Kali ini cerita perjalanan kami di hari kedua menjelajah Dataran Tinggi Dieng. This is it! The 1st part is here guys :)
Sabtu, 7 April 2012
We are
ready to catch the sunrise!!!!
|
The Sunrise on Sikunir Mt. |
Pukul 4
pagi kami berangkat ke Sikunir dan menyempatkan sholat subuh di perjalanan.
Untuk mendapatkan sunrise yang oke, sebaiknya kita mendaki ke bagian paling
atas. 30 menit kira-kira kami menapaki gunung tersebut. Hawa dingin sudah tidak
terasa waktu kami mendaki, yang kami rasakan malah kelelahan, belum sarapan
soalnya.
|
View dari atas Sikunir pasca sunrise |
Sampai
di atas, kami puas dengan pemandangan yang benar-benar indah. Sang fajar
perlahan menampakkan diri dan terlihat sinarnya yang menyebar menerangi
bawahnya. Benar-benar puas menyaksikannya. Kami mengabadikan momen tersebut dan
tidak lupa mengabadikan momen bersama teman-teman dengan berbagai gaya.
|
Dancing..Dancing :D |
|
Sikunir Mt. |
|
Cool! Taken by Mas Zaenal |
|
Jump! Taken by Mas Zaenal |
Waktu turun
dari Sikunir, kami disuguhi pemandangan lain. Telaga Cebong yang biru dan
menyejukkan mata menyambut kami turun. Di dekat situ ada penjual Sagon, makanan
yang terbuat dari tepung ketan, kelapa dan gula yang belum pernah saya temukan
di tempat lain. Sepertinya makanan ini khas Dieng, membuatnya juga cukup
mudah seperti membuat putu.
Bedanya, Sagon dimasak dengan tungku kecil.
|
Telaga Cebong |
|
Sagon |
Dieng
memang punya banyak destinasi wisata. Tidak cukup sehari untuk menjelajahinya.
Dataran tinggi ini punya banyak telaga, kawah serta candi. Dari Sikunir dan
Telaga Cebong, kami lanjut ke Kawah
Sikidang. Coba saja cari di situs pencarian dengan keyword tersebut, akan
muncul foto-foto indahnya kawah ini. Memakai masker cukup membantu kita untuk
mengatasi bau belerangnya yang cukup menyengat tapi tidak berbahaya. Kawah ini cukup menarik dengan batuan belerang
dan sulfurnya.
Tidak ada track khusus untuk mencapai Kawah ini. Tapaknya relatif datar. Di
sini kami mencoba mengoleskan aliran sulfur yang katanya bisa menghilangkan
jerawat atau membersihkan kulit. Waktu memakainya jangan sampai kena mata, perihnya bakal tahan lama
dan bau belerangnya juga awet di pakaian yang kita kenakan. Jangan lupa untuk
memfoto sekitar kawah ini ya. Benar-benar keren deh..
|
Penjual Belerang |
|
Sikidang Crater |
|
Mencoba Sulfur di Kawah Sikidang |
|
Cabe Dieng |
Masih
banyak tempat yang belum kami kunjungi, waktu kami di Dieng hanya terbatas
sampai sore saja. Durasi waktu kami atur agar kami masih bisa mendapatkan
pemandangan di beberapa tempat lagi. Dari Kawah Sikidang kami menuju Telaga Merdada. Kita bisa berkeliling dengan perahu sewa di
telaga ini. Jangan lupa berfoto dengan bunga 5 warna.
|
Telaga Merdada |
|
Bunga 5 warna |
Destinasi
selanjutnya adalah Sumur Jalatunda. Ada yang percaya kalau kita
melemparkan batu hingga ke tengah sumur, keinginan kita akan terkabul. Di
sekitar lokasi sumur ini banyak petani kentang yang sedang bekerja. Kentang
memang menjadi salah satu hasil bumi Dieng yang cukup tinggi. Tidak
berlama-lama kami di sini, kami lanjutkan perjalanan menuju Komplek Candi
Arjuna. Namanya saja komplek, area ini terdiri dari beberapa candi baik yang masih
utuh atau pun reruntuhannya. Kami juga mendapati sekumpulan Domba berbulu lebat
yang diternak penduduk sana. Domba ini awalnya dari Autralia lalu
dikembang-biakkan oleh warga. Tampilannya tidak jauh berbeda dengan domba-domba
yang sering kita tonton di serial animasi “Shaun The Sheep”. Lucu dan
menggemaskan.
|
Jalatunda Well |
|
Sileri Crater |
|
Bersepeda di Komplek Candi Arjuna |
|
Bersantai di Komplek Candi Arjuna |
|
Domba Dieng |
Telaga
tiga warna. Destinasi ini merupakan salah satu destinasi yang wajib kita
kunjungi di Dieng. Warna telaga ini cukup bervariasi. Waktu kami ke sana, warna
telaga ini hijau, kuning dan biru. Dari yang saya baca, warna yang kita lihat
bisa saja berbeda tergantung waktu kita melihatnya dan cuaca. Ada yang pernah
mendapatkan efek warna biru airnya, jingga di waktu senja dan hijau dari
cerminan tumbuhan di sekitarnya. Great!
|
Telaga 3 Warna |
|
Kuning, Biru dan Hijau warna airnya |
|
Sisi hijau telaga warna |
|
Narsis di Telaga 3 Warna |
Menjelang
sore, kami beranjak kembali ke Wonosobo. Sebelumnya kami sempatkan dulu untuk
mandi di pemandian air panas lagi. Benar-benar pemandian pembuka dan penutup
perjalanan kami. Heheee
Ada beberapa tujuan yang kami lewatkan, Kawah Candradimuka
dan Air terjun Sirawe, Danau dan Kawah Sinila serta beberapa Candi. Meskipun
demikian, kami cukup puas dengan banyak tempat wisata Dieng. Semoga kami bisa
kembali lagi ke sana dengan destinasi dan waktu yang lebih panjang.
Kuliner
Dieng yang cukup terkenal yaitu Mie Ongklok. Gak afdol rasanya kalau berkunjung
ke suatu daerah tanpa mencoba kulinernya. Sore sebelum pulang, kami mencoba mie
ini. Bahkan sampai mendapatkan resepnya. Harganya sekitar Rp 5.000,- saja. Mie ongklok ini seperti mie ayam
dengan bumbunya yang khas dan pembuatanya diongklok (dikocok) dengan bambu. Pasangan
makan mie ini adalah Sate Tongseng. Sate daging yang dipotong kecil-kecil dan
tipis dengan bumbu yang rasanya hampir sama dengan bumbu mie ongklok.
Ah...lezatnyaaaaa
|
Mie Ongklok |
Tujuan
kami selanjutnya adalah Yogyakarta. Kami memang berencana pulang ke Surabaya
via Jogja dan bermalam di sana sebelum paginya pulang. Di kota ini kami
disambut oleh teman-teman BPI regional Yogyakarta dengan hangat di Restoran
Pendopo Ndalem. Menu yang saya pesan kali ini adalah minuman penghangat Wedang
Bledug, minuman hangat berisi rempah-rempah yang harganya hanya Rp 3.500,-.
Saya pesan nasi Magelangan, nasi goreng manis dengan campuran beberapa sayur.
Rata-rata makanan di sini berharga tidak lebih dari Rp 20.000,-.
|
Wedang Bledhug |
|
Yang jual Nasi Magelangan |
|
Bareng teman-teman BPI Yogyakarta |
Setelah
kenyang dan bercengkrama dengan teman-teman Jogja, kami menginap di tempat
salah satu teman BPI di daerah Kota Gede. Matur nuwun sanget kagem
rencang-rencang Jogja nggih :D Saya dan Mas Erwin juga sempat diantarkan untuk
beli kaos dan berfoto di Tugu Jogja di tengah malam.
|
Tugu Jogja Tjiiiinnn :D |
Minggu, 8 April 2012 –
Pulang
|
Nunggu Kereta di Lempuyangan |
Kereta kami berangkat pukul 08:30 dari Stasiun Lempuyangan. Kereta
seharga Rp 30.000,- ini membawa kami pulang ke Surabaya dalam waktu 6 jam. That
was my second time use the economic train (the 1st one was Jr.High school).
Kali ini keretanya cukup mengejutkan saya. Tampilan kereta ini tidak jauh
berbeda dengan kereta Bisnis loh. Sudah ada larangan merokok dan berjualan
pula, membuat kereta ini boleh disamakan dengan kereta bisnis. Bedanya hanya
jumlah bangku bisnis lebih sedikit dan stop kontak di masing-masih deret tempat
duduk saja. Jangan lupa mencoba nasi pecel Madiun tiga ribuan waktu berhenti
sebentar di stasiun Madiun.
|
Rp. 30.000,- Our Train Ticket |
|
OM. Carica |
|
Pecel Stasiun Madiun Rp 3.000,- |
Selesai sudah cerita perjalanan kali ini. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!!!
No comments:
Post a Comment