JP for Her for the 2nd time :) |
Tulisan judul itu pertama
kali saya baca di desain kaos salah satu gerai di Sabang, Aceh. Saya tersenyum
bangga membacanya, dan saya jawab dengan bangga pula, “Sudah Pernah!”
Ya, saya baru saja mengunjungi
bagian paling barat Indonesia, Sabang. Pulau Weh adalah nama lain dari wilayah
ini. Akhir April kemarin, saya melakukan perjalanan ke Sabang bersama tiga
kawan saya dari perjalanan-perjalanan sebelumnya. Fauzan a.k.a Ichant, teman trip dari
Surabaya, Mas Widhi, teman trip dari Jakarta yang sebelumnya seperjalanan di
trip Derawan, dan Mas Bayu, teman Mas Widhi dari Aceh.
Perjalanan ini
berawal dari keisengan kami membeli tiket promo salah satu maskapai penerbangan
ke Medan. Tanpa pikir panjang, saya langsung membeli tiket pulang pergi selama
sembilan hari. Gila memang, saya belum ijin sama sekali ke atasan untuk trip
ini. Bahkan untuk trip sebelumnya (trip Kalimantan Timur) saja saya belum minta
ijin cuti. Tapi jauh sebelumnya, saya
sudah lama berniat untuk menyempatkan diri minimal seminggu untuk mengeksplore
suatu tempat baru. Menjelajahi tempat tersebut dan membaur bersama orang-orang
baru dengan budaya yang berbeda dengan saya. Tujuan utama kami waktu itu
Sabang, Banda Aceh, Medan serta Bukittinggi.
Setelah ijin saya
dapatkan, rencana kami matangkan dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya
tentang daerah yang kami kunjungi. Apa saja yang ada di sana, bagaimana cara ke
sana, bagaimana kondisi alamnya, apa pun yang berhubungan dengan tujuan kami.
Kami bepergian dengan cara backpacking. Kami mencari host yang bisa menemani
atau bahkan menampung kami di sana atau setidaknya kami mendapatkan teman yang
bisa memberi kami informasi lebih soal tujuan kami. Beruntung kami mendapatkan
host untuk hampir semua tujuan kami (Medan, Aceh dan Bukittinggi) kecuali
Sabang.
Di Pelabuhan Balohan. photo: Ichant |
Singkat cerita,
setelah hampir dua bulan kami menggali informasi, berangkatlah kami dengan
persiapan yang cukup matang. Jumat, 27 April kami berangkat dari Surabaya
menuju Medan dengan pesawat. Hanya sebentar waktu kami untuk berkeliling kota
Medan karena malam harinya kami sudah harus berangkat ke Aceh. Untuk sampai ke
Sabang, harus via Banda Aceh telebih dahulu baik via darat maupun udara.
Perjalanan via darat dari Medan ke Aceh memakan waktu 12 jam. Ada beberapa
perusahaan oto bus yang menyediakan transportasi ke sana. Bus Pelangi salah
satunya, tarifnya Rp 120.000,- Medan-Aceh. Beberapa bus lain yang saya tahu Kurnia, PM Toh dan
AKAS. Harganya cukup bersaing satu
sama lain. Kami naik bus dari Pangakalan Brandan, tempat
menginap kami selama di Medan, dua
jam dari kota Medan, pukul 22.30 WIB dan sampai di
terminal Banda Aceh pukul 08.00 pagi keesokan harinya. Kami mengejar kapal ke
Sabang pagi agar waktu kami untuk
mengeksplore di sana lebih banyak. Untuk ke Pelabuhan Ulee Lheu dari terminal bisa
kita jangkau dengan Labi-labi, becak motor khas Aceh, selama 15 menit dengan
harga Rp 30.000,-. Kalau bisa menawar Rp 20.000,- itu sudah sangat murah. Jadwal kapal dari Pelabuhan Ulee Lheu (Banda Aceh) ke Pelabuhan Balohan
(Sabang) ada dua kali penyeberangan, pagi dan sore. Ada dua jenis kapal yang
bisa kita tumpangi ke sana. Kapal cepat (45 menit) dari harga Rp 60.000 hingga Rp 85.000
setiap jam 9.15 dan 16.00 dari Ulee Lheu. Kapal lambat (1,5 jam) dari harga Rp 20.000 hingga Rp 40.000 dengan selisih
waktu kira-kira 2 jam lebih awal dari Kapal cepat. Karena waktu itu kami tidak
bisa mengejar kapal lambat, akhirnya kami naik kapal cepat. Lebih mahal memang,
tapi lebih nyaman dan efisien. Kami bertemu dengan Mas Widhi dan Mas Bayu yang
sudah menunggu di Pelabuhan. Mas Widhi memang sudah sehari sebelumnya datang
lebih awal di Aceh, kebetulan ada urusan pekerjaan. Jadilah kami berempat berangkat ke Sabang pagi itu.
Perjalanan selama 45 menit terasa begitu cepat. Kapal kami berangkat
pukul 09:15 dan sampai di Pelabuhan Balohan pukul 10:30. Pertama turun dari
kapal kami disambut papan besar bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan
Pelabuhan Bebas Sabang”. Pelabuhan Balohan Sabang memang membebaskan pajak
barang yang masuk ke pulau ini. Pulau berjumlah kurang lebih 300 ribu penduduk
ini sering mengekspor barang dari negeri seberang Malaysia dan Singapura. Yang
paling mencolok adalah mobil mewah yang lazim kita jumpai di pulau ini. Mobil
dari Singapura dibeli dengan harga murah oleh penduduk Sabang.
Transportasi yang bisa kita gunakan untuk keluar dari pelabuhan tidak
banyak. Hanya motor (penduduk Sabang menyebutnya Honda) yang bisa kita sewa Rp
80.000,- selama 12 jam atau pagi hingga sore. Kalau ingin menyewa selama 24 jam
tarifnya Rp 120.000,- belum termasuk bensin. Tanya saja ke orang-orang di
Pelabuhan atau hubungi nomer telepon jasa ini yang ditempel depan loket
pemesanan tiket kapal. Selain motor kita bisa menggunakan mobil Colt Rp
15.000,- dari pelabuhan ke Kota Sabang saja. Jika berniat keliling Pulau Weh
dengan Colt atau mobil lain yang ditawarkan pemiliknya di pelabuhan tarifnya Rp
300.000,- atau Rp 400.000, lakukan tawar-menwar dengan pintar. Waktu itu saya
dapat Rp 300.000 untuk sewa mobil selama seharian penuh hingga keesokan
harinya. Jangan malu bertanya soal penginapan dan lain-lain ke sopir atau orang
sekitar. Jika beruntung, kita bisa dapat penginapan yang murah di depan pantai.
Tarif penginapan di daerah Pantai Iboih sekitar Rp 300.000an. Lebih jauh dari
pantai lebih murah tarifnya. Hotel-hotel di daerah kota Sabang tarifnya mulai
Rp 40.000,-an. Di Pantai Iboih ada yang menyediakan penginapan di bawah Rp
300.000,- hanya saja lokasinya memang agak jauh dari dermaga Iboih, jalan
kira-kira 10 menit dari Dermaga Iboih. Kami sangat beruntung waktu itu dapat
penginapan dengan harga Rp 150.000,- per kamar dengan fasilitas AC, TV, DVD
player, pantry, double bed, kamar mandi dalam dan berada tepat di depan pantai.
Hari pertama di Sabang kami habiskan dengan mengunjungi Tugu Nol
Kilometer Indonesia, Pantai Gapang dan bersnorkeling di Pantai Iboih juga Pulau Rubiah. Sebelum
berkeliling kami sempatkan makan siang dulu di kota Sabang. Menu kami siang itu Mie Jalak,
salah satu kuliner khas Sabang. Rp 10.000,- untuk satu porsinya. Kami juga
mencoba Bakpia Sabang. Banyak makanan khas Sabang yang bisa kita coba, Sate
gurita, Mie Ping Sung, Dodol Sabang, Salak Sabang.
Monumen Nol KM Indonesia |
Setelah makan siang kami menuju Tugu Nol Kilometer Indonesia. Lokasinya
di ujung pulau dan melewati jalanan yang banyak monyet liar. Di area tugu sendiri
juga banyak monyet liar dan babi hutan. Jangan sampai terlihat para monyet dan
babi hutan kita membawa makanan waktu ke sana kalau tidak mau diganggu. Kondisi
tugu ini sebenarnya masih bagus, namun tidak terawat. Simbol not kilometernya
juga sudah hilang. Di seberang tugu ini kita bisa melihat bagian Pulau Weh yang
lain. Lautan
lepas bagian dari Samudera Hindia dengan tebing-tebing yang indah serta semilir
angin yang sejuk. Kita bisa mendapatkan setifikat tanda kita telah mengunjungi
Tugu Nol KM, caranya mudah, hanya menunjukkan bukti foto kita waktu di sana ke dinas
pariwisata Sabang. Kantornya di daerah Kota Sabang dengan biaya kurang lebih Rp
17.000,- hingga Rp 20.000,-. Jasa pembuatan ini juga bisa kita dapatkan melalui orang yang
dipercaya dinas pariwisata untuk membantu mengurusnya, contohnya di salah satu
toko souvenir yang saya kunjungi. Kebetulan pemiliknya memang duta wisata
Sabang.
Huooooo...Saya menclok di tugu 0KM Indonesia. photo:Ichant |
View Samudera Hindia dari seberang Tugu. photo: Ichant |
Dari Tugu Nol KM, kami lanjutkan perjalanan ke Pantai Gapang. Pantai
berpasir putih ini lokasinya sebelum Pantai Iboih. Airnya jernih, berwarna
hijau. Segala kelelahan kami hilang melihat pantai ini. Didukung semilir angin
yang dingin dan cuaca yang bagus, kami beristirahat sambil menikmati pantai. Hari
sudah menjelang sore, kami langsung ke Iboih untuk ke penginapan dan bersiap
snorkeling ria. Di Iboih, banyak
persewaan alat-alat snorkeling dan jasa perahu penyeberangan ke Pulau Rubiah.
Harga sewa perunit alat snorkeling Rp 15.000 dan Rp 40.000 untuk satu set
(snorkel, fin dan pelampung). Harga sewa perahu untuk menyebrang ke Rubiah ini
Rp 100.000,- hingga Rp 300.000,-. Tergantung muat orang yang bisa ditampung
perahu dan kondisinya. Iboih dan Rubiah cukup dikenal dengan spot snorkeling
dan divingnya yang indah. Hanya saja, waktu kami ke sana kondisi karangnya
banyak yang hancur efek dari gempa dan global warming tapi ikan-ikannya cukup
beragam dan berwarna-warni indah. Tidak rugi kami melakukan perjalanan panjang
ke sini.
Gelantongan di Gapang Beach. photo: Ichant |
with the boys..Left-Right. Ichant, Mehdia, Widhi, Bayu |
Dermaga Iboih |
Rubiah Island |
Keesokan harinya kami lanjutkan untuk mengeksplore Pulau Weh dengan
motor. Kami sempatkan makan nasi gurih dan mie aceh di pasar Kota Sabang atau
Jl. Perdagangan namanya. Rata-rata per porsinya Rp 6.000, - 10.000,-. Cukup
banyak warung berjajar di jalan ini. Setelah makan kami ke Danau Anoek Laot,
danau ini dekat dengan pelabuhan Balohan dan kota. Bisa kita lihat waktu kita
keluar dari pelabuhan dan perjalanan ke arah Iboih. Kami hanya bisa
melihat-lihat saja di danau ini. Jangan lupa membeli kaos atau souvenir lain
khas Sabang di daerah Kota Atas Sabang.
Aneuk Laot Lake |
Tujuan kami selanjutnya yaitu Pantai Sumur Tiga, di pantai ini kita bisa
menikmati sunrise. Sayang, waktu kami
ke sana siang hari. Hanya bisa bermain-main di pantai saja. Keindahan Pantai
ini tidak kalah dengan Pantai Gapang. Pasirnya putih dan gradasi warna air
akibat salitasi terlihat memukau. Tidak berlama-lama kami di sini karena kami
harus balik ke Aceh sore hari sehingga hanya beberapa tempat lagi yang bisa
kami kunjungi. Destinasi terakhir kami yaitu Pantai Anoi Itam dan Benteng
Jepang. Lokasi Benteng ini sebelum Pantai Anoi Itam dan saling berdekatan satu
sama lain. Dari atas Benteng kita bisa melihat Pantai Anoi Itam yang pasirnya
berwarna hitam. Di sini terkenal dengan makanan rujak Aceh.
Sumur Tiga Beach |
Anoi Itam Beach |
Japanese Fortress |
Jadwal berangkat kapal kami ke Pelabuhan Ulee Lheu pukul 4 sore. Masih banyak destinasi
yang belum kami kunjungi di pulau ini, tapi kami harus segera kembali untuk
melanjutkan perjalanan ke kota lain. Tidak cukup dua hari untuk menjelajahi
pulau Sabang. Kami berharap bisa kembali ke Sabang lagi dan melanjutkan
perjalanan hingga Marauke.
Meh, tulisannya masuk koran ya? I read it this morning. Congrats ya, Meeeh~~ XD
ReplyDeleteTulisanmu enak banget buat dibaca, dan bener-bener bikin gatel pengen ke sana juga. Envy you so much, in a good way, tough, hehehe...
Met melanjutkan perjalanan, Meh! Semoga bener-bener bisa menelusuri Indonesia sampai Merauke :) Looking forward to the next stories of your journey! :)
Thq sita :D
DeleteMasih butuh banyak latihan dan masukan..
Amiiin..doakan saja bisa sampai Marauke :D
Salam Ransel!
Hai Mehdia, saya kebetulan dari Surabaya juga dan mau ke Sabang februari 2013 ini. Saya bener2 buta arah di sana gada siapa2. Mungkin ada rekomendasi penginapan , carteran dsn dll utk Sabang.
ReplyDeleteThanks.
Halo juga, di tulisan saya sudah saya sebutkan semua kok. Memang utk kontak penginapan tdk saya sebutkan. Sdh janji sama pemilik gak boleh nyebarin krn dpt setengah harga :D Kalo keluar dr pelabuhan, bakal ketemu banyak jasa kok. Hampir semuanya sama, tinggal pinter nawar2 aja. Selebihnya ada di catatan di atas ya :)
Deletehahahha.. tiket dah ditangan.. informasi dah di dpt... thx Mehdia.. desember 26, 2012 kita berangkat...
ReplyDeleteSama-sama mas. Have a nice trip ya!
DeleteKalo punya waktu lebih, explore Aceh lebih lama juga gak bakal kecewa :)
mbak boleh tau nma penginapanya ??
DeleteDulu nama bungalownya gak ada, tapi saya ada kontaknya kalo mau. Tinggalin email saja, nanti saya email :)
Deletemba blh kasih saya nomer kontak penginapan yg di Iboih. next month rencana mau kesana nih.. thanks
DeleteMba aku boleh minta no hp kontak bungalow nya..thks yaa..emailku iren_ys@yahoo.com
Deletedimana tu mbak...
ReplyDeleteDi Indonesia paling barat mas. Pulau Weh atau dikenal dengan kota Sabang.
Deletekeren mbak, nggak beli batik sabang? kan ada yang anter mbak
ReplyDeleteWaaah..ada ya mas. Dulu gak tau sih :(
Deletewiik~keren tulisane rek, cucok jd penulis
ReplyDeletebaca artikel ini jd pengen tau sabang jg, thanks for the great article :)
(mesen kartun keren disini www.mikoarcstudio.blogspot.com)
wah sate gurita?*gak membayangkan rasanya*..
ReplyDeletewow masuk koran juga :O
Waktu itu gak sempet nyoba sih, cuma liat penampakannya aja. Jadi, cumi kecil atau cumi besar yang dipotong2 disate mas. Dibumbu sate padang atau dibumbu kacang. Wenak mesti..hehe
ReplyDeleteessip nih coretannya, mau ke sana juga kira2 abis brp y transportnya? dari sby kan?
ReplyDeletedari sby ke medan pake tiket promo 300an. Dari medan ke aceh via darat 120rb. Dari terminal ke pelabuhan 20rb naek labi2. Dari aceh ke sabang nyebrang 45rb (eksekutif). Sewa motor di sabang sehari 80rb. Total transportnya 465rb.. :D
ReplyDeletepengen
ReplyDeletemba dulu nginep nya d mana ? 150 ribu per malam yah ?
ReplyDeleteDi Bungalow daerah Iboih, iya 150an. Yang 100an juga ada kok..agak jalan masuk tapinya. Bahkan kalo mau yang di bawah 100 juga ada, tapi di daerah kota :D
Deleteka mehdiaaa, mau dong di emailin nama bungalow dan contactnya ke dewiputri0325@yahoo.com makasii ya
ReplyDeleteHai Dewi..sudah aku email ya. Coba dicek..
DeleteSudah aku attach juga foto penginapan yang aku tempatin dulu dan penginapan yg lbh murah yang aku maksud.
Penginapan yg cukup terkenal di sana namanya iboih inn, tapi juga terkenal mahal..gak cocok utk backpacker-an :D
mba mnt tlg dong email nama penginapan dan nomer kontaknya.. makasih
DeleteBang Arpend. 085260106230. Penginapannya udh naik jadi 350rb mbak.. cari yg laen aja, ada yg lbh murah setauku di dktg situ..
DeleteMbak Mehdia, menarik dan informatif sekali tulisannya. Dan sama seperti Mbak Dewi, bolehkah saya meminta nama bungalow dan contact tempat Mbak Media menginap di Pantai Iboih? Saya insyaallaah awal oktober 2013 ingin berkunjung ke Pulau Weh. Berikut email saya, araffymeidi@gmail.com
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Mehdia
Sent ya mbak ke emailnya..
DeleteJangan lupa ke Piyoh juga mbak beli kaos/pernak-perniknya. coba liat ini http://mehdia-multimehdia.blogspot.com/2012/05/aku-sabang-kamu.html
Wah cepat sekali respon dari Mbak Media. Siap Mbaak, sudah saya cek tulisan ttg Piyoh nya, nanti akan saya coba mampir ke sana. Tapi kabar buruk nih Mbak, penginapannya udah naik jadi 350ribu/malam hahaa. Tp gpp, nanti saya cari-cari lagi.
ReplyDeleteTerima kasih banyak atas info2nya ya Mbak Mehdia
Wiiikk..gila. Udah naik ya harganya. Ada alternatifnya mbak kalo mau murah, di kotanya (sabang atas). Aku sempet baca, cuma 100rb-an. Tapi gak dkt pantai, krn di kota. Kalo mau sih sewa motor aja. Jadi gak masalah mau kmn2..
DeletePemiliknya Piyoh namanya Bang Hijrah, dia duta wisata sana dan gak keberatan sama sekali kalo ditanyain soal Sabang..
mba, mau infonya untuk bungalownya yaa.. kalau pergi ramean diatas 5 orang (cewe-cowo), ada rekomendasi tempat penginapan ga?
ReplyDeleteboleh di info ke email indryasari.fachri@gmail.com
Thanks Mbak
Sudah aku email ya mbak indri :)
Deletesilakan buat referensi juga, krn harganya skrg sdh gak segitu kata mbak dewi (dr komen di atas)
Mbak,
ReplyDeleteKalau aq dr kualanamu mau naek bus ke aceh, aq mesti beli tiket n naeknya dari mana ya? Oya kirim no contact bungalownya ke emailq ya mbak (qiecute16@gmail.com)
Terimaksih mbak.
Mba,mau dong no contact Bungalownya. Kirim ke qiecute16@gmail.com. Oya mbk, klu dari kualanamu mo naek bis tujuan aceh, mesti beli tiket dan naek dmn ya?
ReplyDeleteInfo nya ma nyoozz kebetulan minggu depan sya dan keluarga mau ke sana kebetulan kampung suami lhokseumawe pantainya indah bangeett...
ReplyDeleteInfo nya sangat membantu kebetulan sy dan keluarga minggu depan mau ke sabang sy pasti dtngin tmpt tempat rekomend nya +kuliner nya pastinya.
ReplyDeleteklo ke aceh yg di ktp islam harus berjilbab kah?
ReplyDeletewill be there soon..yhanks for info manis..bless u
ReplyDeleteMbak tulisannya bikin saya greget, jadi pengen banget travel kesanaa.. Tapi bugdet blum mencukupi.. :D trimakasih buat tulisannya ya mbk.. Oke bgt :')
ReplyDelete