Thursday, January 25, 2024

Subhanallah walHamdulillah

Seminggu ini, pesanan galeri omahkoe bisa dihitung jari. Dalam seminggu tuh.. Biasanya setiap hari masih ada aja meskipun sepi. 
Tapi alhamdulillah dalam seminggu itu, aku bisa total ngerjain hal lain yang sudah lama sekali tertunda. Misalnya, siapin paket hampers lebaran, nyiapin produk baru, nyiapin hal yang insyaallah skalanya lebih besar dari biasanya. 
Alhamdulillah lagi, bisa tidur lebih awal.

Ada sih sesekali perasaan, "kok sepi yaa"
Tapi langsung kutepis pikiran itu, pasti Allah sudah merencanakan hal lain. 

Tepat seminggu, tiba-tiba ada order masuk. Banyak! Banyak sekali! Subhanallah
Dan barengan !!!
Ya allah, begitu besar rencanaMu. MasyaAllah

Kalkulator Allah tidak akan bisa tebak kapanpun.

Saturday, December 30, 2023

Banyakin bersyukur, kurangi mengeluh

Lebih banyak mana, bersyukur atau mengeluh? 
Tiba-tiba saya meneteskan air mata menulisnya. 
Sepertinya saya cukup bersyukur, tapi jika diingat kembali saya masih banyak mengeluh. 
Makin tua, masalah memang makin kompleks, kebutuhan makin banyak hingga kadang saya terbesit pikiran, "aku sudah bekerja begitu keras tapi kenapa hidupku masih gini-gini aja. "

Astaghfirullah.. Astaghfirullahalazim

Maafkan saya ya Allah yang sering tidak sadar mengeluh akan hidup yang Engkau berikan. :((

Padahal ketika flashback apa yang sudah saya alami, banyak sekali hal-hal baik yang saya dapatkan.

Jadi ingat surat di Qur'an, lupa surat dan ayatnya. Tapi saya ingat isinya begini:
"Barangsiapa yang mengeluh maka carilah Tuhan selain Aku. "
Hikss, astaghfirullahalazim.. 

InsyaAllah, saya akan terus berikhtiar dan lebih banyak bersyukur. Amiiiin
Alih-alih mengeluh, lebih baik saya bercerita saja kepada Allah. Kata Ayah begitu. 
Sebelum sholat dan berdoa sebaiknya redaksional dulu mau bercerita apa kepada Allah. Allah selalu mendengar isi hati hambanya 🥲

Sunday, December 17, 2023

Menulis Lagi

Halo, 
Bismillahirrahmanirrahim saya mulai i'tikad nulis kembali ya.. 
Saya rasa sudah lama sekali saya vacuum menulis jurnal.
Selalu ada rasa rindu untuk menulis, tapi hanya niat saja sampai beberapa tahun tidak terealisasikan.

Banyak rutinitas baru yang membuat saya menomor-sekiankan hobi menulis ini, terutama semenjak saya menjadi ibu dan menjalankan usaha sendiri. 

Sebelumnya, menulis saya sisipkan ketika malam hari anak-anak sudah tidur atau saat anak sekolah atau istirahat.

Alhamdulillah sudah beberapa tahun ini usaha saya meningkat dan jam kerja adalah all day long selain waktu melakukan pekerjaan rumah tangga dan waktu tidur malam. 

Di sela-sela itu, jika ada waktu luang sedikit saya pakai untuk rehat sebentar dan nonton drama.. Huhuu hobi nonton kdrama ini ga bisa ditinggal karena ini adalah satu me time saya setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, urusan domestik dll. Akhirnya hobi yang lain tersisihkan. 

Baiklah, warming up nya segini dulu ya, semoga istiqomah. 


Tuesday, August 20, 2019

Mabuk Tikungan di Trenggalek

Sebenarnya memberi judul ini rasanya kurang pantas jika konten cerita ini actually family trip.
Tapi hal itu yang terbesit di ingatan kami waktu menyebut kota Trenggalek.
Bukan hanya saya, tapi Ajmal juga mengingatnya jelas. Why it become so memorable??!

Jadi begini ceritanya, ide itu muncul tiba-tiba beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1440H. Who started it? Ayah!

Waktu itu memang kami merencanakan family trip ke luar kota which has beaches in it. Not in Malang dan sekitarnya. We need other city to get away, please.
Ayah bilang, "Kata pegawai Ayah di depot, Trenggalek banyak pantainya juga, Dek."
Fine, kita ke sana!

Sama siapa? kami ajak saudara saya yang pengen ikut. Terjaringlah (heheeee) Kakak Shinfi and Family, Dek Fina and Nawa.

Kami putuskan pakai Mobilio daripada Livina yang STNKnya sedang diragukan.
Berangkatlah kami di hari Jum'at, 3 Syawal, di jam yang nanggung. Jam 10 an dari Surabaya.
Tujuan utama kami sebenarnya adalah Trenggalek saja. Susur pantai daerah sana. Tapi ada beberapa tujuan yang tidak terencana such as silaturrahim ke Jombang (pak dhe nya Mas Nahid, kakak ipar) waktu berangkat dan sampai Tulungagung mampir ke rumah neneknya adeknya Mas Nahid.

Jalur yang kami tempuh ke Trenggalek via Jombang-Kediri-Tulungagung-Trenggalek. Alhamdulillah lancar, hanya saja waktu sampai di Tulungagung sudah Maghrib dan sampai saat itu kami belum dapat penginapan. FYI, mencari penginapan di daerah memang susah via aplikasi quickly hotel seperti traveloka, tiket.com, dkk. Hampir gak nemu. Di Tulungagung kami sampai ditawari menginap di rumah saudara tadi. Karena sudah cukup malam untuk menuju Trenggalek dan saya juga ragu di sana bakal ada penginapan atau tidak. Apalagi saat itu weekend.

Akhirnya kami putuskan mencari penginapan apa adanya di Tulungagung. Melalui pencarian di situs andalan kita semua (google), kami menemukan tempat inap yang murah (kami cari yang murah karena hanya untuk tidur beberapa jam saja) dan at least nyaman buat tidur. Palapa Hotel. Hotel lama dengan khas hotel-hotel di daerah yang apa adanya. Ya begitulah.. you can describe it.
Harganya murmer, Rp. 170.000 untuk sekamar isi 3 single bed dan KM dalam. Alhamdulillah

Besok paginya, pukul 06.00 kami check out cari sarapan. Because stay in Tulungagung wasnt planned before, we dont know where will go to eat. Itenerary saya sih di Trenggalek.
Baiklah, lets search in google. Ayam Lodho khas Tulungagung. muter-muter akhirnya nemu deh warung yang reviewnya bagus ini. Gak ada namanya, cuma Nasi Lodho gitu aja..kita cari yang ramai pengunjungnya.
Tuh, tulisannya di atas kita. Nasi Lodho!
Rameeee
Ibu berjilbab merah adalah Bu Yatin
Makan di tempat kayak gini penampakannya

Hmm..looks delicious. Gak sampai sepuluh ribu udah dapat seporsi nasi dan beberapa lauk ini
Setelah kenyang sarapan, kami menuju ke Trenggalek yang menurut gmaps waktu tempuhnya kurang lebih dua jam sampai di pantai paling ujung Trenggalek, pantai Pelang. Rencana kami sih, setelah dari Pelang, kami lanjut susur pantai yang searah pulang. Well, itu rencana kami. Beda dengan rancana Allah.
Realnya, kami sampai di pantai hampir dhuhur. Hmmm.. sudah panas ngentang-ngentang, hot-hot potato.

Pantai Pelang ini ternyata lokasinya di perbatasan Trenggalek - Pacitan. Apalagi jalan yang kami tempuh full tikungan gunung. Bahkan kami sempat setengah jam untuk melewati satu tikungan saja karena tikungan tersebut tajam sekali dan curam.
Total jalan lenggak-lenggok tersebut kami lalui selama minimal 2 jam. Hmmm..Mabok, guys!
Beruntungnya kami masih ketemu orang-orang baik yang mau menolong kami saat mobil kami gak siap nanjak. Driver saat itiu (Mas Nahid) udah pengen give up aja mau balik. Tapi kami putuskan lanjut karena perjuangan perjalanannya sudah jauh, sia-sia donk kalau mau balik :(

How were the kids? ikutan mabuk :(( huhuuuu
Ajmal yang sudah pernah mengalami jalan serupa Alhamdulillah cuma tegang aja, mungkin sedikit pusing. Not with Mahir. He totally rewel, mabuk tikungan, pusing dan segala macam yang orang dewasa alami saat mabuk darat. Hingga akhirnya kami sampai di sana dengan disambut parkiran yang ramaiiiiii..

Bayangan pantai yang syahdu, santai-santai dari keramaian hilang total waktu sampai di sini.
Baiklah, saya tidak boleh menampakkan ekspresi tersebut di depan anak-anak. Bisa-bisa ekspektasi mereka untuk main seru di pantai juga ikut hilang.

Alhamdulillah wa syukurillah the kids are happy. Yang dewasa duduk manis aja sambil jajan.
Pantainya memang bagus kok, really. Khas pantai di selatan Jawa. Ombaknya cukup besar, ada palung-palung yang mengelilingi pantai ini. Berikut foto-foto kami di pantai Pelang ini ya..
Oya, sebenarnya kami pilih pantai ini juga dengan pertimbangan di lokasi ini juga ada air terjun juga. Ada penangkaran penyu pula. Lengkap deh pikir kami. Tapi ya gitu, karena momennya saja yang kurang tepat, jadi rasanya kurang menikmati tempat ini. But, we really happy when we see the kids happy.
First time Mahir ke pantai..perkenalan dulu. Nangis..
Santai di pantaaiii
Happy to see Ajmal happy
Adek masih mecucu gak mau nginjek pasir, jijik.

Bunda kodok mau lompat. Hap!
Dengan pertimbangan sampai di Surabaya tidak terlalu malam, kami putuskan setelah itu kami langsung balik Surabaya. Kami coba alternatif jalan via Ponorogo, Madiun lalu via tol hingga Surabaya. And guess what?! jalan dari pantai ke Ponorogo ternyata sama saja meliuk-meliuk. Bahkan banyak yang rusak jalannya meskipun tidak setajam tikungan di jalan via Tulungagung. Deg-degan aja kalau si kecil rewel lagi. Bismillah ya Allah..
Alhamdulillah again, and again. Mereka tidur selama jalan lenggak-lenggok tadi. Terbangun waktu jalannya sisa dikit aja menuju kota.
Kami mampir Madiun untuk makan malam. And we choose Nasi Goreng dan krengsengan Babat yang rame dan antriiiiiii. Saya pikir cepet dilayani, ternyata lwamaaaaaa puol. Jam 7.30 kami order dan jam 8.30 kami baru makan. Laperrrrrr!!
Rasanya memang enak, tapi pelayanannya yang bikin males untuk mengulang lagi.

Dari Madiun jam 21.00 dan sampai di Surabaya jam 23.00. Entah kecepatan berapa mobil ini dilajukan Ayah. Alhamdulillah sampai Surabaya dengan sehat.

Alhamdulillah wa syukurilah, bisa main ke pantai lagi setelah berapa dekade :D

See you next trip!

Wednesday, November 7, 2018

Hotel Arjuna Batu

Bulan lalu, kami menginap di sini semalam. Tujuan utama kami ke Batu yaitu ke Batu Secret Zoo. Kami cari penginapan yang harganya terjangkau sesuai budget dan mudah menjangkau tempat-tempat lain jika kami butuh sesuatu. Kami putuskan mencoba menginap di Arjuna Batu Hotel. Lokasinya di pusat kota, dekat alun-alun, di jalan utama. Harga di bawah 500K. Dan yang utama adalah kami penasaran dengan desainnya. Heheee
Arjuna Hotel ini adalah karya Kalson Sagala Architect atau coba cari KSAD di instagram. Konsultan Arsitek dan Interior tempat saya bekerja dulu. Mas-Mbak-Mbak senior yang favorit :)

Baiklah, kita mulai review hotel ini.

Saya reservasi hotel ini via traveloka sehari sebelumnya. Dan itu di hari selasa, jadi harga masih normal. Kami pilih yang include breakfast, biar gak rempong cari sarapan besoknya. Harga yang saya dapatkan sekitar 430K dan dapat potongan dari traveloka, akhirnya 380K incl breakfast.

Hotel ini termasuk hotel budget dengan arsitektur yang tidak mainstream. Seringkali hotel budget yang saya temui desainnya gitu gitu aja.. standar. (gwayane talah bos..:D)

Pertama masuk, langsung parkiran dan main lobby yang terbuka. Resepsionis langsung menyambut tamu yang datang. Karena terbuka, suara kendaraan dan noise lainnya jadi agak mengganggu pembicaraan saya dan petugas resepsionis yang sedang menjelaskan. Jadi harus agak keras kalau bicara, tapi gak sampai teriak-teriak juga lah..
View dari pintu masuk jalan raya
Sebelah lobi, ada taman kecil yang isinya beberapa mainan dari kayu. Ayunan, jungkat-jungkit dan tempat duduk untuk bersantai. Taman ini tepat berada di belakang resto yang menghadap ke jalan.
Taman sebelah lobi
View dari dalam taman ke arah lobi dan luar
View dari taman ke atas :D Model arsitekturnya sekilas mirip Alvar Aalto
Setelah check in, kami lansung ke kamar. Untungnya gak bawa duren, karena membawa durian di sini adalah hal terlarang. :D
Kami dapat kamar 215, which is di lantai 2. And there is no stairs, jadi naik dari lantai ke lantai menggunakan ramp, cukup aman untuk anak-anak. Hanya saja buat yang jarang olahraga bikin otot bisep kaget..hahaa (confession) Belum lagi udah leyeh-leyeh di kasur, si kecil minta ambilin mobil-mobilan yang ketinggalan di mobil, trus balik lagi ambil apa yang ketinggalan. Hmm..ini pemanasan yang sangat cukup sebelum besoknya keliling Secret Zoo karena saya sudah lama sekali gak olahraga.
Fortunately, tiap kali lewat ramp ini, saya jadi bisa lihat-lihat desain hotelnya. Nice..really!
View dari ramp
View Ramp hotel Arjuna batu
View Ramp dari lantai dasar menuju lantai 1
itu parkiran bisa langsung naik sini, and that one is ours :D
Saya pilih kamar dengan twin bed karena 1 parent 1 child. Pas di kamar, malah kayaknya enak dipepetin kasurnya. Karena tingkah mereka banyak, sedangkan satu single bed ukurannya 100x200. Saya pikir 120x200. Jadilah kami rombak sedikit kasurnya, digabung jadi satu dan dipepetin ke jendela biar gak glundung :D
Fasilitas di kamar standar, tapi yang saya suka adalah sandalnya yang hitam putih dan tidak umum. Tatakan gelas juga, tirai KM juga. Temanya wajik hitam putih. Hihiii.gak penting sih, tapi i love the details.
View dari dalam kamar. Love this photo much!
Dari jendela kamar kami bisa melihat sisi sayap hotel yang berseberangan dengan kamar kami. Tengok ke bawah, taman. Tengok ke samping, jalan raya. Dinding fasad hotel lucu, jendela kamar dibuat random jadi permainan fasad. Cukup nyaman tidur di sini, namun bising buat kamar yang dekat dengan jalan raya.

How's the food?
Tidak banyak pilihan dan tidak buffet ya..tapi enak kok rasanya. Kids friendly, manis. Yang penting adalah ada kerupuk, Dad's fave!
Lebih baik makan di dalam restonya ya, daripada di terasnya.karena berdebu dari jalan raya and the kids will run anywhere.
Teras Resto, langsung jalan raya.
Overall, this is a good budget hotel. Harganya sesuai dengan fasilitasnya. Boleh deh dicoba buat nginep di sini.

Tuesday, November 6, 2018

Bunda Kenapa Gak Sholat?

Ajmal mulai bertanya hal tersebut waktu usianya 3 tahun.
Saya jawab saja, "Bunda lagi haid, Nak."

Saya sudah siap dengan pertanyaan selanjutnya.
"Haid itu kenapa, Bunda?"

Anak-anak pasti punya rasa ingin tahu besar. Kenapa begini, kenapa begitu, dan seterusnya.
Saya harus bisa donk jawab. Harus jujur jawabnya dan beri bahasa yang bisa dipahami mereka.

Jika saat itu saya bilang, "Bunda gak sholat, karena bunda sakit."
Itu artinya orang sakit boleh tidak sholat. Padahal tetap wajib sholat.
Jadi, saya jelaskan saja apa adanya.

Haid itu keluar darah kotor dari badan kita. Yang haid cuma orang perempuan yang sudah dewasa. Bunda, mbah uti, mbak fina, mbak...dst (saya sebutkan wanita di keluarga kami yang sudah baligh).

And He understand.

Ia paham dan saya juga tidak berbohong. We have to be smart parent for our kids.

Dan ujungnya dia hampir selalu bertanya kepada saudara atau relasi perempuan yang tidak ikut shalat berjamaah. Hehee

Friday, November 2, 2018

Worried of Stunting

Beberapa bulan ini saya sering menjumpai taksi dengan branding dari Kementerian Kesehatan Indonesia di bodynya. Isinya tentang stunting pada anak. Di waktu yang sama juga, postingan stunting sering muncul di media sosial yang saya ikuti. Sepertinya memang pemerintah sedang sounding tentang stunting dan bagaimana pencegahannya. Setelah saya cari tahu, ternyata Indonesia menempati stunting urutan ke-5 di dunia.
Jadi, apa sebenarnya stunting?

Mungkin sebagian ibu yang aktif di media sosial tahu istilah tersebut, bagaimana dengan para bapak, para orang tua dan calon orang tua yang minim informasi?

Jika saya simpulkan dari berbagai sumber, stunting adalah gagal tumbuh pada anak usia di bawah 2 tahun akibat kekurangan gizi. Stunting bisa disebabkan oleh tidak optimalnya asupan nutrisi anak karena ketidaktahuan orang tua tentang pemberian ASI/MPASI. Bisa jadi stunting terjadi karena penyakit yang berulang seperti diare akibat sanitasi buruk, ISPA atau karena tidak diimunisasi. Berdasarkan riset kesehatan dasar 2013, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting dan tidak hanya keluarga yang tidak mampu saja yang bisa mengalami stunting, bahkan anak di keluarga yang berkecukupan juga sangat mungkin bisa mengalami stunting karena pola makan, pola asuh dan sanitasi yang kurang tepat.

Sebelum awareness tentang stunting ini sampai di otak saya, saya sudah sempat khawatir tentang kondisi anak kedua saya yang 2 bulan lalu susah makan dan berat badannya menurun. Dua bulan lalu si bungsu, Mahir, menginjak 8 bulan. Di bulan pertama makan (MPASI 6 bulan) Mahir makan dengan lahap hingga usia 8 bulan, ia menjadi picky eater. Bahkan di usia 9 bulan sempat satu minggu tidak mau makan sama sekali. Entah karena bosan dengan menunya atau masih bawaan gak enak badan setelah terkena virus Roseola Infantum (https://www.alodokter.com/roseola). Berat badannya menurun dan saya kaget karena beratnya di bawah garis tumbuh kembang seharusnya. Seharusnya di usia 9 bulan dia sudah mencapai 8-9kg, waktu itu beratnya hanya 7,5kg. Alhamdulilah baru seminggu ini nafsu makannya kembali normal dan berat badan berangsur naik.
Mahir 8 bulan
Tidak nafsu makan atau GTM (gerakan tutup mulut) pada anak adalah salah satu hal yang membuat para ibu resah. Meskipun sepertinya ini hal yang biasa, tapi hal ini memang harus dikhawatirkan. Apalagi setelah mengetahui tentang stunting. Pasalnya, jika susah makan, berat badan cenderung tetap atau menurun lalu mengalami malnutrisi dan berujung ke stunting yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan fisik dan kognitif anak secara permanen. Kalau digambarkan mungkin seperti ini skemanya:
sumber: https://www.instagram.com/ibupedia_id/
 
Faltering Growth adalah pola pertumbuhan berat badan anak lebih lambat, menurun atau stagnan selama 2 bulan berturut-turut. Malnutrisi yaitu gizi buruk karena kekurangan nutrisi.
Jadi, apakah selama ini saya sudah benar dalam mencegah stunting? Benar atau tidak paling tidak saya berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Salah satunya adalah di 1000 hari pertamanya.

1000 hari pertama kehidupan adalah momen penting bagi si kecil. Dari 9 bulan di kandungan hingga anak usia 2 tahun. Waktu hamil Ajmal, anak pertama, saya belum paham tentang 1000 hari pertama, stunting, dan istilah lainnnya. Yang pasti saya pahami yaitu how precious he is, jadi saya harus sehat begitu pula janin saya juga harus sehat. Kalau saya malas makan, picky eater, itu akan berdampak pada anak saya. Makanan yang saya makan berdampak pada anak saya, semua yang saya lakukan untuk tubuh saya akan memberikan efek kepada janin. Sesimpel itu pemikiran saya.
Susu, buah, sayur, daging, dan segala jenis kandungan makanan yang menyehatkan saya makan. Muntah, saya harus makan lagi, yang penting saya harus kuat. Apalagi kata dokter obgyn saya, tidak ada pantangan makanan buat orang hamil, kecuali alergi atau punya riwayat lainnya. The fact is, meskipun tidak hamil saya bukan orang yang susah makan atau picky eater. Hehee..

Ssst..bahkan durian pun pernah saya makan waktu hamil tua saking pengennya. (Tidak layak ditiru :D)

Alhamdulillah hamil anak pertama dan kedua diberi kelancaran. Mual, muntah, pusing adalah hal yang maklum. Tapi makan dan asupan makanannya harus tetap diperhatikan. Setelah lahir pun saya juga berkomitmen memberikan ASI hingga minimal 2 tahun. Memberikan imunisasi wajib dan MPASI setelah 6 bulan.

Glad to know that what i’ve to do was right.


Bunda, Ajmal dan Mahir bermain di kebun strawberry
Anak pertama saya, Ajmal, saat ini berusia hampir 4 tahun. Daya imunnya tergolong bagus. Alhamdulillah sakit terlamanya hanya common cold karena alergi atau saat terlalu lelah beraktivitas. Makan juga tidak rewel dan untungnya he's not a picky eater. Badannya tidak gemuk tapi cukup proporsional jika dilihat dari grafik tumbuh kembang. So does his little brother, Mahir, 10 bulan. Jika tidak sedang sakit atau bosan, nafsu makan si adek cukup menggembirakan. Sayur, buah, susu, daging, protein, karbohidrat, dan asupan sehat lainnya mau dikonsumsi oleh mereka. Sejak MPASI juga saya terapkan jam makan mereka, tidur siang, main, tidur malam. Tumbuh kembang mereka juga tepat usia.

Kami bebaskan anak-anak bermain di dalam dan di luar rumah, asalkan masih dalam pengawasan. Kami berikan berbagai permainan yang bertujuan untuk melatih motorik, kecerdasan dan kegunaan lainnya. Yang lebih penting adalah untuk kelekatan orang tua dan anak. Selain itu juga sebisa mungkin kami hindarkan dari gadget. Sedih rasanya melihat anak-anak yang kecanduan gadget.
Hey, we have no TV, anyway..kami terbiasa tidak menonton TV dan bingung juga mau meletakkan di mana karena TV bukan kebutuhan utama kami. Dan ternyata hidup kami baik-baik saja tanpa TV. Justru kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama seharian tanpa TV.

Kami ajarkan anak-anak untuk hidup sehat sedini mungkin, cara gampangnya adalah memberikan contoh kepada mereka bagaimana kami menjalani hari. Bangun pagi, tidak melewatkan sarapan, mandi dan gosok gigi, cuci tangan setelah main, makan dan contoh simpel lainnya. Dengan demikian kami juga ikut hidup sehat. Saya percaya bahwa kebiasaan yang baik akan berbuah baik. Kebiasaan sarapan pagi, makan dengan masakan rumah yang sehat adalah hal yang sepertinya remeh tapi berdampak besar bagi keluarga kami. Kesehatan adalah hal utama. Jika satu anggota keluarga sakit, bisa saja seluruh anggota keluarga juga ikut sakit. Oleh karena itu menjaga kesehatan sejak dini itu sangat penting.
Berkebun bersama ayah
Mainan apa saja boleh, setelah itu dibereskan dan cuci tangan ;)
Saya bukan ibu super yang selalu memberikan anak-anak yang terbaik. Makanan yang saya buat untuk si kecil tidak selalu enak. Cara mendidik saya ke anak-anak mungkin tidak selalu benar. Tapi setidaknya saya terus belajar dan berusaha untuk menjadi ibu yang baik.
Dek Mahir dan Mas Ajmal


#1000HariTerbaik #1000HariPertamaAnanda