ibu-ibu meh? --").

Nekat!
Tabungan saya saat itu mepet. Saya sudah mikir mau diapain tabungan ini daripada ngendon di buku tabungan. Saya putuskan untuk mendepositkan sebagian dan sebagian lagi saya putar untuk usaha. Saya habiskan uang itu untuk sekolah. Iya, sekolah kehidupan. Bermodal nekat saja ternyata gak bisa. Karena gak tekun jalaninnya, beberapa bulan usaha kuliner saya belum balik modal. Belum lagi omelan-omelan ibuk yang terus-terusan karena saya dianggap gak serius jalaninnya.

Bulan ke bulan berikutnya duit saya menipis. Proyekan belum ada yang tembus. Pontang-panting gak jelas mikirin hidup yang njelimet ini. Sempat kepikiran untuk ngantor lagi, apply lagi. Tapi kemudian saya mikir lagi, "Siklus hidup orang kerja dengan posisi pegawai itu ya itu-itu aja sih sepertinya." Saya tipe orang yang bosen dengan rutinitas. Saya benar-benar mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak begitu penting. Nonton, ngemall, ngumpul sama teman-teman tanpa obrolan yang kurang bermanfaat, bahkan hobi traveling pun sudah sangat berkurang.

Sampai akhirnya saya fokuskan ke ibadah. Saya ingat dengan kata-kata ibu, "Pokoknya kalo kerja itu niatnya ibadah dek. Semakin banyak uang yang kita dapat, semakin banyak sodaqoh yang kita keluarkan." Saya perbaiki sholat saya dengan cara-cara yang sudah diajarkan Ayah. Saya berdoa, meminta, curhat total ke Allah, pasrah ke Allah.
Tiba-tiba saya diumrohkan kedua orang tua saya. Alhamdulillah sekali rasanya. Gak punya duit tapi bisa sampai tanah suci.

Beberapa hari sebelum berangkat, satu kenalan menelepon dan mengajak bertemu. Alasannya pengen ngomongin tata ruang kantornya. Gak ada harapan sama sekali dari situ, saya mikirnya cuma ngobrol biasa aja. Gak taunya, saya diminta mendesain dan ngerjakan satu furniture di kantornya. Malam ketemu, besoknya langsung deal desain dan harganya. Alhamdulillahirabbil Alamiiin..
Rejeki gak kemana memang ya.. Sepulang umroh, ada satu pesan dari orang minta didesainkan renov kantornya. Saya lihat pesannya sudah seminggu yang lalu. Saya balas meskipun terlambat, gak disangka-sangka, beliau langsung minta saya datang ke kantornya dan langsung ngerjakan. Gimana gak makin bersyukur coba..

Beberapa proyek datang berurutan setelahnya. Ada klien yang rewel, ada yang susah bayarnya, ada proyek yang rugi, ada yang baiiiiikkk banget. Macam-macam tipenya. Saya berhadapan dengan berbagai karakter orang. Girang sekali rejeki tersebut datang setelah kita bersusah payah usaha dan pasrah ke Allah. Meskipun sedikit, tapi alhamdulillah saya merasa cukup. Sedikit, tapi bisa berbagi. Belum lagi tidak sekali dua kali saya dihadapkan dengan orang-orang yang membuat saya lebih bersyukur dengan kondisi apa pun yang saya alami.

Saya merasa lebih kaya dari teman-teman. Bukan kaya harta, tapi kaya pengalaman, kaya hati. Semakin banyak masalah yang saya dapat, makin matang pemikiran dan langkah yang saya ambil.
Bersyukur sekali jika orang di sekitar kita support keputusan yang kita ambil. Hidup terasa lebih hidup saat ini. Memeras keringat dengan susah payah, mendapatkan pengalaman yang gak ada hentinya, menuai hasil kerja keras kita meskipun sedikit tapi membuat bangga.

Jadi, langkah berani apa yang sudah kamu ambil?

Saturday, June 8, 2013

Rebutan Cobek di Jelajah Gizi

Lho..lho...apa ini, kenapa bisa begitu? Ini kan acara Jelajah Gizi, kenapa bisa ada acara rebutan cobek di sana.

Di Jelajah Gizi 2 di Kepulauan Seribu selama tiga hari kemarin, kami, para blogger dan wartawan, berkeliling dari satu pulau ke pulau lain dengan riang gembira :D
Kami puas menjelajah enam pulau di Kepulauan Seribu. Sambil menyelam, minum air. Sambil jalan-jalan, nambah gizi. Hampir semua makanan hasil laut yang mereka hasilkan kami coba dengan nikmat sambil menelaah gizi yang terkandung di dalamnya. Salah satu rangkaian acara yang membuat heboh satu pulau adalah Nutrition Hunt di Pulau Pramuka. Ini nih..ini yang membuat saya dan teman-teman berebut cobek dan alat masak lainnya. Heboh!
Para peserta menyimak arahan seorang ibu yang sudah expert membuat sate gepuk
Kami dibagi menjadi empat tim dan menjalankan satu misi di nutrition hunt ini. Misi tersebut adalah memasak Sate Gepuk. Sate Gepuk adalah makanan khas kepulauan seribu. Bahannya dari ikan yang dihaluskan dengan cara digepuk atau ditumbuk (lebih enak lagi jika menggunakan ikan tongkol karena dagingnya lebih banyak) kemudian dipilah durinya untuk dibuang. Bumbu sate gepuk adalah rempah-rempah yang dilembutkan dan dicampur dengan kelapa yang sudah diparut dan digoreng sebentar agar keluar minyaknya kemudian dicampurkan semua dengan ikan yang sudah ditumbuk halus. Sebenarnya kandungan gizi sate gepuk ini apa sih? Sate gepuk ini punya banyak gizi loh. Kadar protein dan omega3 yang cukup tinggi membuat kita makin cerdas dan sel saraf semakin baik. Ikan juga bisa menurunkan kadar kolesterol. Bumbunya yang berasal dari parutan kelapa yang mengandung kalori dan vitamin lain yang dibutuhkan oleh tubuh dan masih banyak lagi kandungan gizi yang terkandung dalam sate gepuk. Rasa oke, gizi juga oke :D

Di kompetisi ini, kami hanya dibekali catatan bahan sate gepuk dan uang untuk belanja bahannya tanpa diberitahu tempat belanjanya. Alat masaknya sudah disediakan panitia di meja masing-masing.

1..2..3.. dan kami pun berlarian mencari bahan-bahan. Wosh...
Run Mehdia! Run!
Merusuhi toko orang :D
Kami bertanya kesana-kemari lokasi yang menjual ikan dan bahan-bahan makanan. Serudak-seruduk dengan peserta lainnya waktu antri membeli cabe dan kawan-kawannya. Keringat sebesar biji jagung menetes berkali-kali. Saya jadi tertawa sendiri mengingat momen ini.

Setelah merasa lengkap, kami kembali ke tempat memasak.
Mulai memotong ikan dan menghaluskan dagingnya. Itu si +Rusa Bawean kenapa cuma foto-foto aja sih!
@nengbiker jago nguleg bumbu :D
“Itu, ikannya diambilin dagingnya ya. Gak usah kulitnya”

“Wah..iya, garamnya belum beli.”

“Cabe dan lainnya dicuci terus dipotong-potongnya ya..baru dihalusin pake cobek”

“Kita kurang pala nih, cariin dong..”

“Lho, cobek kita mana? Pisau, mana pisau?”

Aaaa...ramai sekali. Setelah sadar tidak ada cobek dan ulegannya, saya cari ke kelompok lain. Setelah nego dengan alot sambil berebut cobek serta ulegannya, saya hanya berhasil membawa kabur ulegannya saja. Hihiii, maafkan saya teman, telah merebut uleganmu.
Apakah kalian melihat sebuah ulegan di sini? hahaaa..itu hasil rebutan. Tapi mana cobeknya?!
Seakan-akan kami menghalalkan segala cara untuk berhasil memasak Sate Gepuk. Dengan serius kami membagi tugas dan memasak makanan ini. Chef Opick yang menjadi juri dari Nutrition Hunt ini berkeliling berkali-kali mengamati cara kerja kami, mencoba bumbu yang kami buat. Maaaakk, kami jadi nervous masaknya. Waktunya sudah mepet dan kami harus menyajikannya dengan hiasan atau garnish untuk penilaian. Akhirnya, inilah hasil dari tim kami yang akhirnya meraih juara kedua.

Foto dari @nengbiker. Tampak hasil masakan kami yang ciamik soro..
Rebutan ulegan tadi tidak membuat kami lantas bermusuhan, tapi malah makin akrab karena saling bercerita hebohnya nutrition hunt. Bau amis karena ikan, panas karena cabe dan berkeringat karena berlarian mecari bahan tidak membuat kami lelah. Kami bersenang-senang di sana. Apalagi setelahnya menikmati sunset di Pulau Putri. Rasanya semua penat hilang. Bersama-sama kami bersantai di atas boat menikmati hangatnya langit dan hangatnya persahabatan kami. Terima kasih Sari Husada untuk acara kerennya. Semoga bisa terus menginspirasi teman-teman untuk melek gizi, tidak hanya makan saja, tapi juga tahu apa kandungan gizi yang kita makan. Tidak hanya traveling saja, tapi juga tahu budaya dan potensi daerah yang didatangi.
Langitnya merah merona menyapa kami. Sampai Jumpa di Jelajah Gizi berikutnya!

Jelajah Gizi, Cara Beda untuk Traveling

Melompat dari satu pulau ke pulau yang lain selama beberapa hari adalah hal yang sudah pernah saya lakukan beberapa kali. Tapi beberapa hari yang lalu saya melakukan island hopping dengan cara yang berbeda, dengan orang-orang yang beda dan mengisinya dengan kegiatan yang berbeda pula. Saya baru saja ngetrip bersama Sari Husada ke Kepulauan Seribu. Iya, PT. Sari Husada, sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk bernutrisi untuk ibu dan anak-anak Indonesia. Terdengar aneh di telinga teman-teman saya yang mayoritas para pejalan. Pasalnya, saya bukan pegawai Sari Husada, lingkup pekerjaan saya juga bukan berhubungan dengan produk nutrisi, bagaimana bisa saya bepergian bersama mereka, dibiayai pula.
Well, alasan saya jalan-jalan bersama Sari Husada adalah saya terpilih menjadi salah satu dari 10 Petualang Jelajah Gizi 2 yang diadakan oleh perusahaan ini. Namanya saja petualang, saya dan sembilan blogger terpilih lainnya melakukan petualangan dari satu pulau ke pulau lain untuk mengeksplor potensi makanan apa saja yang ada di pulau tersebut. Tidak hanya tahu saja macam-macam hasil pangannya, tapi kami juga menjadi banyak tahu tentang kandungan gizi dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Seru! Seru! Seru!

Ini perjalanan yang saya suka, tidak sekedar jalan-jalan saja menikmati keindahan alam suatu tempat, tapi juga mengenal lebih dekat penduduknya, bagaimana kehidupannya, budayanya, berbagai potensi yang ada di sana, termasuk makanannya bahkan hingga nutrisi yang ada di dalamnya. Kami namakan perjalanan ini dengan Jelajah Gizi. Menarik, bukan?
Tim Jelajah Gizi. Jalan-jalan sambil nambah ilmu..
Meskipun kepulauan seribu punya banyak gugusan pulau, tidak semuanya bisa kami kunjungi. Dari lebih dari 100 pulau yang ada, hanya 11 pulau yang berpenghuni dan 6 pulau yang sempat kami kunjungi. Pulau Pari dan Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Pramuka, Pulau Harapan dan Pulau Nusa Keramba. Masing-masing pulau punya potensi yang berbeda-beda. Ada pulau yang kaya dengan rumput lautnya, ada pulau penghasil teri dan rajungan, ada juga yang membudidayakan mangroove, selain itu ada pulau yang punya budidaya ikan tawar juga selain ikan laut, bahkan ada yang penghasil kapal kayu. Senang sekali rasanya diajak berkeliling pulau yang produktif seperti itu. 

Kami mengunjungi enam pulau tersebut selama tiga hari dua malam. Hari pertama kami habiskan seharian di Pulau Pari dan Pulau Lancang. Kedua pulau ini adalah satu kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Lancang. Pulau Pari adalah pulau penghasil rumput laut yang cukup besar jumlahnya. Tidak 100% warganya yang membudidayakan rumput laut memang, tapi perkembangannya cukup pesat karena permintaan pasar semakin meningkat. Jadi, sebenarnya apa yang membuat rumput laut ini diminati oleh masyarakat? Beruntung sekali selama perjalanan kami ditemani Prof. Ahmad Sulaeman, seorang ahli gizi dari IPB. Beliau menjelaskan kandungan gizi dan manfaat dari rumput laut. Kata beliau, rumput laut sangat bagus untuk pencernaan karena seratnya tinggi. Karena kandungan seratnya tinggi yang bisa mengenyangkan, rumput laut bisa menjadi alternatif pengganti nasi bagi orang yang sedang diet.
Keliling Pulau Pari dengan bersepeda. Kring..kring...asik sekali!
Kami juga diajak langsung melihat proses menanam rumput laut, memanennya, hingga proses penjemurannya. Karena lokasinya berbeda, kami berkeliling dengan sepeda. Asik sekali rasanya, berkeliling pulau sambil bersepeda. Saat berkeliling, beberapa dari warga Pulau Pari ada yang memberikan tester dodol dan manisan yang terbuat dari rumput laut. Enak! Sambil mencoba sambil mendengarkan penjelasan nelayan rumput laut. Kata mereka, memproses rumput laut cukup mudah. Setelah ditanam tunasnya selama kurang lebih dua bulan, rumput laut sudah bisa diangkat dan dibersihkan. Sstt.. dari dua kilogram tunas rumput laut yang ditanam, mereka bisa menghasilkan tiga kuintal, loh jika beruntung. Nah, setelah diangkat atau dipanen, rumput laut harus direndam dulu agar kotoran dan polusi dari air laut yang menempel hilang kemudian baru dijemur selama satu hingga dua hari. Setelah cukup kering, rumput laut siap untuk dikonsumsi, baik dimasak langsung maupun dikemas. Rumput laut yang sudah kering tadi siap dijual dengan harga 45.000 hingga 50.000 rupiah. Tanpa digarami, rumput laut sudah cukup asin, loh. Bahan makanan ini mengandung iodium tinggi yang bisa mencerdaskan otak.

Di sela-sela memasak olahan rumput laut dan ikan bersama Chef Opik di Pantai Perawan, Prof. Ahmad Sulaeman juga sempat menyarankan ke para orang tua di Pulau Pari untuk rajin mengonsumsi rumput laut dengan cukup untuk perkembangan otak dan janin karena jika anak atau janin kekurangan iodium, mereka akan mengalami kretinisme atau kekerdilan juga bisa berkecerdasan rendah. Hey, rumput laut ini juga bisa mencegah penuaan dini. Wah, pantas saja banyak kosmetik yang menggunakan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Asik kan, jalan-jalan kami. Tidak hanya jalan-jalan saja, tapi pengetahuan kami juga bertambah, bisa belajar masak bareng chef pula. :D
Meskipun sudah cukup kenyang dengan menikmati makan siang di Pantai Perawan yang eksotis andalan Pulau Pari, rupanya perut kami tidak menolak diisi dengan lezatnya makanan pesisir lainnya. Di Pulau Lancang, kami menikmati Rajungan dan Teri masakan Chef Opik. Bon Appetit!
I dont care with what people say when see me like this.. Rajungan dan terinya enak!!
Pulau Lancang ini memang pulau penghasil teri dan rajungan. Ada dua macam teri yang mereka hasilkan. Teri Nasi dan Teri Belah. Dari namanya saja sudah terlihat kan bedanya. Teri nasi ini ukurannya seperti nasi, kecil-kecil. Sedangkan teri belah berukuran lebih besar hingga bisa dibelah. Pengolahannya juga hampir sama dengan rumput laut ternyata. Setelah diangkat dari laut, teri dibersihkan dan direndam, kemudian direbus. Mereka bisa mengirim teri hasil olahan mereka ke berbagai kota di Indonesia dengan harga yang cukup tinggi, dua ratus ribu per kilo. Kecil-kecil gitu, teri punya banyak gizi. Proteinnya sangat tinggi, omega-3nya juga baik untuk perkembangan otak dan jantung. Teri juga mengandung kalsium, magnesium dan vitamin B1, B12. Natrium teri juga tinggi, meskipun baik untuk pertumbuhan, tapi tidak baik jika dimakan berlebihan, apalagi orang yang tekanan darahnya tinggi. Banyak sekali kan kandungannya. Kecil-kecil canggih bikin orang sehat ya..
Satu lagi yang tidak kalah lezat dari teri di Pulau Lancang adalah rajungan. Setahu saya, rajungan adalah hewan laut yang agak susah di dapat. Tidak semua perairan punya rajungan. Waktu kami ke sana saja, rajungan yang di dapat tidak sebesar dan sebanyak biasanya sehingga harganya cukup mahal, Rp. 75.000,- per kilo. Sampai di Jakarta, harganya bisa jadi naik 2x lipat. Tapi jangan salah, harganya yang mahal sepadan kok dengan lezatnya.

Rajungan berpenampilan seperti kepiting karena mereka memang satu keluarga. Hanya saja rajungan hanya bisa hidup di laut sehingga ada sepasang kaki yang berbentuk pipih seperti sirip untuk berenang. Warnanya juga berbeda dari kepiting, tutul-tutul gelap mendominasi cangkangnya. Bagaimana dengan kandungan gizinya? Tidak perlu diragukan lagi. Rajungan ini adalah hewat laut dengan kandungan merkuri yang sangat rendah karena selama hidupnya tidak menyerap zat-zat logam yang ada di lautan. Tapi kolesterolnya cukup tinggi, asalkan makannya seimbang, rajungan tidak membahayakan kesehatan. Zink yang terkandung pada rajungan juga cukup baik untuk pertumbuhan janin dan mencegah penyakit. 

Pulau Putri menjadi jujugan kami untuk istirahat dan bercengkrama di malam hari. Tim Sari Husada juga mengajak kami mejelajah gizi di beberapa pulau lagi esok harinya, ke Pulau Harapan yang punya banyak potensi dan Pulau Pramuka yang punya fasilitas wisata lebih lengkap. Kalau di Pulau Pari kami berkeliling dengan sepeda, di Pulau Harapan kami berkeliling dengan becak. Ini pengalaman baru yang benar-benar seru. Biasanya saya keliling pulau dengan jalan kaki atau perahu, tapi ini dengan kendaraan roda tiga yang jarang ada di sebuah pulau kecil.
Naik becak muterin pulau. Dimana lagi kalau bukan di Pulau Harapan?
Peserta Jelajah Gizi menanam mangroove bersama di Pulau Harapan
Penduduk Pulau Harapan membudidayakan mangroove, memproduksi kapal kayu dan berbagai macam olahan ikan. Di sana juga ada banyak pohon sukun yang bisa mereka produksi untuk keripik dan masakan lain. “Gizi sukun lebih tinggi dibandingkan dengan  singkong,” kata Prof. Ahmad Sulaeman. Tiap pulau punya potensi yang berbeda dan karakter yang berbeda. Pulau Pramuka terlihat lebih tertata dan lebih modern dibandingkan pulau lainnya. Ternyata Pulau ini adalah ibukota Kepulauan Seribu. Di sini kami seseruan berkompetisi memasak Sate Gepuk yang bergizi tinggi. Saya yakin, penduduk kepulauan ini pintar-pintar karena disekililing mereka banyak bahan makanan bergizi.
Gak usah takut berharap di sini, man!!

Nah, seru sekali kan perjalanan kami. Baru beberapa hari menjelajah gizi saja sudah terasa sekali manfaatnya. Sambil traveling keliling pulau, kita menikmati kulinernya dengan bonus pengetahuan gizi. Ayo Melek Gizi!!


Tunggu dulu, masih ada keseruan lain yang belum saya ceritakan. Coba saja lihat di sini.
Satu langkah kecil yang kita lakukan bisa mengubah hidup banyak orang. Let's be a smart traveler!