Minggu lalu saya menghadiri seminar tentang Arsitektur Nusantara yang disponsori perusahaan emulsi cat dan pelapis material, Propan. Salah satu tujuannya adalah sosialisasi sayembara yang mereka adakan dengan tema Desain Arsitektur Nusantara kekinian. (It's strange for me to say "kekinian")
Sayangnya, sayembara tersebut hanya bisa diikuti mahasiswa S1 atau lulusan Arsitek yang terakhir lulus 2012. (aku wes tuweeeekkk ya berarti :D) The price is really tempting!
Gimana enggak..ke Wae Rebo yang saya dambakan sepanjang tahun 2012! See my posting about that here.
Saya gak tergiur dengan hadiah duitnya, gak tergiur juga dengan hadiah keliling komodo karena sudah pernah gratisan ke sana :D Tapi ke Wae Rebo, Man! Huhuhu
Terlepas dari sayembara tersebut, I like the seminar. Jarang ada seminar tentang arsitektur nusantara di kampus-kampus sini. Bisa dihitung jari.. Naratornya juga itu-itu aja. Prof. Yoseph, Mr. Galih (i really miss him), Yu Sing, Eko Prawoto dan Yori Antar (dengan program Rumah Asuhnya). Seminar kali ini yang mengisi Prof. Yoseph dan salah satu anak buah Yori Antar yang menjelaskan program Rumah Asuh. FYI, rumah asuh ini saya sebelumnya sudah pernah baca sejarah terbentuknya di buku Wae Rebo. Awal proyek mereka juga merekonstruksi Mbaru Niang Wae Rebo kemudian berlanjut ke rumah-rumah adat yang lain. Really interesting isnt it? We go to the "unfamous" places and stay with the people then we do all we can do for them, esp. rebuilt their traditional houses. Iri banget sama mereka yang bisa seperti itu.. selama ini saya cuma keturutan tinggal beberapa hari saja di beberapa desa di luar Jawa. Itupun karena tidak sengaja wisata di wilayah sana. Tapi saya punya mimpi suatu saat bakal keliling Indonesia untuk menulis tentang keunikan, kekayaan yang mereka punya, esp the architecture.
Ada beberapa hal baru yang saya dapatkan dari apa yang dipaparkan Prof. Yoseph tentang Arsitektur Nusantara. We can see a lot of building with the same style around us. The modern style. Kiblatnya..negara-negara barat. Hey..bangunan-bangunan seperti itu gak punya khas! Dimanapun bisa kita jumpai. Yang membedakan cuma namanya. It just about the logo to show its name. So, what is Arsitektur Nusantara? Who is it?
Mr. Yoseph said that Nusantara Architecture is not a culture knowledge. Arsitektur Nusantara bukan pengetahuan kebudayaan. Arsitektur Nusantara bukanlah Arsitektur tradisional. Why?
If we make it same, our Nusantara Architecture is no different with the Europe, classic Architecture.
Yang saya tangkap di sini adalah, mengapa Arsitektur Nusantara berbeda dengan Arsitektur tradisional? Karena Nusantara itu cuma Indonesia. Gak ada negara atau tempat lain yang disebut Nusantara, sedangkan Arsitektur tradisional bisa dipakai di mana saja. For instance, arsitektur tradisional Vietnam, arsitektur tradisional Australia, dll. Jadi, apakah bisa kita menyebut Arsitektur Nusantara adalah Arsitektur Indonesia? (saya lupa menanyakan hal ini pada saat seminar)
Pesan--> Jangan ditelan mentah-mentah pengetahuan tadi. Lihat, pelajari, bandingan dengan teori lainnya. Harus berpikiran terbuka untuk menerima informasi baru. Banyak yang gak mudeng dan gak bisa menerima teori tersebut. Apalagi statement "Arsitektur Nusantara bukan pengetahuan kebudayaan"
Our masterpiece architecture products are Joglo, Mbaru, Rumah Minang, dll..
Mr.Yoseph said, "Arsitektur Nusantara kita ini bukan "stone" product. Tapi kayu. Oleh karena itu banyak yang menganggap kualitasnya di bawah hasil Ars. Eropa."
Pada kebanyakan rumah adat di Indonesia, fungsi rumah benar-benar terlihat sebagai tempat bernaung. Pada siang hari, aktifitas mereka dilakukan di luar rumah dan di malam hari aktifitasnya di malam hari. Pada siang hari mereka berinteraksi dengan warga lainnya, sehingga terjadi interaksi sosial.
Hal menarik lainnya adalah struktur yang dipakai rumah-rumah tersebut menggunakan ikatan tali. Sayangnya, struktur ini tidak diajarkan di perkuliahan konstruksi bangunan kita.
Pada Arsitektur Nusantara juga terlihat adanya perbedaan kasta yang tampak pada rumah masing-masing. Misalnya, pada rumah Toraja, semakin banyak tanduk yang dipakai pada rumah tersebut, maka menandakan semakin kaya pemiliknya. Persamaan yang lainnya adalah simetri. Semua rumah adat di nusantara kita ini sangat teratur. Mereka dibangun dengan garis sumbu yang membagi rata. Namun, meskipun semuanya tampak sama, tidak ada yang persis antara satu rumah dengan yang lainnya. Pasti ada perbedaan yang ditemukan. Pada arsitektur Nusantara kita pasti kita jumpai adanya Lambang, simbol dan makna.
Tidak ada batasan dimana harus dibangun rumah-rumah nusantara tersebut meskipun cross culture lokasinya. We can build Joglo in Bali, Toraja in Java and sort of. Kita juga bisa menggabungkan gaya masing-masing rumah adat tadi.
Nah, menerapkan arsitektur Nusantara juga tidak harus selalu dalam bangunan, bahkan hanya menggunakan detailnya saja sudah bisa dikatakan kita menerapkannya.
So, please save our Nusantara Architecture and make it global.