Wednesday, November 7, 2018

Hotel Arjuna Batu

Bulan lalu, kami menginap di sini semalam. Tujuan utama kami ke Batu yaitu ke Batu Secret Zoo. Kami cari penginapan yang harganya terjangkau sesuai budget dan mudah menjangkau tempat-tempat lain jika kami butuh sesuatu. Kami putuskan mencoba menginap di Arjuna Batu Hotel. Lokasinya di pusat kota, dekat alun-alun, di jalan utama. Harga di bawah 500K. Dan yang utama adalah kami penasaran dengan desainnya. Heheee
Arjuna Hotel ini adalah karya Kalson Sagala Architect atau coba cari KSAD di instagram. Konsultan Arsitek dan Interior tempat saya bekerja dulu. Mas-Mbak-Mbak senior yang favorit :)

Baiklah, kita mulai review hotel ini.

Saya reservasi hotel ini via traveloka sehari sebelumnya. Dan itu di hari selasa, jadi harga masih normal. Kami pilih yang include breakfast, biar gak rempong cari sarapan besoknya. Harga yang saya dapatkan sekitar 430K dan dapat potongan dari traveloka, akhirnya 380K incl breakfast.

Hotel ini termasuk hotel budget dengan arsitektur yang tidak mainstream. Seringkali hotel budget yang saya temui desainnya gitu gitu aja.. standar. (gwayane talah bos..:D)

Pertama masuk, langsung parkiran dan main lobby yang terbuka. Resepsionis langsung menyambut tamu yang datang. Karena terbuka, suara kendaraan dan noise lainnya jadi agak mengganggu pembicaraan saya dan petugas resepsionis yang sedang menjelaskan. Jadi harus agak keras kalau bicara, tapi gak sampai teriak-teriak juga lah..
View dari pintu masuk jalan raya
Sebelah lobi, ada taman kecil yang isinya beberapa mainan dari kayu. Ayunan, jungkat-jungkit dan tempat duduk untuk bersantai. Taman ini tepat berada di belakang resto yang menghadap ke jalan.
Taman sebelah lobi
View dari dalam taman ke arah lobi dan luar
View dari taman ke atas :D Model arsitekturnya sekilas mirip Alvar Aalto
Setelah check in, kami lansung ke kamar. Untungnya gak bawa duren, karena membawa durian di sini adalah hal terlarang. :D
Kami dapat kamar 215, which is di lantai 2. And there is no stairs, jadi naik dari lantai ke lantai menggunakan ramp, cukup aman untuk anak-anak. Hanya saja buat yang jarang olahraga bikin otot bisep kaget..hahaa (confession) Belum lagi udah leyeh-leyeh di kasur, si kecil minta ambilin mobil-mobilan yang ketinggalan di mobil, trus balik lagi ambil apa yang ketinggalan. Hmm..ini pemanasan yang sangat cukup sebelum besoknya keliling Secret Zoo karena saya sudah lama sekali gak olahraga.
Fortunately, tiap kali lewat ramp ini, saya jadi bisa lihat-lihat desain hotelnya. Nice..really!
View dari ramp
View Ramp hotel Arjuna batu
View Ramp dari lantai dasar menuju lantai 1
itu parkiran bisa langsung naik sini, and that one is ours :D
Saya pilih kamar dengan twin bed karena 1 parent 1 child. Pas di kamar, malah kayaknya enak dipepetin kasurnya. Karena tingkah mereka banyak, sedangkan satu single bed ukurannya 100x200. Saya pikir 120x200. Jadilah kami rombak sedikit kasurnya, digabung jadi satu dan dipepetin ke jendela biar gak glundung :D
Fasilitas di kamar standar, tapi yang saya suka adalah sandalnya yang hitam putih dan tidak umum. Tatakan gelas juga, tirai KM juga. Temanya wajik hitam putih. Hihiii.gak penting sih, tapi i love the details.
View dari dalam kamar. Love this photo much!
Dari jendela kamar kami bisa melihat sisi sayap hotel yang berseberangan dengan kamar kami. Tengok ke bawah, taman. Tengok ke samping, jalan raya. Dinding fasad hotel lucu, jendela kamar dibuat random jadi permainan fasad. Cukup nyaman tidur di sini, namun bising buat kamar yang dekat dengan jalan raya.

How's the food?
Tidak banyak pilihan dan tidak buffet ya..tapi enak kok rasanya. Kids friendly, manis. Yang penting adalah ada kerupuk, Dad's fave!
Lebih baik makan di dalam restonya ya, daripada di terasnya.karena berdebu dari jalan raya and the kids will run anywhere.
Teras Resto, langsung jalan raya.
Overall, this is a good budget hotel. Harganya sesuai dengan fasilitasnya. Boleh deh dicoba buat nginep di sini.

Tuesday, November 6, 2018

Bunda Kenapa Gak Sholat?

Ajmal mulai bertanya hal tersebut waktu usianya 3 tahun.
Saya jawab saja, "Bunda lagi haid, Nak."

Saya sudah siap dengan pertanyaan selanjutnya.
"Haid itu kenapa, Bunda?"

Anak-anak pasti punya rasa ingin tahu besar. Kenapa begini, kenapa begitu, dan seterusnya.
Saya harus bisa donk jawab. Harus jujur jawabnya dan beri bahasa yang bisa dipahami mereka.

Jika saat itu saya bilang, "Bunda gak sholat, karena bunda sakit."
Itu artinya orang sakit boleh tidak sholat. Padahal tetap wajib sholat.
Jadi, saya jelaskan saja apa adanya.

Haid itu keluar darah kotor dari badan kita. Yang haid cuma orang perempuan yang sudah dewasa. Bunda, mbah uti, mbak fina, mbak...dst (saya sebutkan wanita di keluarga kami yang sudah baligh).

And He understand.

Ia paham dan saya juga tidak berbohong. We have to be smart parent for our kids.

Dan ujungnya dia hampir selalu bertanya kepada saudara atau relasi perempuan yang tidak ikut shalat berjamaah. Hehee

Friday, November 2, 2018

Worried of Stunting

Beberapa bulan ini saya sering menjumpai taksi dengan branding dari Kementerian Kesehatan Indonesia di bodynya. Isinya tentang stunting pada anak. Di waktu yang sama juga, postingan stunting sering muncul di media sosial yang saya ikuti. Sepertinya memang pemerintah sedang sounding tentang stunting dan bagaimana pencegahannya. Setelah saya cari tahu, ternyata Indonesia menempati stunting urutan ke-5 di dunia.
Jadi, apa sebenarnya stunting?

Mungkin sebagian ibu yang aktif di media sosial tahu istilah tersebut, bagaimana dengan para bapak, para orang tua dan calon orang tua yang minim informasi?

Jika saya simpulkan dari berbagai sumber, stunting adalah gagal tumbuh pada anak usia di bawah 2 tahun akibat kekurangan gizi. Stunting bisa disebabkan oleh tidak optimalnya asupan nutrisi anak karena ketidaktahuan orang tua tentang pemberian ASI/MPASI. Bisa jadi stunting terjadi karena penyakit yang berulang seperti diare akibat sanitasi buruk, ISPA atau karena tidak diimunisasi. Berdasarkan riset kesehatan dasar 2013, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting dan tidak hanya keluarga yang tidak mampu saja yang bisa mengalami stunting, bahkan anak di keluarga yang berkecukupan juga sangat mungkin bisa mengalami stunting karena pola makan, pola asuh dan sanitasi yang kurang tepat.

Sebelum awareness tentang stunting ini sampai di otak saya, saya sudah sempat khawatir tentang kondisi anak kedua saya yang 2 bulan lalu susah makan dan berat badannya menurun. Dua bulan lalu si bungsu, Mahir, menginjak 8 bulan. Di bulan pertama makan (MPASI 6 bulan) Mahir makan dengan lahap hingga usia 8 bulan, ia menjadi picky eater. Bahkan di usia 9 bulan sempat satu minggu tidak mau makan sama sekali. Entah karena bosan dengan menunya atau masih bawaan gak enak badan setelah terkena virus Roseola Infantum (https://www.alodokter.com/roseola). Berat badannya menurun dan saya kaget karena beratnya di bawah garis tumbuh kembang seharusnya. Seharusnya di usia 9 bulan dia sudah mencapai 8-9kg, waktu itu beratnya hanya 7,5kg. Alhamdulilah baru seminggu ini nafsu makannya kembali normal dan berat badan berangsur naik.
Mahir 8 bulan
Tidak nafsu makan atau GTM (gerakan tutup mulut) pada anak adalah salah satu hal yang membuat para ibu resah. Meskipun sepertinya ini hal yang biasa, tapi hal ini memang harus dikhawatirkan. Apalagi setelah mengetahui tentang stunting. Pasalnya, jika susah makan, berat badan cenderung tetap atau menurun lalu mengalami malnutrisi dan berujung ke stunting yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan fisik dan kognitif anak secara permanen. Kalau digambarkan mungkin seperti ini skemanya:
sumber: https://www.instagram.com/ibupedia_id/
 
Faltering Growth adalah pola pertumbuhan berat badan anak lebih lambat, menurun atau stagnan selama 2 bulan berturut-turut. Malnutrisi yaitu gizi buruk karena kekurangan nutrisi.
Jadi, apakah selama ini saya sudah benar dalam mencegah stunting? Benar atau tidak paling tidak saya berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Salah satunya adalah di 1000 hari pertamanya.

1000 hari pertama kehidupan adalah momen penting bagi si kecil. Dari 9 bulan di kandungan hingga anak usia 2 tahun. Waktu hamil Ajmal, anak pertama, saya belum paham tentang 1000 hari pertama, stunting, dan istilah lainnnya. Yang pasti saya pahami yaitu how precious he is, jadi saya harus sehat begitu pula janin saya juga harus sehat. Kalau saya malas makan, picky eater, itu akan berdampak pada anak saya. Makanan yang saya makan berdampak pada anak saya, semua yang saya lakukan untuk tubuh saya akan memberikan efek kepada janin. Sesimpel itu pemikiran saya.
Susu, buah, sayur, daging, dan segala jenis kandungan makanan yang menyehatkan saya makan. Muntah, saya harus makan lagi, yang penting saya harus kuat. Apalagi kata dokter obgyn saya, tidak ada pantangan makanan buat orang hamil, kecuali alergi atau punya riwayat lainnya. The fact is, meskipun tidak hamil saya bukan orang yang susah makan atau picky eater. Hehee..

Ssst..bahkan durian pun pernah saya makan waktu hamil tua saking pengennya. (Tidak layak ditiru :D)

Alhamdulillah hamil anak pertama dan kedua diberi kelancaran. Mual, muntah, pusing adalah hal yang maklum. Tapi makan dan asupan makanannya harus tetap diperhatikan. Setelah lahir pun saya juga berkomitmen memberikan ASI hingga minimal 2 tahun. Memberikan imunisasi wajib dan MPASI setelah 6 bulan.

Glad to know that what i’ve to do was right.


Bunda, Ajmal dan Mahir bermain di kebun strawberry
Anak pertama saya, Ajmal, saat ini berusia hampir 4 tahun. Daya imunnya tergolong bagus. Alhamdulillah sakit terlamanya hanya common cold karena alergi atau saat terlalu lelah beraktivitas. Makan juga tidak rewel dan untungnya he's not a picky eater. Badannya tidak gemuk tapi cukup proporsional jika dilihat dari grafik tumbuh kembang. So does his little brother, Mahir, 10 bulan. Jika tidak sedang sakit atau bosan, nafsu makan si adek cukup menggembirakan. Sayur, buah, susu, daging, protein, karbohidrat, dan asupan sehat lainnya mau dikonsumsi oleh mereka. Sejak MPASI juga saya terapkan jam makan mereka, tidur siang, main, tidur malam. Tumbuh kembang mereka juga tepat usia.

Kami bebaskan anak-anak bermain di dalam dan di luar rumah, asalkan masih dalam pengawasan. Kami berikan berbagai permainan yang bertujuan untuk melatih motorik, kecerdasan dan kegunaan lainnya. Yang lebih penting adalah untuk kelekatan orang tua dan anak. Selain itu juga sebisa mungkin kami hindarkan dari gadget. Sedih rasanya melihat anak-anak yang kecanduan gadget.
Hey, we have no TV, anyway..kami terbiasa tidak menonton TV dan bingung juga mau meletakkan di mana karena TV bukan kebutuhan utama kami. Dan ternyata hidup kami baik-baik saja tanpa TV. Justru kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama seharian tanpa TV.

Kami ajarkan anak-anak untuk hidup sehat sedini mungkin, cara gampangnya adalah memberikan contoh kepada mereka bagaimana kami menjalani hari. Bangun pagi, tidak melewatkan sarapan, mandi dan gosok gigi, cuci tangan setelah main, makan dan contoh simpel lainnya. Dengan demikian kami juga ikut hidup sehat. Saya percaya bahwa kebiasaan yang baik akan berbuah baik. Kebiasaan sarapan pagi, makan dengan masakan rumah yang sehat adalah hal yang sepertinya remeh tapi berdampak besar bagi keluarga kami. Kesehatan adalah hal utama. Jika satu anggota keluarga sakit, bisa saja seluruh anggota keluarga juga ikut sakit. Oleh karena itu menjaga kesehatan sejak dini itu sangat penting.
Berkebun bersama ayah
Mainan apa saja boleh, setelah itu dibereskan dan cuci tangan ;)
Saya bukan ibu super yang selalu memberikan anak-anak yang terbaik. Makanan yang saya buat untuk si kecil tidak selalu enak. Cara mendidik saya ke anak-anak mungkin tidak selalu benar. Tapi setidaknya saya terus belajar dan berusaha untuk menjadi ibu yang baik.
Dek Mahir dan Mas Ajmal


#1000HariTerbaik #1000HariPertamaAnanda