Wednesday, May 9, 2012

Dieng Plateau (part II)

Kali ini cerita perjalanan kami di hari kedua menjelajah Dataran Tinggi Dieng. This is it! The 1st part is here guys :)

Sabtu, 7 April 2012
We are ready to catch the sunrise!!!!
The Sunrise on Sikunir Mt.
Pukul 4 pagi kami berangkat ke Sikunir dan menyempatkan sholat subuh di perjalanan. Untuk mendapatkan sunrise yang oke, sebaiknya kita mendaki ke bagian paling atas. 30 menit kira-kira kami menapaki gunung tersebut. Hawa dingin sudah tidak terasa waktu kami mendaki, yang kami rasakan malah kelelahan, belum sarapan soalnya.
View dari atas Sikunir pasca sunrise
Sampai di atas, kami puas dengan pemandangan yang benar-benar indah. Sang fajar perlahan menampakkan diri dan terlihat sinarnya yang menyebar menerangi bawahnya. Benar-benar puas menyaksikannya. Kami mengabadikan momen tersebut dan tidak lupa mengabadikan momen bersama teman-teman dengan berbagai gaya.
Dancing..Dancing :D
Sikunir Mt.
Cool! Taken by Mas Zaenal
Jump! Taken by Mas Zaenal
Waktu turun dari Sikunir, kami disuguhi pemandangan lain. Telaga Cebong yang biru dan menyejukkan mata menyambut kami turun. Di dekat situ ada penjual Sagon, makanan yang terbuat dari tepung ketan, kelapa dan gula yang belum pernah saya temukan di tempat lain. Sepertinya makanan ini khas Dieng, membuatnya juga cukup mudah seperti membuat putu. Bedanya, Sagon dimasak dengan tungku kecil.
Telaga Cebong
Sagon
Dieng memang punya banyak destinasi wisata. Tidak cukup sehari untuk menjelajahinya. Dataran tinggi ini punya banyak telaga, kawah serta candi. Dari Sikunir dan Telaga Cebong, kami lanjut ke Kawah Sikidang. Coba saja cari di situs pencarian dengan keyword tersebut, akan muncul foto-foto indahnya kawah ini. Memakai masker cukup membantu kita untuk mengatasi bau belerangnya yang cukup menyengat tapi tidak berbahaya. Kawah ini cukup menarik dengan batuan belerang dan sulfurnya. Tidak ada track khusus untuk mencapai Kawah ini. Tapaknya relatif datar. Di sini kami mencoba mengoleskan aliran sulfur yang katanya bisa menghilangkan jerawat atau membersihkan kulit. Waktu memakainya jangan sampai kena mata, perihnya bakal tahan lama dan bau belerangnya juga awet di pakaian yang kita kenakan. Jangan lupa untuk memfoto sekitar kawah ini ya. Benar-benar keren deh..
Penjual Belerang
Sikidang Crater
Mencoba Sulfur di Kawah Sikidang
Cabe Dieng
Masih banyak tempat yang belum kami kunjungi, waktu kami di Dieng hanya terbatas sampai sore saja. Durasi waktu kami atur agar kami masih bisa mendapatkan pemandangan di beberapa tempat lagi. Dari Kawah Sikidang kami menuju Telaga Merdada. Kita bisa berkeliling dengan perahu sewa di telaga ini. Jangan lupa berfoto dengan bunga 5 warna.
Telaga Merdada
Bunga 5 warna
Destinasi selanjutnya adalah Sumur Jalatunda. Ada yang percaya kalau kita melemparkan batu hingga ke tengah sumur, keinginan kita akan terkabul. Di sekitar lokasi sumur ini banyak petani kentang yang sedang bekerja. Kentang memang menjadi salah satu hasil bumi Dieng yang cukup tinggi. Tidak berlama-lama kami di sini, kami lanjutkan perjalanan menuju Komplek Candi Arjuna. Namanya saja komplek, area ini terdiri dari beberapa candi baik yang masih utuh atau pun reruntuhannya. Kami juga mendapati sekumpulan Domba berbulu lebat yang diternak penduduk sana. Domba ini awalnya dari Autralia lalu dikembang-biakkan oleh warga. Tampilannya tidak jauh berbeda dengan domba-domba yang sering kita tonton di serial animasi “Shaun The Sheep”. Lucu dan menggemaskan. 
Jalatunda Well
Sileri Crater
Bersepeda di Komplek Candi Arjuna
Bersantai di Komplek Candi Arjuna
Domba Dieng
Telaga tiga warna. Destinasi ini merupakan salah satu destinasi yang wajib kita kunjungi di Dieng. Warna telaga ini cukup bervariasi. Waktu kami ke sana, warna telaga ini hijau, kuning dan biru. Dari yang saya baca, warna yang kita lihat bisa saja berbeda tergantung waktu kita melihatnya dan cuaca. Ada yang pernah mendapatkan efek warna biru airnya, jingga di waktu senja dan hijau dari cerminan tumbuhan di sekitarnya. Great! 


Telaga 3 Warna
Kuning, Biru dan Hijau warna airnya
Sisi hijau telaga warna
Narsis di Telaga 3 Warna
Menjelang sore, kami beranjak kembali ke Wonosobo. Sebelumnya kami sempatkan dulu untuk mandi di pemandian air panas lagi. Benar-benar pemandian pembuka dan penutup perjalanan kami. Heheee

Ada beberapa tujuan yang kami lewatkan, Kawah Candradimuka dan Air terjun Sirawe, Danau dan Kawah Sinila serta beberapa Candi. Meskipun demikian, kami cukup puas dengan banyak tempat wisata Dieng. Semoga kami bisa kembali lagi ke sana dengan destinasi dan waktu yang lebih panjang.

Kuliner Dieng yang cukup terkenal yaitu Mie Ongklok. Gak afdol rasanya kalau berkunjung ke suatu daerah tanpa mencoba kulinernya. Sore sebelum pulang, kami mencoba mie ini. Bahkan sampai mendapatkan resepnya. Harganya sekitar Rp 5.000,- saja. Mie ongklok ini seperti mie ayam dengan bumbunya yang khas dan pembuatanya diongklok (dikocok) dengan bambu. Pasangan makan mie ini adalah Sate Tongseng. Sate daging yang dipotong kecil-kecil dan tipis dengan bumbu yang rasanya hampir sama dengan bumbu mie ongklok. Ah...lezatnyaaaaa
Mie Ongklok
Tujuan kami selanjutnya adalah Yogyakarta. Kami memang berencana pulang ke Surabaya via Jogja dan bermalam di sana sebelum paginya pulang. Di kota ini kami disambut oleh teman-teman BPI regional Yogyakarta dengan hangat di Restoran Pendopo Ndalem. Menu yang saya pesan kali ini adalah minuman penghangat Wedang Bledug, minuman hangat berisi rempah-rempah yang harganya hanya Rp 3.500,-. Saya pesan nasi Magelangan, nasi goreng manis dengan campuran beberapa sayur. Rata-rata makanan di sini berharga tidak lebih dari Rp 20.000,-.
Wedang Bledhug
Yang jual Nasi Magelangan
Bareng teman-teman BPI Yogyakarta

Setelah kenyang dan bercengkrama dengan teman-teman Jogja, kami menginap di tempat salah satu teman BPI di daerah Kota Gede. Matur nuwun sanget kagem rencang-rencang Jogja nggih :D Saya dan Mas Erwin juga sempat diantarkan untuk beli kaos dan berfoto di Tugu Jogja di tengah malam.
Tugu Jogja Tjiiiinnn :D

Minggu, 8 April 2012 – Pulang
Nunggu Kereta di Lempuyangan
Kereta kami berangkat pukul 08:30 dari Stasiun Lempuyangan. Kereta seharga Rp 30.000,- ini membawa kami pulang ke Surabaya dalam waktu 6 jam. That was my second time use the economic train (the 1st one was Jr.High school). Kali ini keretanya cukup mengejutkan saya. Tampilan kereta ini tidak jauh berbeda dengan kereta Bisnis loh. Sudah ada larangan merokok dan berjualan pula, membuat kereta ini boleh disamakan dengan kereta bisnis. Bedanya hanya jumlah bangku bisnis lebih sedikit dan stop kontak di masing-masih deret tempat duduk saja. Jangan lupa mencoba nasi pecel Madiun tiga ribuan waktu berhenti sebentar di stasiun Madiun.
Rp. 30.000,- Our Train Ticket
OM. Carica
Pecel Stasiun Madiun Rp 3.000,-

Selesai sudah cerita perjalanan kali ini. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!!!

   
 
 
 


No comments:

Post a Comment