Sunday, October 27, 2013

Maka, Nikmat yang Manakah yang Kau Dustakan?

Untuk kesekian kalinya, saya kembali mendengarkan peliknya masalah seseorang.
Malam itu, 22:30 03 September 2013, saya berada di dalam kamar saya mengerjakan sesuatu sambil tidak sengaja mendengarkan sharing seseorang kepada ayah. Bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali. Ada yang datang karena anaknya terkena narkoba, ada yang cerita tentang ego suaminya, tentang perselingkuhan, tentang perselisihan dengan saudara, bahkan masalah kejelasan gender. Hanya mendengarkan saja, tanpa melihat siapa yang bercerita. Kamar saya di lantai 2, sedangkan ruang tamu di lantai 1. Kedua ruangan ini berjarak kurang lebih 10 m, 4 meter menuju tangga, 3 meter naik tangga dan 3 meter dari tangga. Rambatan suara dengan bebas sampai di kamar saya karena batasan dindingnya hanya satu, selebihnya hanya udara dan partisi yang tidak solid. Dari ngobrol biasa hingga menangis, saya mendengarnya.

Masalah rumah tangga yang mendesak diceritakan oleh pemiliknya kali ini adalah rasa insecure seorang suami atas istrinya. Lebih dari 10 tahun menikah, 3 kali berhubungan badan (yang katanya 3 kali tersebut bukan karena kemauannya, tapi diperkosa sang istri), mengalami pukulan dan siksaan lainnya oleh istri, sering ditinggal istri lebih dari seminggu, kekayaan suami dikuasai istri serta suami diperlakukan seperti pembantunya. Sang suami mengaku telah diperdaya istri selama menikah dan baru menyadarinya pada tahun 2011. Bapak tersebut juga mengeluh kesakitan setiap kali berada di rumah dan merasa sehat setiap kali keluar (jelas ini karena faktor psikologis). Saya tidak begitu menyimak setelahnya dan memutuskan menulis ini setelah berpikir beberapa waktu kala mendengarkannya. Saya tiba-tiba diingatkan beberapa hal. Yang pertama, how amazing my father yang selalu bersedia kapan saja mendengarkan siapa pun! Kapan pun, orang yang meminta waktunya untuk sharing dan nasehat. Tidak sekali ini di malam hari bahkan di tengah malam, tiba-tiba orang datang dan bercerita. Secapek-capeknya beliau, beliau selalu menanggapi dengan baik. I know sometimes my dad didn't sleep at all in a day for working. Bikin saya bilang, “Kamu masih mau ngeluh meh??” 

Hal lain yang membuat saya bersyukur adalah alhamdulillah saya tidak punya masalah yang seberat masalah mereka. Semoga mereka diberi ketabahan lebih dan menjalani yang terbaik yang diberi Allah. Saya cuma bisa mendoakan saja.

"Fabiayyi aalaaa irobbikumaa tukadzibaaan"
Maka, kenikmatan apalagi yang kau dustakan

31 dari 78 ayat surat Ar-Rahman (55) tersebut kembali terngiang.
Bersyukurlah, sudah banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita.

4 comments:

  1. itu serius ada kisah lelaki yang seperti itu? o.O

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sif :( Kasihan..orangnya terdengar stress gt.
      Eh ini gak bermaksud menyebarkan aib ya, cuma buat pembelajaran buat kita aja :D

      Delete
    2. Miris meh aku dengarnya sesama lelaki
      singkat kata menanggapi "lapo kok gak dolek wedok liyo, seng iso dibina dan dibini dengan benar" hehe

      *ini juga gak bermaksud gender lho ya*

      Delete