|
I'm flying from Indonesia to Malaysia. Just like an angel.. Muahahahahahah :* |
This is my first trip without
knowing anything what will I do during the trip. Gak tau mau kemana aja, gak
tau mau ngapain aja. Benar-benar blind. Kecuali satu, mau pergi sama siapa.
Inilah mengapa saya kurang begitu tertarik dengan tiket promo yang jadwal
perginya lebih dari 6 bulan ke depan. Excitementnya ilang. Itu buat saya sih.
Dan hal lain yang membuat excitement itu berkurang adalah.. belinya bukan atas
dasar keinginan sendiri. Tapi ikut-ikutan teman karena iming-iming destinasi
yang belum banyak dipublish, Kuala Terengganu.
|
a ticket to Penang |
Tapi, se-gak excitementnya saya
sebelum berangkat (hingga satu jam sebelum ke airport), tetep penasaran dengan
suatu perjalanan yang belum saya rasakan sebelumnya. Masih penasaran, “bakal
dapet apa sih di trip kali ini?”, “Seseru apa trip ini nanti kalo saya sengaja
get lost?” Itu pikiran-pikiran yang muncul meyakinkan saya untuk akhirnya
menuntaskan rencana ke Malaysia ini.
Flight saya pukul 20.30 dari
Surabaya. Jadi, 18.30 seharusnya sudah ada di airport. Dan jam itu saya masih nyempet-nyempetin
bikin adonan batagor untuk BasMie. Santai brooo.. ketinggalan pesawat juga gak
masalah, berarti saya tidak ditakdirkan untuk pergi. As simple as that. Gak ada
perasaan kecewa, panik, atau apa lah..
Jarak rumah dan airport cukup
dekat, naek motor aja cuma 15 menit. Sebelum pergi, ayah-ibuk mastiin saya bawa
duit cukup. “Bawa uang berapa, dek?” “a million, Yah.. 305RM” “Hah? Cukup??!!”
“Cukup. Harus cukup. Memang berencana nggembel kok Yah, jangan ditambahi,
please..”
*salim dan cipika-cipiki sama
emak*
Tepat 20.30, terbanglah saya dan
teman-teman bersama Air Asia ke negara asalnya, Malaysia. Travelmates kali ini
adalah Peter, Nuqee, NK, Bryan, Sasa, Amel, Eni, Lulu dan Lili. Kami bersepuluh
bagai butiran debu yang tak tahu tujuan kami nanti. Hanya satu orang yang kami
andalkan, Peter. Peter yang pertama menggembar-gemborkan rencana ke Kuala
lumpur, Kuala Terengganu dan Peter juga yang mengatur semuanya. We relied on him. Kami tidak seantusias awal merencanakan trip ini dulu, apalagi setelah tahu kalau Kuala Terengganu tidak bisa diandalkan
untuk dijadikan Plan A karena ombaknya yang cukup besar di bulan ini.
2,5 jam perjalanan Surabaya-Kuala
Lumpur saya maksimalkan untuk tidur. Sampai di LCCT, bandara tempat air asia
lepas-landas, sudah pukul 00.00 waktu setempat. Kami langsung menuju Food
Garden, food court tempat makan dan tempat tidur para pelancong yang menunggu
flight atau bus di sana. Budget kami yang terbatas membuat kami selalu berpikir
ulang di saat akan membeli sesuatu. Our first meal in Malaysia is Nasi Lemak.
Rata-rata masakan sejenis di food garden ini 4 hingga 8 RM. Di sini kami baru
merapatkan akan kemana kita nanti. Kami mau ke Penang. Dari KL ke Penang akan
kami tempuh dengan bus. Dan bus ke sana tidak ada yang langsung dari LCCT,
harus ke Puduraya dulu. Sedangkan bus dari LCCT ke Puduraya baru ada pukul
05.30 am. Jadi, selama lima setengah jam kami habiskan waktu di food garden.
Makan, ngobrol, tidur, hingga mati gaya.
|
Ngemper di LCCT tengah malam. Nunggu bus yang baru datang pukul 05:30 |
Hari pertama kami, 18 Januari, kami
mulai dari 05.30. Kami berangkat menuju Puduraya. Tarifnya 8RM. Perjalanannya
kurang lebih 1,5 jam. Sampai di Puduraya, kami melanjutkan perjalanan selama 5
jam ke Penang dengan bus seharga 35RM. Pintar-pintarlah menawar dengan calo bus
di sana. Harga standarnya adalah 35RM, mereka seringkali menawarkan minimal
40RM. Busnya seperti bus patas eksekutif lintas sumatera yang harganya
240.000an. Bedanya, bus ke Penang ini tidak ada toilet di dalamnya. Tapi di
tengah perjalanan, bus selalu berhenti di pom bensin Petronas. Perjalanan
KL-Penang tidak begitu membosankan karena pemandangannya banyak yang masih
alami. Tebing-tebing dan sawah yang masih hijau. Siang harinya, kami sampai di
terminal Sungai Nibong, Penang. Untuk lanjut ke George Town, Penang, kami menyeberang
masuk ke terminal dan naik bus 401 seharga 2RM ke Lebuh Chulia. Lebuh Chulia,
atau Chulia street ini adalah kawasan backpacker di Penang. Kata orang-orang
sekitar, “Chulia street is a putih people stay in Penang.”
|
Street art berbahan metal di beberapa dinding di Penang |
Chulia street ini letaknya di
daerah china town dan little India. Tidak heran orang-orangnya berisi dua
rumpun tersebut. Muter-muter di sini cari hotel ternyata mudah sekali. Sebentar
saja kami langsung menemukan hotel di pojokan jalan. Broadway Budget Hotel.
Kami ambil paket familiy room yang isinya bisa 5 orang. Per orang dikenakan
tarif 20RM. Setelah lihat kondisi kamar, tanpa pikir panjang langsung kami iyakan.
Hanya saja mereka sempat mempertimbangkan cowok-cewek yang sekamar. Kami bilang
beberapa dari kami adalah saudara. Hihiii :D
|
Our 1st Hotel. Really not bad at all.. |
|
Jajaran hotel di daerah Chulia Street |
Banyak sekali hotel budget
seperti itu di daerah ini. Rata-rata harganya 20RM. Selisih sedikit 1-2RM sih..
Di Penang, terminal besarnya namanya Komtar. Setiap haltenya juga ada tulisan
jurusan bus dan nomernya. Pegang peta, dan jangan lupa tanya orang sekitar jika
bingung. Penduduk sekitar adalah petunjuk paling oke. Vastuu. Cukup aman
backpackeran di sini. Soal bahasa juga tidak menjadi kendala. Kalau bingung
berbahasa melayu, bahasa Inggris saja lebih mudah.
|
Batu Feringgi Beach.. Hemm.. belum nemu spesialnya. Masih sama dengan pantai-pantai pada umumnya. |
Sore hari di Penang kami habiskan
sisa waktu kami di Batu Feringgi Beach dengan bus 101 seharga 2,7RM langsung
turun halte Batu Feringgi. Kurang lebih 20-30 menit. Sebelum berangkat kami
sempatkan makan dulu di sekitar hotel. Makanan di sini hampir semuanya bermenu
khas Melayu dan India. Macam-macam roti canai, nasi kandar, nasi lemak dan
lainnya. Jarang sekali nasi putih yang benar-benar nasi putih seperti yang
biasa kita makan di Indonesia di Malaysia. Nasi putih di sini kebanyakan nasi
dengan bumbu seperti nasi uduk. Siang itu saya memilih menu unik. Nasi sotong,
nasi putih dengan lauk potongan cumi berbumbu kuning. Sotong artinya cumi-cumi.
Dan dari hasil pengamatan saya di beberapa tempat makan di sana, lauk sotong
harganya cukup mahal. Minimal 2RM. Waktu itu saya membeli nasi sotong dengan
tambahan sayur, total harganya 5,4RM. Minumnya Es Teh Tarik 1,5RM. Jadi, siang
itu saya menghabiskan 6,9RM untuk makan siang. Damn! Harus ngitung duit lagi
deh nanti pas makan.
|
Sekilas mirip Sumur Tiga di Pulau Weh |
Batu Feringgi Beach. Pantai di
Penang yang menyerupai Pantai di Seminyak, Bali. Ada resortnya, ada tukang
kelabang rambut, ada tempat-tempat bersantai dan gazebo yang disewakan.
Bedanya, di sini ada water sportnya. Banana Boat dan Parasailing. Tarif Banana
Boat per orang 10RM dan Parasailing 175RM. Bersantai di pantai memang tentrem
ya.. Leyeh-leyeh gak jelas sambil ngobrol bareng teman-teman, main air,
foto-foto narsis. Ya.. gitu aja.. typical. Sorry, but I prefer Indonesia beaches..
|
Warna-warni di Batu Feringgi |
|
Ada Parasailingnya juga |
|
Pasukan Butiran Debu..haha let the trip flow like a dust |
|
Me, Sasa, Bryan, NK, Lili, Peter, Lulu, Nuqee, Eni, Amel |
Dari Batu Feringgi kami beranjak
kembali ke Hotel. Waktu itu sudah pukul 19:00 waktu sana, masih terang
benderang. Kami menuju Komtar dulu 2,7RM. Dari Komtar kami jalan kaki ke Chulia
Street. Ternyata lumayan jauuuuuuhhh... Pas malam hari di Chulia street banyak
PKL yang berjualan di sepanjang jalan. Banyak pilihan makanan, tapi banyak yang
gak jelas halal atau tidaknya. Better you ask and consider it first before you buy. Saya sempat tergoda jus segar aneka buah,
harganya 2RM. Makanan yang dipilih teman-teman malam itu nasi goreng, bihun
goreng dkk. Penjualnya orang India-Arab. Harganya cukup murah, 3RM per porsi.
Hey, beli mineral waternya kalau ingin hemat jangan di 711.. di sana air
mineral besar minimal 2,5RM. Kalau di toko lain rata-rata hargany 2RM.
|
Komtar Terminal. The biggest Terminal in Penang. |
Hari kedua di Penang, kami
putuskan untuk keliling Goerge Town. Goerge town merupakan kota tua yang dinobatkan
oleh UNESCO menjadi heritage town. Keliling Goerge town memang menyenangkan,
kotanya tenang, gak ruwet and so many loveable building.
|
Suasana sore hari di Penang |
|
Han Jiang Ancestral Temple |
|
Kuil Mahariamman. The oldest temple in Penang |
|
Old Church |
|
Foto keluarga di Esplenade Goerge Town |
|
Sambil nungguin bus, nyoba levitasi dulu.. hehe |
Beberapa tempat yang kami
kunjungi yaitu Love Lane, Han Jiang Ancestral Temple, Little India, Kuil Sri
Shakti Vinayagar, Old Church, Esplenade, dan beberapa bangunan tua lainnya.
Setelah itu kami lanjutkan ke Kek Lok Si Temple, an old temple up on a hill.
Untuk ke kuil ini, kita naik bus menuju komtar seharga 1,4RM. Oya, karena
komtar adalah terminal besar, hampir semua bus di Penang salah satu jurusannya
adalah komtar. Dari Komtar naik bus 201 atau 203 di line 2 menuju Kek Lok Si
dengan harga 2RM. Kek Lok Si Temple adalah temple tertua di Penang. Kuil dan
Pagodanya indah dengan background langit biru.
|
Contoh tiket transportasi di KL |
Dari Puduraya kami berhenti di
stasiun Hang Tuah ST4 dan melanjutkan dengan monorail ke Bukit Bintang Platform
1. Bukit bintang adalah area para backpacker dan pelancong lain yang berniat
stay. Kami butuh tempat untuk singgah malam itu, untuk meluruskan kaki dan
mengistirahatkan badan sebentar. Setelah cukup berputar-putar mencari tempat
inap yang murah, kami akhirnya memutuskan menginap di Green Hut Hotel.
Lokasinya di Teng Kat Thok Shin Street. Tawar-menawar dengan memelas, akhirnya
mendapat harga 80RM per kamar dan boleh diisi 4 orang. Satu kamar yang berisi
double bed ukuran 160x200 ini memakai sistem shared bathroom. Lucunya, masuk
hotel alas kaki harus di lepas seperti masuk ke dalam rumah. Selain perkamar,
hotel ini juga menyediakan dorm. Per kepala dihargai 30RM. Saya suka dengan
interiornya yang cukup membuat nyaman seperti di rumah. Lobbynya didesain
seperti ruang tamu dan area inapnya seperti suasana kos, kamar-kamar berjajar
dengan lantai parket laminate serta kamar mandi yang berbagi.
|
Lobby Green Hut Hotel |
|
Alas kaki kudu di lepas. Kayak rumah :D |
Di kawasan backpacker pasti
banyak tempat makan murah. Demikian juga Bukit Bintang. Di daerah ini banyak
tempat makan murah, tapi yang lebih murah lagi dan cukup memanjakan lidah kami,
Indonesian people, adalah pedagang makanan di pinggir jalan di waktu pagi.
Mereka biasanya buka hanya pagi hari di saat orang-orang berangkat kerja.
Harganya mulai 2,5RM ke atas. Menunya juga beragam, tidak melulu nasi lemak dan
sejenisnya.
|
Beli sarapan di PKL. Enak dan murmer. |
Gak afdol rasanya ke KL tapi gak
ke Petronas atau twin tower. Karena waktu itu siang, kami tidak berhasil
mengambil foto yang oke. Silau. Kami sepakat untuk kembali lagi di malam hari.
Cukup jalan kaki saja kok untuk ke sini dari bukit bintang. Jaraknya hanya
1,5-2km-an lewat KLCC.
Pas istirahat di depan twin
tower, kami memutuskan langsung ke Batu Caves. Dari KLCC station dengan LRT
menuju KL Sentral 1,6RM. Langsung oper Komuter tujuan Sentul Batu Caves. Rupanya
kami telat beberapa menit mengunjungi Batu Caves. Di sana baru saja selesai
acara upacara Hari Ponggal. Isinya 99% orang India. Fiuuuuuuhhh... terlihat jorok.
Sampah dimana-mana, bau, panas. Males banget liatnya, karena memang kebetulan momennya setelah ada acara sih ya..
Batu caves ini isinya
beberapa kuil, patung Budha raksasa yang ada di atas bukit. Tangganya berjumlah
272 anak tangga. Gak begitu amazed deh pas di sini, but we had fun dengan
melakukan variasi gaya lompatan. Hihiii.. Saya berhasil meracuni teman-teman
untuk melompat di setiap lokasi :D
|
Do I look like a real architect? :D |
|
Holding Batu Caves |
Ternyata harga tiket komuter
berangkat dan kembali dari/ke Batu Caves tidak sama. Dari Batu Caves ke KL
Sentral 1,6RM, sedangkan dari KL Sentral ke
Batu Caves hanya 1RM. Di KL sentral sore itu kami berpisah. 4 diantara kami
harus ke airport untuk kembali pulang ke Surabaya.
Tinggal kami berenam yang
tersisa, dan satu dari kami juga berpencar karena mencari gereja untuk ibadah minggu.
Karena tidak ada penjual makanan pinggiran yang murah di daerah KL Sentral,
kami menuju masjid Jameek. Di sana banyak PKL yang berjualan. Sayangnya, gak
semuanya murah meskipun capnya PKL. Eh tapi, ada satu jajanan yang menggoda
saya. Sepanjang perjalanan di daerah Masjid Jameek, saya banyak melihat
orang-orang yang membawa plastik berisi potongan-potongan buah dan bumbu
seperti rujak. Ada juga yang membawa sekantong plastik berisi gorengan-gorengan
seperti tempura, dkk. Akhirnya saya dan teman-teman membelinya. Buah-buahan
dengan bumbu rujak dan aneka macam gorengan. Harganya cuma 1,5RM. Masya allah..
nikmatnya. Saya jadi pengen makan itu lagi sekarang.. Apalagi makannya di saat
hujan. Woooooohhh... wenaak.. sumpah..
|
Jajanan PKL yang benar-benar menggoda. Cuma 1RM kok rata-rata. |
|
Rujak manisnya juga enaaakkkk.. *ketagihan* |
Kami memutuskan mencari penginapan
di daerah sana saja biar lebih mudah dan menghemat waktu. Akhirnya kami
berjalan mengelilingi daerah masjid jameek dan tidak terasa kami berjalan
hingga di China Town. Hampir setiap hotel yang terlihat kami datangi. Belum ada
yang cocok dengan kantong hingga akhirnya kami menemukan beberapa hotel yang
bisa kami jadikan alternatif untuk inap. Citi Hotel dengan harga 20RM per orang
yang fasilitasnya cukup oke, China Hotel dengan harga 128RM untuk famili room
yang bisa ditempati 5 orang dan akhirnya pilihan kami jatuh ke Sasana Hotel di
dalam china town. Tepat di sebelah gerbang China town. Kami melihat tenda
kanopi berwarna merah bertuliskan mymaliahotel.com sebelumnya, lalu kami
tertarik masuk. Eh, disebelahnya pas ada mbak-mbak seksi berjajar menawarkan massage
yang saya duga adalah massage plus-plus. Tampang penjaganya seperti tampang
orang heran waktu kami masuk sana. Saya lihat ada ukiran bismillah atau tulisan
arab lain apa lah itu namanya.. Saya pikir, “oh..hotel ini masih muslim, aman”
Penjaganya orang India, begitu pula pegawainya yang lain. Per kamarnya 60RM.
Kami dibiarkan melihat-lihat kamar sendiri. Satu kamar berisi satu double bed
dan kamar mandi yang cukup lebar. Hemm..Not bad.
|
Sasana Hotel KL yang sebelahan sama markas mbak-mbak massage++ |
Kami tawar satu kamar itu untuk 4
orang. Kalau bisa untuk 6 orang. Anehnya, mereka tidak menyediakan family room.
Ada kejanggalan yang saya rasakan di sini.. :D
Dengan tampang melas,
semelas-melasnya, dan tampilan kumus-kumus seharian di jalan, kami merayu
penjaganya untuk membiarkan satu kamar 4 orang. Bapaknya bilang dengan nada
heran, “kalian nyaman dengan empat orang dalam satu bilik?” Hahaaa.. maklum,
prinsip ekonomi adalah prinsip kuat sebagai Backpacker. Yang penting bisa tidur
malam itu. Finally, si Bapak, yang
ternyata pemilik hotel, mengijinkan kami. 60RM untuk 4 orang. It means 15RM per
person, guys.. Murah! Ahahahahah
|
Suasana China Town KL |
We didn't have an exact plan that
day. So, after we know that we stay in a china town where so many merchandises
and gifts to be sold, we walked around that area. Kami juga menjumpai berbagai
makanana di sana. Tapi, cuma beberapa kedai saja yang kami yakini halal.
Semuanya murah di sini tjiiiinnn.. beli oleh-oleh di sini aja.
|
Petronas Tower in the night |
Karena merasa belum puas dengan
hasil foto siang tadi di depan Petronas, kami menuju Petronas lagi dengan LRT. Padahal
sudah pukul 22:30. Waktu kami tidak banyak. Karena daerah hotel kami terlihat
cukup rawan. Mayoritas orang India dan kondisi daerahnya seperti daerah pasar
besar yang ada di pinggiran kota. Sumpah ya.. serem deh cewek-cewek jalan di
daerah sini pukul 11 malam.
Waktu pagi mau sarapan, ternyata mbak-mbak
yang di sebelah itu keluar masuk hotel. Whoaaaa... ternyata hotel ini dijadikan
hotel “gituan” juga. Well, it doesn't matter. Selama kita gak macem-macem, gak
masalah kan.
Kami beruntung menemukan tempat
sarapan enak dan murmer di sana, sekitar 20m dari hotel. Tepat di pinggir jalan
raya ada kedai yang ternyata pemiliknya orang Jawa Barat. 2,5RM sudah bisa
makan enak loh.. :D
|
Nasi uduk murmer |
|
Lokasinya 20m dari gerbang china town |
|
The owner is Javanese |
Sambil makan, kami pikirkan mau
kemana saja hari itu. Kami putuskan untuk keliling Museum-museum dan ke
Botanical Garden. Ah iya, sebelumnya kami mampir Maydin di dekat china town
dulu untuk membeli beberapa coklat. Maydin adalah toserba paling murah yang
kami temui. Di sana, air mineral 2lt yang pada umumnya 2-2,5RM, di sana hanya
dijual 0,9RM. Gilak! Pantes, rame banget swalayan ini.
Kami bertanya pada orang-orang
jalan menuju Masjid Negara, Museum Islamic Art, dan museum lainnya. Tidak
banyak yang tahu ternyata. Kami mengandalkan peta dan GPS. Jalan..jalan.. dan
jalan. That what we did in KL.. Kami sempat ke Pasar Seni dan Central Market
yang isinya didominasi kerajinan-kerajinan. Agak sensi lihat ada batik dan
wayang di dalam sana. Positive thinking saja ya, may be they sell many kind handicrafts from many countries.
Overall, hidup 4 hari di sana saya menghabiskan kurang lebih Rp. 750.000 dan tiket Surabaya-KL Rp. 300.000 pulang pergi. Jadi total satu jutaan. Nggembel like a hell!
Karena melihat duit masih cukup
banyak, saya hedon! Saya rindu hidup hedon! Makan es cone Mcd, makan KFC. Tapi
terus menci-menci –“ karena saus-sambal KFC yang aneh dan berbeda dengan rasa
di Indonesia. Aku rindu Indonesia!
Namanya juga perjalanan ya, ada keseruan di dalamnya, ada sisi gak enaknya juga. Perlu lah memang kita ke luar
negeri, biar kita tahu bagaimana negeri selain negeri kita. Kita bandingkan
baik-buruknya. Traveling keluar negeri selalu membuat saya rindu negeri saya
sendiri, membuat saya makin mencintai negeri sendiri.. Love you Indonesia!
But its not about the destination, anyway.. its all about the journey.
Sincerely,
Mehdia
Apakah NK yg dimaksud adalah si budak kecik Noer Karmawan itu? Ohh....jangan-jangan....
ReplyDeleteWell, ekceli he is my host in Surabaya when I went ngegembel to Java island.
Hey..iya..exactly thats NK :D
ReplyDeleteOyaa? Next time kalo ngegembel ke Surabaya lagi kita bisa meet up!
Suka baca tulisan ini... thank for sharing ...., so kapan nih backpack ke eropa ??? Ikutan dooonggg.... xixi
ReplyDeleteSuka dengan jabaran cerita di atas. Hmm.. nambah wawasan nih,, :D. Thank's for sharing ...
ReplyDeleteThank you.. Doakan saja segera ya :D
ReplyDeleteasik deh tambah referensi sebelum berangkat
ReplyDeleteSipp mas! :D
DeleteGPS untuk jalan kaki akurat gak? hehehe...
ReplyDelete