Kata-kata itu menjadi mantra andalan saya sejak 6 tahun lalu. Yang saya ingat, pertama mendapatkan kata-kata itu dari Ayah. Waktu itu saya lagi deg-degan menunggu hasil SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 2006. Kemudian
sms ayah masuk, “Whatever the result, always say Alhamdulillah. Berarti itu hal
yang terbaik.” Dari awal, saya sudah pesimis dengan hasil SPMB tersebut sejak kejadian lembaran data diri sobek terkena keringat dari tangan :(
Ayah memang tidak pernah mempermasalahkan hasil yang kami dapat,
yang penting kami sudah usaha sebaik mungkin. Karena waktu itu saya juga masih
labil, sms seperti itu cuma lewat saja. Ya tetap nangis waktu tau gak masuk
SPMB. Lembar data diri yang sobek kembali terbayang. Jadilah malam itu bertema
menangis semalam. Tapi “Always say Alhamdulillah” ternyata terus terngiang di
pikiran untuk menyemangati diri sendiri. Banyak berkah yang ternyata kita
peroleh dan kita jauh lebih beruntung dari orang sekitar kita. Sejak itu,
kata-kata tersebut menjadi mantra buat saya. Seperti “Man Jadda Wa Jada” yang
menjadi mantra bagi Alif dan teman-teman di kisah Negeri 5 Menara.
Setiap kali merasa jengkel dengan suatu hal, setiap kali
mengalami hal yang tidak saya inginkan saya mencoba mengingatkan diri saya
untuk selalu berkata Alhamdulillah. Sepele memang, tapi cukup membantu menahan
emosi saya.
Kemarin, waktu saya berkendara di siang hari dengan cuaca
Surabaya yang cukup panas di bulan puasa, saya melihat sekilas pengendara lain,
seorang Pria yang berboncengan dengan istrinya yang menggendong bayi. Pria
tersebut menoleh sebentar ke belakang, tersenyum melihat anaknya yang sedang
tidur dipangkuan ibunya. Entah mengapa, saya ikut tersenyum melihat momen
tersebut. That was a beautiful moment. Saya yakin setiap orang punya masalah, termasuk
orang tersebut. Tapi senyum orang tua tersebut memperlihatkan kebahagiannya.
Selang berapa lama, saya berhenti di lampu merah. Saya melihat sekeliling. Di
depan saya ada pengendara dengan barang bawaannya yang cukup banyak. Bagian
depan dan belakangnya penuh dengan barang hingga space untuk duduknya terbatas.
And I said, Alhamdulillah. Seberat-beratnya kerjaan saya, alhamdulillah saya
tidak pernah mengalami demikian. Di depan lagi ada tukang bakso yang nyebrang.
Imagine how far he walked with his “rombong”. Ngeluh soal hidup? Sesusah apa
sih penderitaanmu? Masih banyak orang yang lebih susah dari kita. I think I know the other function of the traffic light, we stop for a while and observe the life around us and say thanks to God for our great life.
Ngeluh soal kerjaan lagi? Bayangkan penjaga toko yang
kerjanya tiap hari dari siang sampe malam dan gak ada libur. Bayangkan tukang
sapu jalan raya yang harus membersihkan jalan setiap hari. Gak peduli panas,
capek. Bayangkan tukang sampah yang mendorong gerobak sampah yang bau hingga
berkilo-kilo meter mungkin. Dari satu tempat sampah ke tempat sampah yang lain.
Bersyukur banget deh dengan apa yang saya dapat sekarang.
Ayah dan Ibu selalu mengingatkan kami untuk berdoa meminta yang terbaik. Bukan meminta semoga ini, semoga itu atau yang lain. Apalagi di saat kita dihadapkan pada suatu masalah, better we ask the best for us to Allah.
Apa pun yang kita dapat, jangan lupa bersyukur. Jangan
ingat Allah pas lagi susah saja. Selalu percaya bahwa apa yang kita dapat, yang
kita alami sekarang ini adalah hal terbaik yang diatur oleh Allah. Always say
Alhamdulillah!
No comments:
Post a Comment