|
Gili Labak |
Mendengar namanya saja baru beberapa waktu lalu sebelum berangkat ke sana. Itupun dari Peter (BPI) yang menyusun itinerary ke sana. Pasti kalian juga bakal bertanya, "Hah? Gili Labak? dimana itu?" Peter is the one who knows many hidden and unfamous places for visit. Salut buatmu Pete!
|
Gili Labak dari jauh |
Gili Labak, sebuah pulau kecil di Madura yang masih asing namanya di telinga para traveler. Pulau ini masih sangat jarang pengunjungnya. Apalagi kunjungan wisata. Padahal pulau ini tidak kalah indah dengan Gili-gili yang ada di Lombok. Pemandangan underwaternya juga oke untuk snorkeling maupun diving. Masih terjaga dan banyak yang masih hidup karangnya. Pergi ke pulau ini tidak akan sia-sia kok..
|
Pelabuhan Kalianget |
Lokasi Gili Labak ada di Kabupaten Sumenep, kecamatan Talango. Untuk mencapai tempat ini kita harus menyeberang dulu dari Pelabuhan Kalianget. Perjalanannya 2 jam dari Kalianget jika ombak tidak besar dan 3 jam jika ombak agak naik. Bisa juga dari Pelabuhan Kalianget menuju Talango terlebih dahulu dengan kapal ferry kemudian dilanjutkan ke Gili Labak. Kami berangkat dari Surabaya ke Kalianget pada hari Sabtu, 20 Okt 2012 pukul 22.00 dengan bus ekonomi Rp 35.000. Bus yang tujuannya sampai di Pelabuhan Kalianget hanya ada di malam hari, selain waktu itu bus hanya sampai di terminal Sumenep. Perkiraan kami sampai Kalianget subuh, tapi ternyata kami sampai lebih cepat. Perjalanan Surabaya-Kalianget yang umumnya ditempuh 6 jam-an ternyata hanya 4 jam kami sudah sampai. Akhirnya kami mencari tempat untuk beristirahat terlebih dahulu. Dimana? Di Kecamatan seberang pelabuhan. Teras Kecamatan lebih tepatnya. Kami beristirahat sejenak sambil menunggu subuh. Kami sempat bertanya-tanya pada petugas di Kecamatan yang sedang berjaga mengenai Gili Labak. Katanya pulau itu jarang pengunjungnya. Sepanjang perjalanan, hampir semua orang yang menanyakan tujuan kami terkejut setelah kami jawab ke Gili Labak. Mereka pikir kami gerombolan mahasiswa yang akan riset atau KKN atau apa saja lah yang berhubungan dengan kuliah. Hahaaa
It means that we look so young, guys.. Have you ever heard the words "Traveling makes you look younger"? its true! :*
|
No! This is not our boat.. |
Pukul 05.05 kami berangkat menuju Gili Labak.
Tetereeeettt... setengah jam pertama, foto-foto narsis, makan, maen UNO (tetep), chit-chat.
Setengah jam kedua.."mana sih pulaunya? gak kelihatan ya", "Emang berapa lama sih perjalanannya" sambil terombang-ambing ombak. Beberapa orang mulai terlihat tanda-tanda mabuk laut.
|
Ambil foto dari spot kami turun dari perahu |
Karena air sedang surut, perahu kami tidak bisa sampai ke tepi pantai takut merusak karang yang ada. Akhirnya kami langsung turun dan berbasah-basahan. Entah itu snorkeling, berenang, atau hanya sight seeing saja.
|
Welcome Jump! |
|
Lompat indah |
|
Underwater yang sudah terlihat dari atas, and that was our boat. Photo by Mr. Buchari |
|
Gili Labak's underwater. Photo by Mr. Buchari |
Kami sempat masuk ke pemukiman warga di sana. Pulau seluas 5 Ha ini hanya berpenduduk tidak lebih dari 150 jiwa. Rumah-rumahnya pun tidak padat sama sekali. Benar-benar sepi, seperti tidak ada kehidupan. Hanya beberapa orang yang sedang di luar rumah saja yang terlihat.
Pulau ini juga terasa seperti pulau sendiri. Tidak ada pengunjung lain selain kami bersepuluh. Bahkan warganya pun tidak tampak di sekitar pantai. Di sini penduduknya kurang bisa berkomunikasi dengan bahasa lain selain Madura. Beruntung salah satu dari kami ada yang cukup bisa bahasa tersebut, kami sempat meminta air di sumur mereka untuk berbilas karena air yang kami bawa berada di dalam perahu yang tempatnya lumayan jauh dari tepi pantai.
Cuaca di sana memang sangat panas, air laut yang menempel di kulit saja dalam beberapa menit bisa mengering dan jadi garam. Tapi keindahan pantai di sini mengalahkan segalanya. Berenang, berjemur, lompat-lompatan, gulung-gulung di pasir..aaaahh..menyenangkan sekali. Sayangnya kami hanya beberapa jam saja di sana, sebelum siang kami sudah harus kembali karena takut ombak yang bisa berubah menjadi besar. Kami kembali ke Pelabuhan Kalianget pukul 10.30 dan sampai dua jam kemudian. Kami sempatkan untuk mandi di pemandian umum yang ada di dalam sebuah penginapan di dekat pelabuhan kemudian lanjut makan siang.
Setelah bercakap-cakap dengan pemilik penginapan, ternyata bus dari dan ke kalianget tidak ada di siang hari. Adanya di malam hari. Alternatif pulang di siang hari adalah dengan ojeg atau mencarter mobil. Kebetulan pemilik penginapan tersebut juga menawarkan alternatif kedua. Kami bersepuluh dan satu sopir bergabung dalam satu mobil menuju terminal Sumenep (silahkan dibayangkan bagaimana uyel-uyelannya kami). Masing-masing orang dicharge Rp 10k. Sampai di terminal kami melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Surabaya. Karena tidak tahan dengan panasnya Madura dan mengejar waktu sampai di Surabaya sebelum malam hari, kami memutuskan untuk naik Patas seharga Rp 48k, jika ingin yang lebih hemat bisa naik bus ekonomi dengan tarif Rp 33k.
|
Penginapan tempat kami mandi dan mendapatkan kendaraan untuk ke terminal |
Finally, perjalanan kami berakhir malam itu. Thank you for gave me a peaceful weekend God..
Do not dedicate your life for working! Just get lost if you wanna some excitement.