Yang biasanya pergi kemana-mana tanpa ijin, menclok
sana-sini, kali ini harus ijin dulu ke suami. Yang biasanya bisa jajan apa aja
sesuka hati, kali ini harus merhatiin jajanan yang dibeli, dimakan dan
merhatiin sisa duit di dompet. Yang biasanya makan-gak makan gak ada yang
ngurusin dan gak ngurusin siapa-siapa selain diri sendiri, sekarang harus
ngurusin suami makan apa pagi ini, siang nanti, malam nanti. Yang biasanya
nyuci baju sendiri, gak tau kapan mau disetrika, sekarang harus nyuci baju
suami sekaligus nyetrika double. Yang biasanya berkelakuan seenaknya, kali ini
kudu jaga sikap, jaga tingkah laku di depan suami, orang tua, mertua, teman,
bahkan orang-orang yang gak dikenal sekalipun. Dan masih banyak yang diluar
kebiasaan saat kita masih single.
Sounds tiring, huh? Terdengar melelahkan kah?
Tidak. Kalo kita enjoy dengan semua ini.
Sudah saya camkan di dalam benak dan pikiran saya dari dulu
bahwa
“Marriage is all about compromising”
“Marriage is all about compromising”
Pernikahan itu tentang kompromi. Gak ada lagi kata aku
maunya gini, gitu. Coret kata aku dan ganti dengan “kita”.
Gak munafik, ada lah perasaan lelah dan kaget di awal
pernikahan. Tidak jarang ekspektasi yang kita harapkan dan bayangkan sebelum
menikah tidak sama dengan realita yang kita dapat. Tapi memang hidup gak
semulus yang kita bayangkan dan kita rencanakan, kan? Buat apa dipikirkan.
The
right thing we should do is do the best we can do for our future. Kerja lebih
keras, meningkatkan kadar kesabaran, toleransi tingkat tinggi dan refreshing
sesekali biar gak stress.
Bismillah ya Allah, aku mohon ridhomu untuk rumah tanggaku.
Buat saya lebih teguh memulai rumah tangga yang masih berumur satu bulan ini ya
Allah..
No comments:
Post a Comment