Seorang ibu, menangis tersedu-sedu karena sakit hati dengan kata-kata anaknya di telepon. Menurut sang ibu, ini tidak sekali dua kali sang anak membentaknya.
Mean while,
Sang anak, sangat mungkin tidak sadar jika ia sudah membuat sakit hati ibunya. Saat ia bicara, ada nada tinggi di omongannya. Dan waktunya kurang tepat, si anak sedang lelah karena kerjaan dan rumah tangganya.
Karakter si anak pun juga bukan tipikal yang suka cerita ke orang lain soal beban hidupnya. Begitu pula ibunya. Jika punya masalah, kurang bisa mengkomunikasikan dengan baik pada yang bersangkutan.
Karena saking sakit hatinya, Ibunya sampai berkata tidak bisa memaafkan si anak meskipun sudah saling minta maaf. Si Ibu bersumpah tidak mengajari anaknya membentak seperti itu.
Jadi, salah siapa sebenarnya?
Apa nilai yang bisa saya ambil??
Salah siapa? NO ONE!
Salap faham bisa terjadi oleh siapa pun, kapan pun, di mana pun. Keduanya kurang bisa menyampaikan komunikasi dengan baik di saat yang kurang tepat.
Hmm..dari mereka aku akan belajar berkomunikasi yang baik terutama ke orang tua. Jika memang sedang capek, lebih baik bilang capek dan bicara lain kali saja. Kadang aku juga sadar omongan bernada tinggi terlontar ke ibuku. Bukan aku saja, kakakku, adekku juga pernah. Dan alhamdulillah kami saling mengingatkan jika memang salah, kami minta maaf.
Aku akan belajar memaafkan, siapapun. Terutama anakku, suamiku, orang tuaku, saudaraku. Aku belajar banyak ke ayah ibuku, mereka berdua.. Subhanallah.. Saya bersaksi beliau orang yang sabar dan pemaaf. Meskipun kadang kebaikan ini dimanfaatkan oleh orang lain.
Sebagai orang tua, aku akan terbuka, menerima masukan, kritik dan berkomunikasi yang baik dengan anak-anakku. Aku harus belajar legowo jika memang aku ada kesalahan dalam membesarkan, membersamai anak. Lagi-lagi aku bersyukur belajar hal positif ini dari ayah ibu yang selalu bertanya dan terbuka ke anak-anaknya soal apapun. Meskipun aku tau, kadang ibu suka mikir setelah kami sampaikan uneg2, tapi she says, thank you.. She will try better. ðŸ˜
Mungkin bagi aku, masalah di atas adalah hal sepele. Tapi belum tentu buat orang lain.
Bahkan mungkin, akupun bisa saja seperti itu di waktu tua nanti. Maka dari itu, aku harus belajar legowo dari sekarang. Bagaimana sikap anakku nanti, adalah hasil didikanku. Tamparan keras untukku jika memang tidak sesuai ekspektasi, tapi dari situ aku akan belajar untuk menjadi ibu yang lebih baik.