Untuk kesekian kalinya, saya kembali mendengarkan peliknya
masalah seseorang.
Malam itu, 22:30 03 September 2013, saya berada di dalam
kamar saya mengerjakan sesuatu sambil tidak sengaja mendengarkan sharing
seseorang kepada ayah. Bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali. Ada yang
datang karena anaknya terkena narkoba, ada yang cerita tentang ego suaminya,
tentang perselingkuhan, tentang perselisihan dengan saudara, bahkan masalah
kejelasan gender. Hanya mendengarkan saja, tanpa melihat siapa yang bercerita.
Kamar saya di lantai 2, sedangkan ruang tamu di lantai 1. Kedua ruangan ini
berjarak kurang lebih 10 m, 4 meter menuju tangga, 3 meter naik tangga dan 3
meter dari tangga. Rambatan suara dengan bebas sampai di kamar saya karena
batasan dindingnya hanya satu, selebihnya hanya udara dan partisi yang tidak
solid. Dari ngobrol biasa hingga menangis, saya mendengarnya.
Masalah rumah tangga yang mendesak diceritakan oleh
pemiliknya kali ini adalah rasa insecure seorang suami atas istrinya. Lebih
dari 10 tahun menikah, 3 kali berhubungan badan (yang katanya 3 kali tersebut
bukan karena kemauannya, tapi diperkosa sang istri), mengalami pukulan dan
siksaan lainnya oleh istri, sering ditinggal istri lebih dari seminggu,
kekayaan suami dikuasai istri serta suami diperlakukan seperti pembantunya.
Sang suami mengaku telah diperdaya istri selama menikah dan baru menyadarinya
pada tahun 2011. Bapak tersebut juga mengeluh kesakitan setiap kali berada di
rumah dan merasa sehat setiap kali keluar (jelas ini karena faktor psikologis).
Saya tidak begitu menyimak setelahnya dan memutuskan menulis ini setelah
berpikir beberapa waktu kala mendengarkannya. Saya tiba-tiba diingatkan
beberapa hal. Yang pertama, how amazing my father yang selalu bersedia kapan
saja mendengarkan siapa pun! Kapan pun, orang yang meminta waktunya untuk sharing
dan nasehat. Tidak sekali ini di malam hari bahkan di tengah malam, tiba-tiba
orang datang dan bercerita. Secapek-capeknya beliau, beliau selalu menanggapi
dengan baik. I know sometimes my dad didn't sleep at all in a day for working.
Bikin saya bilang, “Kamu masih mau ngeluh meh??”
Hal lain yang membuat saya bersyukur adalah
alhamdulillah saya tidak punya masalah yang seberat masalah mereka. Semoga
mereka diberi ketabahan lebih dan menjalani yang terbaik yang diberi Allah.
Saya cuma bisa mendoakan saja.
"Fabiayyi aalaaa irobbikumaa tukadzibaaan"
Maka, kenikmatan apalagi yang kau dustakan
31 dari 78 ayat surat Ar-Rahman (55) tersebut kembali terngiang.
Bersyukurlah, sudah banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
itu serius ada kisah lelaki yang seperti itu? o.O
ReplyDeleteIya sif :( Kasihan..orangnya terdengar stress gt.
DeleteEh ini gak bermaksud menyebarkan aib ya, cuma buat pembelajaran buat kita aja :D
Miris meh aku dengarnya sesama lelaki
Deletesingkat kata menanggapi "lapo kok gak dolek wedok liyo, seng iso dibina dan dibini dengan benar" hehe
*ini juga gak bermaksud gender lho ya*
Betul sif! :D
Delete